37

7K 1.1K 159
                                    

Pram mengajak Jati untuk masuk ke rumah.

"Apa benar suratmu tentang Cantika? Apa maksudnya tentang Cantika terlibat dalam pembunuhan Raden Panji?" tanya Jati tanpa menunggu Pram mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu di sofa.

"Kami sedang menyelidiki ini."

Pram pun menjelaskan semua dari awal hingga akhir terkait kasus pembunuhan Raden panji yang dituduhkan kepada Raden Ajeng. Jenaka duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Menatap Jati yang terlihat mencelos mendengar apa yang didengarnya.

"Kenapa? Kenapa kembali? Kenapa berpura-pura peduli?" tanya Jenaka dengan tajam.

Pram dan Jati menoleh ke arah Jenaka yang menampilkan ekspresi tak bersahabatanya.

"Jika Cantika tidak kamu patahkan hatinya, mungkin Cantika tidak akan berpikir untuk memutuskan pertunangannya malam itu sehingga terjebak dalam konspirasi ini. Kenapa kamu kembali Jati? Bukankah kamu bisa hidup dengan tenang di tempat lain?"

"Jenaka," panggil Pram pelan. Pria itu berdiri dan menarik lengan Jenaka untuk ikut dengannya. Sepertinya Jenaka dan Jati belum bisa disatukan di satu ruangan yang sama.

"Boleh minta tolong panaskan makanan yang ada di meja dapur? Saya lapar."

"Tapi .."

"Kamu berantakin dapur saya pun tak masalah. Tolong ya, Jenaka. Tangan saya sedang sakit sekarang..."

Jenaka menghembuskan napas kasar. Matanya melirik Jati yang duduk memperhatikan mereka berdua. Gadis itu berbalik ke arah dapur. Pram mengacak rambut gadis itu sebentar kemudian kembali berbalik ke arah Jati yang masih setia menunggu.

"Jenaka sedikit terbawa emosi. Dia mungkin lelah karena kasus Raden Ajeng ini sepertinya melibatkan banyak orang petinggi.," ujar Jati.

"Pram."

"Hm?"

"Kamu menyukai Jenaka?"

Pram mengernyit. "Mengapa tiba-tiba bertanya seperti itu."

"Jika kamu dan Jenaka berada di posisi saya dan Cantika, apa yang akan kamu lakukan?"

Pram terdiam sejenak. Ia tidak pernah berpikir sampai sejauh sana. dirinya menyukai Jenaka? Mungkin itu benar. Pram tidak mencoba menutupi bahwa dirinya memang menyukai Jenaka.

Jika ... Jenaka adalah tunangan ayah angkatnya maka apa yang akan Pram lakukan?

"Ahaha jika itu saya .... Saya mungkin akan melakukan banyak hal gila."

Jati mengusap wajahnya gusar. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Malam itu ia menolak perasaan Raden Ajeng karena dia takut. Jati takut jika ia kalah dengan perasaannya maka ia akan terjebak dalam perasaannya selamanya.

Jati memiliki tujuan lain. Dan akhir-akhir ini dengan bayang-bayang Raden Ajeng, semuanya terasa semakin sulit. Mungkin jika saja ia tidak kembali ke Batavia pagi itu, Jati mungkin bisa kembali berbicara dengan Raden Ajeng. Dan mereka bisa mencari jalan tengahnya.

Jantungnya berdebar sangat cepat. Ia merasa bersalah juga kasihan.

"Pram, izinkan aku ikut denganmu untuk melindungi Cantika. Aku ingin membalaskan perasaan bersalahku. Aku tidak ingin Cantika dihukum akan sesuatu yang tidak ia lakukan."

"Untuk itu saya tidak bisa berkata apa-apa, Jati. Sepertinya kehadiranmu kurang disukai oleh Jenaka. Kamu harus berbicara dengannya terlebih dahulu."

Pram tersenyum ke arah Jati yang terlihat pias. Pram menyarankan Jati untuk menyusul Jenaka ke dapur. Membantu gadis itu untuk menyediakan makan malam karena pastinya jika tanpa bantuan siapa pun, Jenaka akan membakar dapurnya sebentar lagi.

Surat Untuk Jenaka (Complete)On viuen les histories. Descobreix ara