13. SEBUJUR BANGKAI

1.3K 202 59
                                    

Hubungan itu sama seperti masakan.
Kalau tidak diberi perasa, pasti hambar.

Keynal memutar tubuhnya 160 derajat menghadap Naomi. Dia mengerjap sekali, menimbang—nimbang dalam otak dan mengernyitkan dahi bingung. Untuk apa Naomi menyuruhnya membelikan benda mungil itu?

Emang, tespek ini, buat apaan sih? Jangan bilang, lo, ham...

Naomi menggenggam ketat tespek di tangan kanannya disertai geming—geming di wajah. Namun tak pelak, gadis itu tersenyum dalam gelengan kepala.Ini titipan teman aku.”

Owhhh, begitu. Kirain.” Ada bunyi dentum—dentum melegakan di dada Keynal.

Tenang aja sayang, aku aman, kok.” Keynal hanya mengangguk sekali paham.

Setiap kali Keynal memandang fitur anggun Naomi, seketika bumi yang dia pijak serasa amblas. Detak jantungnya berpacu ibarat mau lari maraton. Sewaktu ketika kedua tangan mereka bersentuhan.

Degh!

Keynal merasa jantungnya berhenti berdetak. Sudah sekian bulan lamanya, Naomi selalu ada dalam mimpi—mimpi indahnya.

Key, Miss, itu artinya apa? Naomi mengalihkan pembicaraan.

Panggilan untuk guru, dalam bahasa inggris sayang,” ucap Keynal dengan lembut.

Naomi menipiskan bibir. Pandangannya terpaut malas pada mata Keynal. Kalo Baby? 

Bayilah.” Oke, Naomi mulai kesal dengan jawaban Keynal.

Kalo, I Love You?

Aduh maaf, gue belum belajar sampe situ disekolah.” Keynal tidak pernah berubah, dipancing untuk mengombal malah seperti orang dungu. Sungguh tidak ada romantis—romantisnya jadi pacar.

○●○●

Keynal tak tahu semesta punya konspirasi apa sore itu, di sini, sebuah gang yang dia lewati kemarin begitu ramai dikerubungi orang—orang.

Sempit, pengap, bau tidak sedap terlalu dempet satu sama lain. Anak—anak kecil bejejer seperti sekumpulan semut. Terlalu banyak orang membuat Keynal lelah dan juga terlalu berisik. Tak ada keheningan yang berarti.

Keynal merobos paksa dan emak—emak kompleks mulai bergosip ria. Disana sedang terjadi penyelidikan, kasus pembunuhan yang melibatkan banyak wartawan dan kru televisi yang meliput. Garis polisi melintang di sekitar TKP.

Keynal berdiri kaku di belakang dokter ahli forensik, tampak di matanya koloni lalat berdengung di atas mayat. Tubuh—tubuh hitam mungil bersayap itu panik, berebut mendapatkan tempat terbaik pada daging manusia yang mulai membusuk.

Kita dapat apa?

Detektif Roni, sesuai dengan name tag di dadanya, melangkahi genangan air bercampur darah. Aliran air bukan pertanda baik untuk dijadikan bukti.

Dia menarik ponsel yang sejak tadi berdering dari saku, dan melirik layar, lantas memasukkannya kembali ke saku. Dia mengangguk ke petugas koroner.

Seorang gadis, berumur sekitar 14—16 tahun. Ada banyak luka tusukan di tubuh korban khususnya organ vital,” jelas petugas koroner.

Sang detektif lantas berjongkok, lalu menyibakkan rambut pirang kotor dan kusut dari wajah korban dengan tangan yang telah dilapisi sarung tangan putih berbahan dasar karet. Hmmm, cocok dengan deskripsi,” gumamnya kesal.

Better With You [VENAL]Where stories live. Discover now