16. RONA PIPI

22 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

16. RONA PIPI

"Nuala tunggu!" Firna berteriak dari arah belakang membuat Nuala yang sedang berjalan bersama Rey menghentikan langkahnya.

"Kirain lo nggak berangkat lagi," kata Firna sembari merangkul bahu Nuala.

"Berangkat dong hari ini kelompok kita presentasi tugas sejarah, masa gue nggak berangkat?"

Firna mengangguk dan membahas kesepiannya kemarin karena Nuala tidak berangkat. Sampai di lobi mereka pun masih mengobrol dengan asyik. Mereka berpisah dengan Rey di lobi, karena laki-laki itu hendak ke ruang kesiswaan untuk mengurus surat dispensasi selama turnamen nanti.

"Lo tumben berangkat bareng Rey, Al," celetuk Firna ketika sudah sampai di kelas.

"Tadi dijemput ke rumah papa, karena hari ini les jam ke nolnya juga libur, jadi gue bolehin Rey buat jemput," jawab Nuala seraya mengeluarkan buku tulis dan bolpen untuk mencatat materi hari kemarin.

"Oh, gitu. Anyway, sorry ya kemarin gue nggak minta izin dulu kalo mau kasih alamat rumah papa lo ke Rey," ucap Firna menyesal.

Nuala menoleh dan mengulum senyum. "Iya, nggak pa-pa. Gue justru mau berterima kasih ke lo, kalo kemarin Rey nggak dateng kayaknya gue bakal seharian ngurung diri di kamar. Gue seneng banget kemarin bisa ngobrol banyak sama Rey," katanya terdengar bahagia.

"Syukur deh kalo lo seneng. Jangan sedih-sedih terus, gue jadi ikut sedih tauuu!" Firna mengerucutkan bibirnya. "Mulai sekarang lo kalo ada apa-apa cerita ke gue. Gue bakal one call away buat lo!"

"Iya ... iya," balas Nuala, "lo bawa catetan materi mata pelajaran kemarin yang semalem gue minta 'kan?"

"Bawa dong!" Firna mengeluarkan buku tulis yang berisi catatan hari kemarin dan ia berikan kepada Nuala.

"Al," panggil Firna setelah hening beberapa saat.

Nuala hanya berdeham sebagai tanggapan dan terus mencatat di bukunya.

"Semalem gue pergi bareng Zio sama Reno ... ah tapi kami bertiga emang sengaja enggak ngajakin lo, takutnya lo masih pengin sendiri gitu," ucap Firna langsung menjelaskan daripada Nuala salah paham.

"Iya, gue paham kok." Nuala tidak mempermasalahkan hal itu.

"Gue kan sama Reno lagi bahas lo tuh, ya kaya nebak-nebak aja keadaan lo kayak gimana semalem."

Nuala mengangguk-anggukkan kepalanya dan tetap diam mendengarkan cerita Firna dengan saksama.

"Terus Zio tiba-tiba marah ke gue sama Reno. Dia nggak mau gue sama Reno ngobrol bahas tentang lo. Padahal gue sama Reno enggak gosipin lo, kami cuma kepo sama keadaan lo doang bukan ngomongin yang enggak-enggak," kata Firna dengan suara pelan agar tidak ada yang mendengarnya kecuali Nuala.

"Zio marah kalian nyebut nama gue gitu maksudnya?" tanya Nuala mencoba menyimpulkan dari apa yang ia dapatkan.

"Iya, gitu! Gue nggak tau kenapa Zio tiba-tiba marah. Mood-nya jelek parah semalem. Gue sama Reno sampe bingung anjir harus kayak gimana," kata Firna.

"Kayanya kemarin dia nggak kenapa-kenapa deh, Fir."

"Kemarin lo ketemu sama Zio?"

"Iya, kemarin Zio ke rumah. Gue sempet ngobrol kok sama dia sama Rey juga dan nggak ada yang aneh dari Zio."

Firna melirik ke atas dan mengetukkan jari telunjuknya ke dagu berulang kali. Memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Setelah menemukan sebuah kejanggalan, Firna mengatupkan bibirnya yang berkedut—berusaha menahan senyum gelinya.

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now