15. REY & ZIO

12 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

15. REY & ZIO

Matahari sudah hendak terbenam, namun Nuala tidak ada niatan untuk keluar dari kamar. Perempuan itu merenung sejak kemarin. Ponselnya juga ia simpan di laci dalam keadaan mati agar papanya tidak bisa menghubungi.

Nuala turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju jendela untuk melihat siapa yang datang. Suara deruman motor yang sangat familier di indera pendengarannya semakin membuat Nuala penasaran.

Mata Nuala membulat sempurna melihat laki-laki yang datang ke rumah. Ia terkejut bukan main dengan kedatangan Rey. Dari mana laki-laki itu tahu alamat rumah ini?

Dengan cekatan Nuala mengambil sweater dari dalam tas dan keluar kamar untuk menghampiri Rey di bawah. Senyum perempuan itu semakin lebar, kedatangan Rey seakan-akan menjadi obat dari kemurungannya.

Nuala berhenti di depan pintu, tangannya sudah meraih handle pintu, namun niatnya untuk keluar ia urungkan ketika mendengar mamanya sedang berbicara dengan Rey.

Sayup-sayup ia mendengar kalau sang mama sedang mengintrogasi Rey dan mengulik tentang hubungan yang sedang ia jalani bersama laki-laki itu.

Nuala menggeleng dan terkekeh pelan mendapati sang mama yang kepo sekali tentang hubungannya.

"Tante panggilin dulu yaaa." Mendengar mamanya berbicara seperti itu, Nuala langsung berdeham dan menetralkan raut wajahnya dan bertingkah seolah-olah tidak mendengar apa-apa.

Pintu rumah terbuka dan mama melihat Nuala berdiri di depan pintu menenteng sweater berwarna sage. Terlihat seulas senyum dari bibir wanita paruh baya itu kala menatap wajah putrinya yang lebih cerah dari kemarin.

"Tuh dicariin sama pacar kamu," ucap Mama Nuala sedikit menekan kata "pacar" membuat Nuala tersipu malu.

"Mama nggak marah 'kan? Waktu itu Mama bawel banget pas tau Ala punya pacar."

"Kalau dia bisa bikin kamu bahagia, Mama nggak bisa apa-apa."

Nuala tersenyum dan memeluk mamanya sebentar. Meninggalkan kecupan singkat di pipi mamanya kemudian keluar dari rumah dengan senyum semringah.

"Rey."

Laki-laki itu berbalik badan dan langsung mendapat pelukan dari Nuala. Kalau tadi Rey tidak siap pasti sudah terhuyung hingga jatuh ke tanah. Kedua tangan Rey bergerak untuk membalas pelukan Nuala.

"Kamu nggak latihan basket?" tanya Nuala tanpa melepas pelukannya. Perempuan itu mendongak untuk memandang wajah Rey yang lebih tinggi darinya.

Rey menggelengkan kepala dan mengusap puncak kepala Nuala. "Dari kemarin aku teleponin kamu terus, tapi enggak kamu angkat sama sekali. Lain kali jangan bikin orang khawatir kaya gini ya," ucapnya membuat hati Nuala menghangat hingga gelenyar itu menyebar ke seluruh tubuhnya.

Rey mengkhawatirkannya. Hal itu sudah cukup bagi Nuala. Kini ia merasa dianggap oleh Rey. Laki-laki itu menganggap keberadaannya. Nuala senang sekali.

"Maaf ya aku matiin hp, enggak tau kalo kamu telepon," ucap Nuala sembari merenggangkan pelukannya.

"Iya, nggak pa-pa." Rey memandang wajah Nuala dengan saksama. Kedua kelopak mata perempuan itu sedikit bengkak seperti sembab habis menangis. Rey ingin bertanya ada apa dengan Nuala sampai tidak berangkat sekolah, tetapi ia menahannya. Ia tidak mau membuat Nuala sedih karena membicarakan masalahnya.

"Bentar aku bawain milkshake taro buat kamu," ucap Rey sembari berjalan menuju motornya untuk mengambil satu cup besar milkshake taro yang ia gantungkan di motor.

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now