#8-About Ikrar and His Feeling

1.9K 171 12
                                    


A lot like love...

If you're not sure...

Just hug me without worrying...

It's love if your heart is beating...

If you are, will you confess me?

(English Translation of Moon Lovers Scarlet Heart Ryeo Soundtrack. Song by: Baek A Yeon: A Lot Like Love)

IKRAR

Sudah sejak lama, aku menyukainya.

Cewek yang kusukai adalah Lizzy Evaria. Aku sering memanggilnya Liz, begitu juga dengan orang-orang di sekitarnya yang sudah mengenalnya dengan sangat dekat. Untuk orang yang baru berkenalan dengan Liz, mereka akan memanggil cewek itu dengan nama sebenarnya. Aku dan Liz sudah bersama sejak pekan MOS di zaman SMA dulu. Dia adalah teman pertamaku, orang yang memberikan semangat padaku melalui senyuman lembutnya.

Saat itu, aku sedang tidak enak badan. Tubuhku lemas sekali, kepalaku pening dan perut kiriku bermasalah sejak hari sebelumnya. Belum lagi para senior menyebalkan yang bersikap bak tentara. Mentang-mentang mereka senior dan waktu itu sedang diadakan MOS, mereka seenaknya saja memberi kamu para murid baru perintah-perintah menyebalkan.

Ketika aku sedang duduk bersandar di batang pohon besar, berlindung dari cahaya matahari yang menyengat, Liz menghampiriku dengan senyuman riangnya. Dia menyerahkan sebotol minuman berwarna merah, yang kuketahui sebagai minuman bersoda, kemudian menunjuk tempat kosong di sampingku. "Boleh gabung?" tanyanya ceria.

Aku mengangguk sebagai jawaban dan menerima minuman merah tersebut. Lama kupandangi minuman itu, sebelum akhirnya Liz menepuk pundakku beberapa kali. "Tenang aja, minumannya nggak gue kasih racun, kok."

Mendengar kalimat itu, aku mendengus dan tersenyum seraya menggeleng. Kubuka penutup botolnya dan kuteguk minuman merah itu. Rasa segar langsung menerjang tenggorokanku dan sensasi sodanya membuat otakku kembali bekerja. Kulirik Liz dan mengulurkan sebelah tangan. "Gue Ikrar. Lo?"

"Lizzy Evaria," sambutnya penuh sukacita. Entah kenapa, senyuman lembut dan ceria itu membuat perasaanku menghangat dan dadaku berdesir hebat. Liz memiliki aura yang sanggup membuat sekitarnya merasa bersemangat. "Tapi, cukup panggil gue Liz."

"Liz." Aku mengangguk sambil menjabat tangannya tegas. "Nama yang unik. Kayak salah satu komik zaman dulu yang pernah nggak sengaja gue baca. Tokohnya bernama Liz dan Meg."

"Chim-Chim Cherry, right?" tanyanya penuh semangat. Kemudian, dia tertawa renyah. Tawa yang membuatku nyaman dan tanpa sadar kembali tersenyum. "Gue juga baca komik itu. Nggak disangka, cowok tulen macam lo mau baca komik-komik serial cantik."

"Don't get me wrong, tapi sepupu gue yang paksa gue untuk baca komik itu karena katanya seru. Dan, yah, gue memang terhibur." Aku mengangkat bahu tak acuh. "Lo nggak malu?"

"Malu? Buat?"

"Karena mendekati seorang cowok duluan." Aku menunjuk ke kejauhan dengan menggunakan dagu. "Mereka kayaknya ngegosipin lo, karena lo yang mengambil inisiatif untuk mendekati gue lebih dulu."

Lagi-lagi, Liz tertawa. "So what?" tanyanya menantang. "Gue kan mau ngajak berteman, bukannya mau menyatakan cinta. Mereka aja yang kurang kerjaan menggosipi gue. Kalau emang mereka mau berteman sama lo, harusnya mereka mengajak lo berkenalan, bukannya malah asik-asik ngomongin gue, badmouthing gue." Cewek itu menggeleng dan menarik napas panjang. "Wasting time banget nggak, sih?"

FEELINGS (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang