Part 15 - Panic Attack

198 26 4
                                    

Bibir perempuan di hadapannya terasa kenyal dan manis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bibir perempuan di hadapannya terasa kenyal dan manis. Arga dapat merasakan sedikit rasa vodka dan irish cream di lidahnya. 

"Mas Arga," teriak si kerempeng itu. 

Jujur dirinya sudah melihat kedatangan si kerempeng itu beberapa detik yang lalu, maka dari itu Arga memberikan pertunjukan yang bagus padanya. Diraihnya wajah salah seorang perempuan yang paling dekat dengannya, lalu dengan sengaja diciumnya. Lelaki itu dapat melihat bibir perempuan di hadapannya itu bengkak sedikit karena perbuatannya. 

"Ngapain kamu di sini?" Arga menatap gadis salah kostum yang sedang berdiri menatapnya dengan mata terbelalak. 

"Pulang, Mas, kasihan Mama." Gadis kerempeng itu berkata lagi. 

Teman-teman perempuannya seketika langsung tertawa mendengar ucapan Erina. Seorang lelaki berumur 28 tahun masih dicari dan disuruh pulang ke rumah sama mamanya, sungguh menggelikan. Untungnya teman-teman lelaki Arga masih di luar, bisa runyam kalau mereka sampai dengar ucapan Erina. 

Lelaki itu segera berdiri dari duduknya kemudian memcengkeram lengan kurus Erina dan setengah menyeretnya untuk keluar dari ruang VIP. 

"Apa sih kamu ini? Mau sok jadi pahlawan?" sentak Arga. "Pulang sana," usirnya. 

"Nggak, Mas! Erina bakal tunggu, Mas Arga, sampai pulang." Gadis itu berkata dengan keras kepala. 

"Pulang!" Arga membentak lagi, kali ini sambil melotot.

"Nggak!" Erina berkata tak kalah keras kepala. Dagunya terangkat tinggi menantang Arga, matanya menunjukkan tekad untuk membawa lelaki itu pulang bagaimana caranya.

Arga menyipitkan mata menatap Erina tajam. Si melarat ini keras kepala sekali, pikirnya.

"Terus kalau aku nggak mau pulang, kamu mau apa?" tantang Arga.

"Aku mau tunggu, sampe Mas Arga pulang." Gadis itu berkata dengan keras kepala.

"Oke," kata Arga tiba-tiba sambil melempar senyum berbahaya. Gadis ini tidak tahu dengan siapa dia berurusan rupanya. "Be my guest,"Arga berkata seraya mempersilakan Erina masuk kembali ke dalam ruang VIP.

Arga pun kembali ke tengah-tengah para perempuan yang menemaninya tadi. Ada Lisa, ada Vera, dan ada entah siapa namanya yang bibirnya sempat ia cicipi sejenak.

Tidak semua perempuan di kelab bisa dipegang begitu saja, apalagi dicium seperti tadi. Salah-salah kalau bersikap seenaknya dan menggoda orang yang salah, bisa-bisa malah memicu perkelahian. Arga sudah pernah terlibat seperti itu beberapa kali. Yang pertama ketika Farrel, flirting dengan seorang perempuan yang ternyata ada pacarnya. Kedua, ketika ia dirayu perempuan dan ternyata mantan pacarnya marah. Untungnya berita perkelahiannya tak pernah sampai ke telinga orang rumah. Bayangkan apa kata Papa dan Raka, kalau tahu ia beberapa kali berkelahi di tempat seperti ini. Namun, bukan Arga namanya kalau kapok, tetap saja dia terus datang kemari.

"Siapa sih, Ga? Kok kamu bawa masuk lagi," kata si bibir seksi merajuk padanya.

"Bukan siapa-siapa, Sayang. Malam ini aku punya kamu," bisik Arga di telinga gadis itu sambil mengecup pipi berlapis blush on itu.

Arga melirik Erina yang tampak risih berada di sini, ia duduk di tepi sofa sambil menunduk. Sesekali ia nampak jengah, ketika melihat Arga sesekali menggoda si bibir seksi dengan memeluk pinggangnya atau mencium lehernya main-main.

"Oh, adik angkatnya Arga, aku baru denger." Vera menoleh ke Erina dan mengajak gadis itu bicara. "Hai, aku Vera." Gadis berkemben silver itu menyapa Erina dan mengulurkan tangan.

Vera memang yang paling ramah diantara mereka semua. Putri salah seorang penguasa itu adalah salah seorang resident DJ di tempat ini.

"Erina," kata adik angkatnya itu seraya menyalami Vera.

"Erina, mau minum apa? Nggak minum alkohol kayaknya ya?" Vera dengan perhatian berkata. "Bentar ya, aku panggil waiters dulu."

Melihat hal itu Arga berdiri dari duduknya dan langsung pindah di antara mereka berdua. Timbul niatnya untuk mengerjai Erina.

"Actually, There's no need to order another drink." Arga merangkul bahu Erina dan tersenyum miring ke arahnya. "Kalau kamu mau bawa Mas pulang, minum ini." Lelaki itu mengangsurkan sebuah gelas sloki kecil berisi minuman yang berwarna keemasan.

Erina memandang ke gelas itu dengan ragu.

"Minum ini," kata Arga lagi.

"Arga, kamu gila!" Vera memegang lengan lelaki itu, berusaha menghentikannya.

"Nggak usah ikut-ikutan, Ver, ini urusanku sama dia. She wants me to come home, then she have to play the game."

Arga berkata seraya mengayunkan gelas itu di hadapan Erina.

*

Malam semakin larut dan Arga makin bersemangat, lagipula apa yang mesti dikeluhkan ketika berada di antara dua perempuan yang dengan senang hati bergoyang bersamanya. Vera sudah selesai bertugas, dan digantikan oleh DJ yang lain.

Erina baru minum beberapa gelas sudah mabuk. Jelas saja, gadis itu tak terbiasa minum, maka dari itu toleransinya terhadap alkohol rendah. Arga meninggalkannya begitu saja di sofa, toh nanti juga dia yang harus mengangkat dan mengantar Erina pulang ke rumah.

Biarkan gadis itu merasakan bagaimana nikmatnya bangun tidur seusai mabuk, pikirnya.

"Ga, yuk cabut dari sini," ajak gadis di hadapannya. Gadis itu mengenakan atasan crop top tanpa lengan, dengan belahan dada rendah sekali. Lengannya melingkar di leher Arga.

"Nggak bisa, Babe. Aku mesti nganter adikku pulang. Lain kali ya," bisik Arga di bibir gadis itu sebelum mengecupnya pelan.

"Adikmu? Bukannya dia udah pulang?" Gadis itu berkata lagi."Tadi pas ke toilet, ruangannya kosong.

Mendengar itu Arga seperti tersambar petir. Buru-buru ia berbalik dan menyibak kerumunan orang untuk menuju ke ruang VIP. Benar saja, dilihatnya ruangan tersebut sedang dibersihkan.

Dengan panik Arga meraih ponselnya berusaha menghubungi teman-temannya. Vera, Farrel, Rio, semua ia coba hubungi dan tidak ada satupun yang mengangkat panggilannya.

Berbagai macam hal buruk berkelebat di pikirannya. Biasanya lelaki akan melakukan berbagai macam hal buruk pada perempuan mabuk. Sudah bukan rahasia, biasanya para lelaki pengecut itu menggunakan alkohol agar gadis-gadis itu lebih liar. Bayangan Erina dikerjai membuat dirinya panik dan sakit kepala.

"Brengsek, brengsek," makinya kepada diri sendiri. Hotel terdekat, biasanya mereka pergi ke hotel terdekat,pikirnya panik.

Arga merasa bersalaha apabila terjadi sesuatu pada Erina, karena gara-gara dialah gadis itu mabuk. Terbayang olehnya bantuan yang diberikan Erima setiap kali ia pulang dalam keadaan mabuk. Bagaimana ia bisa memaafkan dirinya kalau terjadi sesuatu pada Erina? Bahkan keluarganya pun tak akan memaafkannya.

Segera Arga berlari keluar menuju ke tempat mobil, sambil masih menempelkan telepon genggamnya di telinga. Belum ada seorang pun yang mengangkat ponselnya. Dalam hatinya Arga merapalkan doa agar Erina baik-baik saja, tidak kurang satu apapun. Dirinya belum pernah setakut dan sekalut ini.

"Ya Tuhan, jangan sampai Erina kenapa-kenapa. Tolong lindungi dia, sampai aku menemukannya," pintanya dalam hati.

Arga berlari ke mobilnya dan segera masuk ke dalam. Tepat ketika ia menstarter pajero hitam miliknya, telepon genggamnya berbunyi.

*

Next part will be written by my friends Fiieureka

Thank You, Erina! (Sudah Terbit) Where stories live. Discover now