45

6.9K 1K 21
                                    

Pram sudah kembali berpakaian, terima kasih kepada Jati yang sudah memisahkan Pram darinya. Kehadiran Jati memang sangat tidak disangka Jenaka tapi ia bersyukur karena ia berhasil melepaskan diri dari kungkungan tubuh Pram yang besar.

Meskipun suasana di ruangan itu menjadi canggung, Jenaka tidak peduli. Ada hal yang lebih penting untuk dibagikannya. Ia menyuruh Pram dan Jati untuk meletakkan meja di balik pintu agar tidak ada orang yang sembarang masuk saat ia menjelaskan kondisi mereka.

Ketika Pram dan Jati bergerak untuk memindahkan pintu, Jenaka membuka nampan juga penutup aluminium yang ia bawa dari kamar Raden Jaya. Ketiganya duduk di atas karpet lantai melingkari benda tersebut.

"Lihat apa yang saya dapatkan."

Jenaka mengeluarkan sebuah bagian buku yang robek. Di sana terdapat bercak merah yang mereka curigai adalah darah. Jenaka menyerahkan buku itu untuk dilihat oleh Pram juga Jati.

"Buku tamu yang diambil dari kediamaan pengrajin berlian," gumam Pram.

"Betul. Dan kita sudah menemukan satu bukti krusial. Kita harus segera menyerahkan ini segera kepada Iskandar dan memastikan bahwa ini memang perbuatan adik Raden Panji," balas Jenaka.

"Tapi tunggu dulu, apa kalian sudah menyimpulkan tujuan Raden Jaya melakukan semua ini? Maksudku tentu Jaksa Strauss tidak semata-mata menerima bukti ini dan langsung menyalahkan Raden Jaya bukan? Pasti ada sesuatu."

Pram sudah mengetahui tujuan Raden Jaya melakukannya. Salah satu tujuannya adalah untuk menipu orang Belanda dengan mengatakan bahwa pin berlian itu pemberian bupati sebagai tanda dia menunjuk Raden Jaya untuk menggantikan posisi Raden Panji yang sudah meninggal.

Tapi ada alasan lain di samping itu. Pram melirik ke arah Jati dan Jenaka secara bergantian. Ia tidak tahu respon apa yang akan mereka berikan. Jenaka mungkin hanya terkejut tapi ia sangat mengantisipasi Jati karena Jati adalah anak angkat dari wanita itu.

"Apakah ada saksi lain yang bisa membantu kita?" tanya Jati yang ingin bahwa klaim mereka benar-benar kuat tidak hanya berdasarkan asumsi.

"Raden Jaya mengatakan bahwa ia melakukan semua ini agar menjadi bupati ... lalu mendapatkan kesempatan untuk menikahi Raden Ayu Kartika."

"Hah?"

Jati dan Jenaka terlihat bingung dengan ucapannya. Kedua anak muda itu sangat terkejut ketiak Pram menyebut nama seorang wanita lain. Pram pun awalnya sangat terkejut. Ia juga memberikan reaksi yang sama tadi ketika Raden Jaya mengakui semua kejahatannya ketika dalam pengaruh alkohol.

"Apa maksudnya ibu terlibat dalam ini?"

"Jati, dengarkan saya. Saya mendengar sendiri dari pengakuan Raden Jaya. Dia sendiri yang bilang bahwa ia ingin menikahi mantan istri Raden Panji."

Kepala Jenaka rasanya seperti ingin pecah. Pria itu ... melakukan ini semua demi bisa menikahi mantan wanita kakaknya sendiri?

"Tunggu dulu! Jati, apakah kau selama ini tidak melihat keanehan dalam komunikasi keduanya? Saya tidak menyangka bahwa selama ini mereka berhubungan yang artinya Raden Kartika juga terlibat?" tanya Jenaka.

Jati berdiri untuk berpikir sejenak. Ia tidak tahu harus memikirkan apa sekarang. Ini semua terlalu mengejutkan. Ia mencoba mengingat-ingat lagi komunikasi yang dilakukan oleh ibu angkatnya juga Raden Jaya.

Justru menurut penglihatan Jati, wanita itu terkesan tidak menyukai Raden Jaya. Ia sering mendapati wanita itu membuang atau mengembalikan hadiah dari Raden Jaya.

"Saya rasa tidak seperti itu. Dia justru terkesan membenci Raden Jaya, Pram. Apa kamu yakin tentang apa yang pria itu katakan?"

"Maka dari itu dengarkan saya dulu, saya belum selesai berbicara. Duduklah."

Surat Untuk Jenaka (Complete)Where stories live. Discover now