Enam - Yudha

34 1 0
                                    

Di kamarnya, Rea nampak resah. Dua minggu lebih Joshua tak memberi kabar. Di telpon pun selalu sama. Nomor ponselnya tidak aktif. Bermacam dugaan negative mampir di otaknya. Namun segera ditepis. Dirinya dan Joshua sudah berjanji untuk saling percaya sejauh apapun mereka terpisah.

Rea melirik jam bergambar Batman yang tergantung di dinding kamarnya. 19.35 wib. "Masih sore," pikirnya. Ia ambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

Tak sampai setengah jam, Rea sudah ada di rumah Kia. Sahabatnya sejak SMA hingga sekarang kuliah di kampus dan jurusan yang sama. Tak hanya Rea, Kia juga mengundang beberapa temannya untuk 'bersenang-senang' di rumahnya.

"Udahlah Re, ga usah pikirin Joshua. Dia mungking sekarang lagi seneng-seneng sama cewe di sana. Kita juga bisa seneng-seneng kan di sini. Jangan mau kalah," racau Kia yang sepertinya sudah sedikit mabuk. Ia menyodorkan segelas minuman ke tangan Rea. Minuman yang entah apa namanya Rea tak tau. Gadis itu bergidik dan langsung meletakkannya ke meja.

Rea menghela nafas, matanya terpejam, "Enggak ah, mabok aja sendiri. Aku masih pengen waras."

Kia tertawa mengejek, lalu meninggalkan Rea sendiri.

"Boleh duduk di sini?"

"Duduk aja, kursinya bukan punya aku," Jawab Rea masih dengan mata terpejam.

"Sendirian?"

"Menurut kamu?" dengan malas Rea membuka matanya. Ia mengerjap lucu, membuat orang di sampingnya tersenyum. Rea gelagapan, "Pak Yudha? Ngapain di sini?"

Pak Yudha, dosen baru yang pernah ditabrak motornya sama Rea, tersenyum lebar. Sangat menawan dan tampak ramah. Berbeda jauh dari pertemuan pertama mereka. Rea makin salah tingkah, mengingat bajunya yang terbilang sexy,dan dosen itu memperhatikannya secara intens.

"Kalau di luar kampus panggil aja Yudha. Aku kakaknya Kia," terang Yudha masih dengan senyum menawannya.

Rea membenahi duduknya. Sedikit canggung. Ia akui malam ini Yudha terlihat keren. Kemeja hitam dengan lengan digulung hingga siku, celana jeans belel dengan beberapa sobekan di bagian paha dan lutut, serta sepatu kets merek ternama melekat di kakinya. Di tambah wangi musk menyeruak di hidung Rea dari lelaki di hadapannya. Hmm... wangi yang sama dengan Joshua. Tapi kekasihnya itu lebih suka memakai kaos lengan panjang yang juga digulung bagian lengannya. Tanpa sadar Rea membandingkan Joshua dengan Yudha.

Yudha mengibaskan tangan di depan wajah rea, "Musik berisik begini masih bisa ngelamun Re?" guraunya seraya menebarkan senyum, lagi.

Rea hanya membalas dengan senyum dipaksakan. Dia merindukan Joshua.

"Keluar yuk, cari udara segar," ajak Yudha sambil menarik tangan Rea pelan. Rea menurut. Pesta ini memang tak cocok dengannya. Dirinya butuh udara segar. Dan sedikit makanan. Sejak kemarin perut kecilnya hanya diisi air mineral. Nafsu makannya seperti menguap entah ke mana.

"Semoga kamu mau naik motor," ucap Yudha mengulurkan helm ke Rea.

Rea mengamati motor besar Yudha. Motor ini sungguh menggambarkan pemiliknya, jantan. Modifikasi terlihat di sana sini. Rea tersenyum, "Motornya sudah ganti," batinnya. Bukan lagi motor yang dulu ditabraknya.

"Kamu masih hutang satu motor sama aku ya," goda Yudha seakan tau apa yang dipikirkan Rea.

***

Malam semakin larut. Ini kali pertama Rea bisa menikmati dingin angin malam, di atas motor Yudha. Lama rasanya Rea tidak tertawa lepas. Sesekali mereka mampir jajan di pinggir jalan. Jagung bakar, wedang ronde, sate, apapun itu terasa nikmat malam ini. Yudha pandai membuat lelucon. Sepanjang malam, Rea tertawa bersama Sang Dosen.

***

TBC

Thankyou udah baca sampai part ini

Vomment sama klik bintangnya jangan lupa yaa

Gadis Pemetik TehWhere stories live. Discover now