#9-Me, Lizzy and Lizza

1.7K 164 8
                                    

yuhuuuu ^^

ketemu lagi sama Afnan-Lizzy... satu chapter lagi dan itu adalah ending, ya :D

ah, dengarin lagu di mulmet pas scene Lizzy mayungin Afnan, ya :D

happy reading :))

Ah, karena pada dasarnya aku gambarin Liz itu mirip sama Lizza, mantan si Afnan, jadi cast nya pun aku pakai kakak-adik di dunia nyata ;)




AFNAN

Aku bersandar sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana jeans.

Baru saja aku mendapat telepon dari nomor tak dikenal dan rupanya, orang yang sudah meneleponku itu adalah... Lizza. Mantan tunanganku yang tidak tahu malu itu. Untuk apa Lizza meneleponku? Setelah dia mengkhianatiku, memiliki anak dari cowok lain, kenapa dia kembali lagi ke kehidupanku yang sudah mulai tenang dan mulai berbahagia bersama Liz?

Brengsek!

"Afnan?!"

Seruan kaget itu membuatku tersadar dan menoleh. Aku sempat tertegun, menyaksikan bagaimana cantik dan elegannya Liz saat ini dengan kebaya yang membalut tubuh mungilnya dengan pas dan sempurna. Sesaat, aku tidak bisa berpikir apa-apa. Pikiran akan Lizza yang menghubungiku dan mengajakku bertemu untuk membicarakan sesuatu entah apa itu pun, lenyap dari otakku. Fokusku hanya pada Liz.

Pada cewek cantik dan manis di hadapanku saat ini.

Kusadari Liz segera mendekat ke arahku dan memegang lenganku erat. "Afnan, kenapa lo bisa ada di sini?"

Aku tidak langsung menjawab. Penasaran, sedih, senang juga kepolosan berbaur menjadi satu pada dua matanya. Cewek di hadapanku inilah yang membuat kedua mata, juga hatiku terbuka. Terbuka dari kegelapan. Menyuruhku untuk memulai semuanya dari awal. Sesuatu yang baru. Orang yang berhasil masuk ke dalam hatiku, bahkan tanpa aku sadari sebelumnya, menghapus semua rasa sakit hatiku akan pengkhianatan Lizza.

"Afnan?"

Panggilan berikutnya dari Liz membuatku tersadar lagi. Langsung saja aku merentangkan kedua tangan, menarik tubuh mungil Liz ke dalam pelukanku. Bisa kurasakan tubuh Liz menegang sejenak, sebelum kemudian cewek itu mulai rileks dan balas memelukku dengan cara melingkarkan kedua lengannya ke pinggangku, sementara aku semakin mempererat pelukanku padanya.

"Maaf, karena gue baru datang untuk menjemput lo," ucapku menyesal dan bersungguh-sungguh. "Lo pasti ketakutan."

Liz mengusap punggungku berulang kali dan menggeleng. "Terima kasih karena lo udah mau datang."

Harusnya, Liz tidak perlu berterima kasih. Aku akan selalu ada di sisinya, kapan pun, di mana pun dia berada. Aku akan selalu menemukannya.

Kuuraikan pelukanku dan kutangkup wajahnya. Cewek itu lebih kurus dibanding sebelumnya. Rahangku mengeras dan menyumpahi Ikrar habis-habisan di dalam hati. Apa Ikrar tidak memberi Liz makan dan minum? Apa cowok itu menyakiti Liz?

"Tenang aja, gue nggak mungkin nyakitin Liz."

Suara itu terdengar datar. Aku menoleh dan menatap tajam Ikrar yang berdiri tegak seraya bersedekap. Sialan cowok itu! Tingkahnya benar-benar memuakkan. Ingin sekali aku menghajarnya dan ternyata, tanpa kusadari, alam bawah sadarku mengontrol seluruh tubuhku. Aku maju, menghajar wajah Ikrar hingga Liz menjerit, lantas mencengkram kerah kemeja cowok sialan itu.

"Ini yang lo sebut dengan persahabatan, Ikrar?!" tanyaku sambil menggeram. "Lo culik sahabat lo, terus lo paksa untuk menikah sama lo, iya?!"

Ikrar tidak menjawab. Cowok itu hanya balas menatapku tegas dan menarik napas panjang. Tak kusangka, Ikrar justru tersenyum tipis ke arahku. Membuat keningku berkerut dan mendorong tubuh cowok itu keras.

FEELINGS (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now