Train to Surabaya ( part 3)

699 37 0
                                    

Part 3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Part 3

Kumohon! Percayalah padaku...


Arini membuka aplikasi berita terkini agar ia bisa tahu apa yang menjadi penyebab dari semua kekacauan ini. Sudah lama mencari, tapi tidak menemukan berita apapun. Ia makin geram dengan situasi ini, ia masih belum bisa mengetahui apa penyebab dari orang-orang yang berubah menjadi zombie itu.

Arini melamun dan terus memikirkan hal tersebut. Dan akhirnya ia ingat apa yang dikatakan gurunya saat di labor IPA waktu itu. Bahwa, ada jenis narkoba terbaru yang dapat membuat para penggunanya menjadi zombie sungguhan, ini berarti karena narkoba itu.

Yah, narkoba jenis Flakka. Yaitu zat yang mampu membuat orang-orang yang menggunakannya seperti mayat hidup, tidak bisa mengontrol diri sendiri dan cenderung melukai diri sendiri dan juga dapat melukai orang lain, bahkan ada juga penelitian yang menyatakan bahwa narkoba ini membuat para penggunanya seperti terkena rabies, dan jika itu sangat parah maka akan bisa menyebar pada orang lain meskipun kepada orang-orang yang tidak mengonsumsi narkoba tersebut.

Arini pun langsung memberitahu Alex tentang apa yang baru saja ia pikirkan itu. Pria itu kebingungan, darimana adiknya itu mengetahui narkoba jenis itu. Gadis itu pun segera menjelaskannya pada abangnya itu.

Lalu Sang ayah menghampiri mereka, pria itu juga kaget mendengar perkataan dari anak bungsunya itu. Ia seperti tidak percaya dengan apa yang Arini katakan dan menganggap anaknya itu mengkhayal.

Arini terus memberitahu pada ayah dan juga saudaranya itu, tapi mereka masih meragukannya soal itu.

Wanita hamil yang berada di dekatnya itu, akhirnya percaya dengan apa yang Arini katakan. Dia juga meyakinkan suaminya dangan perkataan gadis itu.

Arini sangat berharap semua penumpang yang selamat ini juga mempercayainya, ia ingin semua tahu penyebab munculnya zombie-zombie yang menyerang tadi. Tapi, saat harapan itu muncul, ternyata awan hitam sudah menelannya.

"Arini, mengkhayal itu boleh. Tapi, itu bukanlah hal yang baik untuk saat ini. Kau sudah lihat, kan? Sudah cukup banyak orang yang ketakutan sekarang. Jadi jika kau memberitahu orang-orang tentang penyebab terjadinya para monster tadi, maka orang-orang tidak akan mempercayaimu," jelas ayah memberi pengertian pada Arini.

Arini tahu maksud ayahnya itu, bahwa Sang ayah tidak ingin anaknya kelihatan bodoh dan sedang mengada-ngada saat ini. Tapi, gadis itu ingin memberitahu hal tersebut, agar orang-orang tahu dan harus melakukan apa untuk sekarang ini.

Gadis itu tetap bersikeras untuk memberitahu pada mereka semua. Arini pun berdiri di tengah-tengah mereka.

"Mungkin aku tahu penyebab kenapa orang-orang menjadi zombie kayak tadi," sorak gadis itu dengan lantangnya.

Pria itu terlihat pasrah saat menyaksikan anaknya memberikan pengumuman yang mungkin tidak benar menurutnya. Ia juga takut jika anak bungsunya akan kelihatan seperti orang bodoh di mata para penumpang itu.

"Kumohon! Percayalah padaku.. kali ini saja. Penyebab orang-orang menjadi gila seperti itu dikarena terkena virus dari para nara pidana yang kabur dari penjara waktu itu. Nara pidana itu kemungkinan sudah mengonsumsi narkoba berjenis Flakka," jelas gadis itu.

Semua orang terdiam dengan perkataan Arini, mereka hanya menatap dan berbisik-bisik. Lalu tak lama setelah itu, ada seorang pria paruh baya yang berjalan menghampiri Arini. Ia berjalan layaknya seorang algojo dan memasang wajah kesal.

"Hei, Nak! Apa kau sedang menipu kami? Apa kau tidak tahu kalau kami semua sudah ketakutan?!" tanya pria itu dengan nada yang keras. Hatinya panas, Arini pun membalas perkataan pria tersebut dengan nada suara yang keras pula.

"Pak, aku ini bukan penipu! Aku hanya berusaha untuk memberitahu kepada semua penumpang. Itu adalah teoriku, Pak. Tidak mungkin zombie itu datang sendiri, kan? Pasti ada pemicunya.." jelas Arini dengan suara yang lantang, "Terserah mau percaya atau tidak, yang jelas aku sudah memberitahu. Kuharap kalian semua percaya dengan apa yang baru saja aku katakan."

Lalu Arini berjalan kembali ke tempat Sang ayah dan saudara laki-laki itu. Para penumpang hanya bisa diam dan berbisik-bisik, membicarakan kebenaran dari apa yang baru saja Arini katakan.

Jika orang-orang tidak mempercayai apa yang ia katakan tadi, maka ia akan kelihatan bodoh. Arini merasa sangat malu, apalagi Sang ayah.

Tampak orang-orang membicarakan apa yang ia katakan tadi, mereka sepertinya percaya dengan apa yang Arini katakan, tapi tampaknya pria tadi masih tidak percaya dan mempengaruhi pikiran orang-orang tersebut. Dia begitu keras kepala dan juga sangat egois.

"Apa kalian percaya dengan gadis bodoh tadi? Kita tidak perlu khayalan anak kecil saat ini, apa kalian tidak berpikir dua kali tentang apa yang dia bicarakan tadi? Mana mungkin ada narkoba berjenis itu? Anak itu sudah membohongi kita, jadi kita tidak perlu mendengar perkataannya!" ujar pria itu yang malah menghasut orang-orang agar tidak mempercayai Arini dan menganggap Arini bodoh.

"Arini, jika kau selalu seperti ini, maka orang-orang menganggap kau bodoh. Ayah tak ingin kau mendapat malu, apalagi saat-saat seperti ini orang-orang tidak akan mempercayai lelucon, Nak," nasehat ayah. Mendengar itu semua, gadis itu pun menangis.

"Kenapa semua orang tidak mempercayai apa yang aku katakan, aku sangat kecewa dengan ini. Aku merasa seperti orang idiot, yang bersorak tak jelas di tengah kerumunan orang," ujar Arini sembari menangis terisak-isak.

Arini memutuskan untuk duduk menyendiri dan menghadap ke luar kereta. Ia mencoba menenangkan diri dan juga merenungkan semua kejadian sekarang ini.

Nasib sial apalagi yang akan ia dapatkan nanti? Perjalanan buruk, orang-orang tidak mempercayainya dan selanjutnya apa? Apa ia akan menjadi makhluk tak berguna itu juga?

"Perhatian untuk para penumpang. Kita akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya, jadi kereta tidak akan berhenti di Bandung karena terkena wabah. Untuk itu diharapkan bagi para penumpang untuk duduk dan menenangkan diri. Sekian terima kasih..!" ucap petugas kereta yang suaranya terdengar dari pengeras suara.

Semua orang semakin panik dan merasa kesal karena mereka tak ingin berlama-lama di dalam kereta yang hampir dipenuhi oleh monster itu.

Arini mencoba menghubungi Sang ibu, tapi telepon ibu mati. Arini makin panik dan terus menangis, ia bingung bagaimana ia bisa menyelamatkan ayah dan juga Alex dari situasi ini.

Kemudian Alex menghampirinya, dia mencoba menenangkan adiknya tapi Arini masih saja panik.

"Arini, ada apa? Kita akan baik-baik saja disini, tak lama lagi kita akan sampai ke Surabaya. Kita akan bertemu ibu," kata Alex seraya mengelus-elus rambutku. Alex tampak kasihan denganku, dia terus menggenggam tanganku agar aku tidak panik.
"Telpon ibu mati, aku gak bisa hubungi ibu. Apa ibu sudah menjadi zombie juga, Bang?" Alex kaget dengan apa yang Arini katakan, mata Alex yang berkaca-kaca membuat gadis itu semakin sedih.

Alex tetap menasehati adiknya itu dan menyemangatinya untuk tetap bertahan disituasi genting ini. Arini juga merasa kasihan dengan Sang ayah, ia tidak ingin ayah menjadi monster itu.

Jika situasi tidak memungkinkan, ia rela jika ia yang menjadi zombie itu, asalkan ayah dan Alex tetap baik-baik saja.

Ia merasa bahwa ia sudah banyak merepotkan ayah dan juga abangnya itu, jadi ia merasa sangat bersalah pada mereka.

"Tuhan, tolong lindungi mereka. Agar bisa bertemu dengan ibu di Surabaya nanti," gumamnya dengan mata yang terus mengeluarkan air mata.

" Ikuti kelanjutannya yh...!
Tinggalkan jejak, hargai authornya, beri vote biar authornya lebih semangat.."

Train to SurabayaWhere stories live. Discover now