2. Siapa Namanya?

1.8K 223 55
                                    

"Mana suaranya?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana suaranya?!"

Ketika Sabda berdiri dan berseru, kontan cewek-cewek yang ikut duduk di belakangnya ikut meneriakkan dukungan.

Sebenarnya, Sabda jarang akrab sama cewek-cewek itu tapi merekalah yang mau tidak mau berusaha mengakrabkan diri sama Sabda.

Seperti hari ini, seenggaksukanya mereka dan sedengki-dengkinya mereka sama kedekatan Sabda dengan dua orang cogan sekolah, mereka tetap berusaha mendekat ke Sabda.

Menurut prediksi mereka, setelah pertandingan, Satria pasti akan datang ke arah Sabda. Cowok itu nggak pernah ke arah lain meskipun punya pacar. Pacar cowok itu biasanya nggak bisa berbuat apa-apa. Dan kenyataannya, cowok itu memang nggak pernah bertahan lama dengan pacar-pacarnya.

Menilik hal itu, para pendukung Satria sudah punya strategi; mengikuti di mana Sabda duduk, mengikuti bagaimana Sabda mendukung Satria, mengikuti perintah Sabda. Lalu, biasanya, Satria akan menghadiahkan tawanya ke arah mereka. Sebuah anugerah Tuhan yang pesonanya tidak punah oleh zaman.

Satria sudah mencetak gol lagi dan Sabda melompat-lompat sambil berteriak. Cewek itu sesekali memukul lengan atau merangkul bahu Orbit.

"Sat-ria... Sat-ria...." Penonton mulai menyoraki cowok itu. Sabda sudah melepaskan jaket S.O.S-nya. Jaket itu diputar-putar di udara, pekikan semakin meriah kala waktu menunjukkan detik-detik terakhir. Dan teriakan akhirnya pecah, saat waktu habis. Sekolah mereka memenangkan liga futsal lagi.

"Yeah! BangSat gue menang! BangSat gue!" Sabda menguncang-guncang bahu Orbit dan mengacak rambutnya. Dia berteriak sambil mengepalkan tangan di udara, berjoget tidak tahu malu ketika lapangan terputar lagu Meraih Bintang.

"Yo, yo ayo. Yo yo ayo yo ayo. Yo yo ayo yo ayo. Yo yo wo oo. Kalau menang berprestasi. Kalau kalah jangan frustrasi. Kalah menang solidaritas. Kita galang sportivitas." Sabda juga bernyanyi di sela jogetnya. Kuda poninya yang dibawa serta, ikut menari-nari di udara.

Orbit hanya bertepuk tangan. Meski tadi Satria telat karena peristiwa kuda poni, sekolah mereka dapat meraih kemenangan juga. Seandainya kalah, dapat Orbit bayangkan bagaimana lusuhnya muka Satria. Pertandingan ini adalah persembahan terakhir sahabatnya itu sebelum melepas posisi kapten kepada juniornya.

Seseorang terlihat mendekat ke mereka. Satria yang masih berkeringat berlari menghampiri Sabda dan Orbit, menjatuhkan badan sambil merangkul keduanya. "Woy!" panggilnya dengan gembira.

"Kak Satria, senyum dong," pinta seseorang dari jurnalis sekolah. Cewek itu ingin memotret Satria sebagai pelengkap berita. Bukannya melepaskan rangkulan, Satria malah mempererat rangkulan sehingga Sabda dan Orbit terpaksa masuk dalam satu layar. Begitulah mereka.

Semua juga tahu jika berurusan dengan Satria Piningit, berarti akan ada Sabda dan Orbit bersamanya. Juga sebaliknya, berurusan dengan Sabda dan Orbit, bakalan ada Satria di sana. Ibarat burger, kentang dan minuman bersoda yang ada dalam satu paket, mereka nggak dijual terpisah.

SABDA [Moving]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang