Train to Surabaya (part 6)

505 29 18
                                    

Bertahan!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bertahan!

"Pintu kacanya..!" sahut suami tante Kim. Oh tidak! Kacanya retak karena zombie-zombie itu.

Padahal pintu kaca itu sudah ditutupi koran oleh Alex, tapi karena jumlah zombie makin banyak dan saling dorong, menyebabkan kacanya tidak kuat lagi menahan beban.

Mereka tidak tahu lagi harus kemana bersembunyi, kereta melaju dengan cepat dan tidak mungkin mereka terjun dari atas kereta tersebut.

Tiba-tiba Alex bersorak pada mereka, kalau di gerbong 6 ia mendengar suara manusia yang belum terinfeksi (manusia biasa).

Mendengarnya membuat kami masih memiliki harapan hidup. Mereka harus pergi ke gerbong 6.


Alex pun mengetuk-ngetuk pintu gerbong 6 tersebut, memberitahu pada orang-orang yang ada di dalam sana kalau masih ada orang-orang yang selamat.

Tapi tidak ada respon, padahal Alex dengan keras bersorak dan tanpa henti mengetuk pintu tersebut. Mana mungkin mereka tidak mendengarnya.

"Ayo cepatlah! Kacanya nanti keburu pecah," ucap Tante Kim dengan ketakutan.

"Ayah..!" teriak Arini. Keadaan makin mencekam saat pintunya sudah benar-benar retak dan akan pecah. Apalagi ditambah Vini yang makin menjadi-jadi nangisnya.

Tiba-tiba anak itu berjalan menuju pintu yang sudah retak itu, ternyata ia melihat ayahnya yang sudah menjadi zombie tersebut.

Tante Kim pun menghampirinya dan menarik tangan anak itu berusaha menahannya.

"Lepaskan aku, itu ayah! Apa tante tidak melihatnya?" anak itu berusaha melepaskan genggaman itu dari tangannya.   
                                  
"Itu bukan ayahmu lagi!! Ayahmu sudah mati!" Sebenarnya wanita itu tak ingin berkata seperti itu pada Vini, tapi ia harus mengatakannya pada Vini agar anak itu tidak melawannya.

Lalu wanita hamil itu pun menarik Vini dengan paksa dan pergi menjauhi pintu tersebut. Akhirnya pintu pertama dari gerbong 7 pun pecah, tentunya zombie- zombie itu kemudian mengejar mereka dengan ganasnya.

Mereka harus secepatnya pergi dari sana, agar bisa masuk ke gerbong 6 itu. Alex berpikir kalau para penumpang yang selamat pasti berkumpul di sana.

Mereka pun menghampiri Alex yang masih bersorak dan mengetuk-ngetuk pintu kaca gerbong 6 tersebut.

Setelah sampai di pintu masuk gerbong 6 tersebut, pintunya terkunci. Alex pun masih mengetuk-ngetuk pintu itu, memberitahu mereka bahwa kami masih di luar dan dalam kondisi selamat.


Tapi, yang mereka dengar hanyalah celotehan yang menuduh mereka pembohong dan membawa virus tersebut lebih parah dari sebelumnya.

Mereka terus menyoraki orang-orang yang ada di dalam gerbong 6 itu agar membukakan pintunya untuk mereka.

Entah apa yang ia pikiran, seorang pria muda nampak mencoba membuka pintu itu sedikit demi sedikit saat yang lain tengah lengah.

Akhirnya pintu itu ada juga celahnya walaupun sedikit, tetapi memungkin kami untuk bisa membuka lebar agar bisa masuk.
Ayah dan lainnya berusaha membuka pintu itu.

Train to SurabayaWhere stories live. Discover now