PART 8

2.1K 338 228
                                    

Libelle membuka pintu kamarnya secara perlahan. Kedua pipi gembul nya mulai menampilkan rona kemerahan.

Gadis itu mengatupkan bibir dengan kepala yang melongok—mengintip ke luar.

"Ngapain? Cepet, keluar." Reiga yang menangkap keberadaan pemuda mungil itu, melipat bibirnya. Ada kekehan samar yang bocor dari mulutnya.

Di samping pemuda berlesung pipi itu, terdapat Alfarezeel dan Deo. Keduanya juga menatap Libelle.

"Anu, celananya ngga ada yang lebih kecil, gitu?" Libelle mati-matian menahan diri agar tak mengumpat. Salahkan juga pemilik tubuh yang hanya memiliki sepasang seragam.

Apakah Jae bodoh? Bagaimana mungkin dia tak menyiapkan cadangan baju atau celana? Tidakkah dia mengantisipasi kejadian seperti ini di masa depan?! Libelle frustrasi harus memakai salah satu celana pemuda di depannya ini.

Terlebih, Alfarezeel lah yang memberikan celana itu!

Perbedaan tinggi dan proporsi mereka begitu kontras. Celana yang dikenakan Libelle jika tak digulung akan menyentuh tanah. Bahkan pinggang celana nya sampai ke rusuk gadis itu.

"Kodok! Cepetan!" Deo mendesak tak sabaran. Pemuda tampan itu lalu mendorong pintu dan menarik pemuda mungil itu dengan mudahnya.

"Pftt... Jae.."

Libelle kontan memejamkan mata begitu tawa Reiga meledak. Deo juga sama. Pemuda bermulut mercon itu mencerca nya dari atas hingga bawah.

"Lo beneran kaya kodok! Keliatan banget minjem celana orang." Hardik nya ditengah-tengah gelak tawa.

Libelle mendengus sebal. Gadis itu menutup pintu kamarnya dengan kuat lalu menguncinya. Dengan wajah yang senantiasa di tekuk, gadis itu menoleh sengit. Manik amber nya memicing sinis bak kucing.

"First of all. lo berdua anjeng!" Umpat gadis itu yang memiliki kesabaran setipis tisu. Libelle kemudian melangkah menjauh meninggalkan tiga pemuda yang masih memandangi nya.

Tak ada yang berpihak kepadanya. Dirinya bagaikan wadah yang menampung kesialan-kesialan di dunia novel ini.

Arzhel juga sedang mengadakan rapat OSIS. Jika saja pemuda itu bersamanya, pasti Libelle akan memakai celana pemuda itu!

Libelle menghentak-hentak kan kakinya kesal.

Berhenti sebentar, Libelle membalikkan badan. Iris nya menatap satu persatu diantara ketiga pemuda itu. Jari tengahnya terangkat tinggi ke udara.

Hanya sejenak sebelum gadis itu berlari dengan kedua tangan yang menahan pinggang celana nya agar tak jatuh.

Keprat! Dia bahkan tak memiliki gesper! Gadis itu mengerang dengan batin yang memaki penulis.

Reiga kembali terbahak-bahak. Deo yang mengernyit jijik dan Alfarezeel menutupi bibir ranumnya menggunakan sebelah tangan.

Tingkah pemuda mungil itu diluar galaksi. Tak ada seram-seram nya. Malahan terlihat seperti badut Dora.

"Lucu banget." Tatapan teduh pemuda berlesung pipi itu masih tertuju pada tempat terakhir kali Jae terlihat.

"Dih, lucu dari mananya? Kaya belut, iya." Cela Deo seraya menyeringai sarkastis.

Ketiganya berjalan menuju kelas mereka. Deo, Reiga dan Alfarezeel berada di kelas yang sama. Satu tingkat diatas Libelle dan Arzhel yang menduduki kelas dua. Agaknya keberadaan pemuda mungil itu mulai tertanam di hari-hari mereka.

________________

Libelle meremas ujung jas laboratorium nya kuat. Gigi gadis itu menggeletuk dengan mata yang menyipit memandangi alat-alat di atas meja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Second Male Lead is Actually a GirlWhere stories live. Discover now