40

7.3K 1K 46
                                    

Sekarang Jenaka sudah bergabung dengan Pram dan Jati. Karena Pram tak bisa mengirim Jenaka pulang, terpaksa dirinya harus melibatkan Jenaka dalam rencana mereka kali ini. Ia menjelaskan rencana yang akan mereka jalankan di Batavia nanti.

Jati mengatakan bahwa Raden Jaya lebih sering tinggal di salah satu hotel di daerah Batavia. Jati sering beberapa mengirimkan pesan dari ibunya ke sana untuk diberikan kepada Raden Jaya. Dan apa yang akan mereka lakukan adalah berbagi tugas untuk mendapatkan informasi tentang apa yang sedang Raden Jaya lakukan dan mencari keberadaan pin berlian yang katanya juga dimiliki oleh Raden Jaya melalui kesaksian adik Kepala Pelayan itu.

Ketiganya akan mencari sebuah losmen untuk tinggal dan Jenaka ditugaskan untuk menjadi pelayan. Pram dan Jati akan bertugas di tempat lain sebagai pengawal. Hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari informasi di antara karyawan terkait keberadaan Raden Jaya di hotel tersebut.

"Kemarin Raden Jaya mengatakan bahwa dirinya langsung akan kembali ke Batavia kan?" tanya Jenaka.

"Iya, saya sudah memastikan itu. Salah satu polisi telah mengirimkan informasi tadi pagi jika Raden Jaya menggunakan kereta di malam kemarin."

"Sebelum kita menjalankan rencana ini biar Jati yang dekat dengan Raden Jaya memastikan bahwa pria itu ada di hotelnya atau tidak terlebih dahulu."

Jenaka dan Jati mengangguk.

Pram menekankan kepada Jenaka dan Jati keduanya untuk tetap menjaga diri masing-masing terutama Jenaka. Gadis itu mengangguk meminta Pram untuk mempercayainya.

Pram tidak ingin kejadian Jenaka melakukan sesuatu di luar rencana terjadi lagi. Dirinya masih sangat muda untuk mati akibat serangan jantung. Apalagi setelah mendengar bagaimana Jenaka menghampiri kediaman Raden Ajeng untuk meminta uang. Untungnya Raden Ajeng bersikap rasional dan menolak permintaan Jenaka. Namun kenekatan Jenaka tak hanya berhenti di sana. Gadis itu mendatangi seorang pria yang tak dikenalnya untuk meminjam uang.

Pram tidak tahu mengapa Dokter Willem menerima permintaan Jenaka begitu saja. Ia sadar bahwa tak semua orang Belanda yang ada di Tanah Hindia ini buruk. Ada juga orang-orang tulus yang ingin menolong pribumi atau jatuh cinta dengan Tanah Hindia salah satunya seperti Anneke. Tapi tetap saja ... membantu seorang gadis yang baru sekali bertemu terlalu mencurigakan.

"Aku rasa Dokter Willem menyukaimu," ujar Jati.

Jenaka dan Pram mengernyit tak suka. "Jangan rendahkan Dokter Willem dengan mengatakan hal seperti itu. Dokter Willem adalah orang yang baik. Dia ingin menolongku tanpa timbal balik!" ujar Jenaka tegas dan Pram mengangguk menyetujuinya.

"Tapi tidak ada seorang pria yang ingin menolong seorang gadis tanpa merasakan apa pun."

"Kamu salah! Tentu saja ada! Contohnya Pram, dia tetap baik kepadaku tanpa menyukaiku. Dia mengizinkan untuk saya tinggal di rumahnya dan membuat makanan setiap kali lapar. Dia juga mengizinkan kita untuk terlibat dalam perjalanan ini juga kan?"

Jati melirik Pram yang mengedikkan bahunya. Pemuda itu menggeleng tak percaya. Ia tak percaya bisa bertemu seorang yang sangat tidak peka seperti Jenaka.

"Toh, kamu juga ikut bergabung di sini untuk menolong Raden Ajeng juga tanpa memiliki perasaan suka padanya kan?"

"Saya menyukainya!" bantah Jati dengan cepat.

"Hah! Sekarang kamu baru mengakuinya? Terlambat... karena sekarang saya tidak akan merestuimu lagi."

"Oh, begitu? Saya juga tidak butuh restumu! Saya baik-baik saja dengan menyukainya dalam diam!"

"Apa? Kamu terdengar seperti seorang pecundang! Apakah kamu tidak malu? Jika kamu menyukai seseorang seharusnya kamu memperjuangkannya sejak awal! Oh saya tidak percaya pemuda sepertimu adalah kakek-"

Surat Untuk Jenaka (Complete)Where stories live. Discover now