DI BALIK PINTU MERAH

216 46 9
                                    

66.6 FM Mantra Radio!

Apa kabar nih sobat Mantra? Udah Lama ya enggak ketemu.

Masih pada seger kan buat nyimak horror side pada kesempatan kali ini?!

Balik lagi bersama gue Andis Sagara di Mantra Radio, dalam acara Parade Tengah Malam!

Selama satu episode kedepan gue akan nemenin malam jumat kalian dengan cerita-cerita horor dan misteri pilihan yang udah gue rangkum dari pengalaman-pengalaman yang kalian kirimkan ke email erzul.id@gmail.com atau pun dari DM Wattpad/Instagram.

Cerita horror memang selalu mengundang sejuta kengerian bagi pembacanya. Cerita-cerita tersebut diangkat dari mitos, urband legend, ataupun kejadian nyata yang terjadi.

Pada kesempatan malam hari ini gue akan menceritakan pengalaman menyeramkan dari salah satu pembaca Mantra Coffee yang bernama Sonia Juliani, di Bandung. Penasaran gimana ceritanya? langsung aja kita mulai, check it out!

 Penasaran gimana ceritanya? langsung aja kita mulai, check it out!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di Balik Pintu Merah

Dari kecil aku sering melihat hal-hal yang berbau ghaib. Mungkin itu semua bermula ketika aku menginjak usia lima tahun. Keluargaku juga sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu.

Aku tinggal di sebuah rumah yang dekat dengan makam, tapi makam-makam itu merupakan makam keluarga besar, bukan makam umum.

Sedari kecil, aku dilarang oleh keluargaku keluar rumah lewat dari jam maghrib. Sebab dulu, aku ingat sekali. Ketika keluar rumah, di sebelah tiang listrik yang tak begitu jauh, aku melihat sesosok wanita berambut panjang dengan pakaian putih kusam, sedang melambaikan tangannya seolah menyuruh ku untuk menghampirinya.

Bukan hanya itu kejadian yang aku alami kala itu. Ada pula suara-suara yang lirih memanggil namaku dari arah jendela ruang tamu.

Hal itu terjadi karena dulu, aku sering melihat dan menunjuk ke arah mereka sambil melantur. Perbuatanku memancing mereka untuk berinteraksi, baik lewat suara, wewangian, bahkan tak jarang yang menampilkan wujud mereka.

Sejak saat itu, aku menurut dan tak pernah keluar rumah lewat dari jam maghrib. Namun, tak ada seorang pun yang sadar, bahwa ada sesuatu yang lebih berbahaya di dalam rumah, ketimbang semua yang pernah terjadi di luar.

Di rumahku ada satu kamar kosong dengan pintu berwarna merah. Dulunya kamar itu merupakan kamar kedua orang tuaku, tapi semenjak ibu meninggal, ayah sudah tak mau tidur di sana lagi.

Jadi kamar itu kosong dan tak pernah di singgahi sama sekali, bahkan hanya untuk sekadar tidur siang sekali pun. Dengan posisi kasur, dan letak barang-barang yang tetap sama semenjak ibu meninggal.

Pernah pada suatu malam, di rumah hanya ada aku bertiga, bersama dengan ayah dan kakak perempuanku. Aku tidur sekamar dengan kakak perempuanku. Ketika sedang asik menonton televisi di ruang tamu, Ayah bilang katanya nanti malam mau pergi. Ada tetangga yang pindahan dan minta diantar. Aku ingat betul, waktu sudah melewati pukul sepuluh malam kala itu.

Beberapa menit berselang, ayah sudah bersiap untuk pergi. Di situ rasa takut menggerogoti tubuhku, hingga bulu kudukku merinding. Sama halnya dengan kakakku.

Sebelum ayah pergi, ia menghidupkan televisi di kamar, lalu mencari saluran yang menayangkan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Katanya biar enggak sepi-sepi amat. Setelah itu, aku dan kakak mengantar ayah sampai ke depan pintu.

Perlahan sosok ayah dan mobilnya menghilang dari pandanganku. Seperginya ayah, kita naik ke kamar lagi. Tetibanya di kamar, televisi sudah berada pada saluran yang buram. Aku dan kakak mencoba untuk mengganti ke saluran lain, tetapi semuanya sama, selalu berujung pada saluran buram. Dari situ perasaanku sudah tak enak, hawa di rumah terasa berbeda malam ini.

"Udah enggak apa-apa, biar kakak aja yang ngaji," ucap kakak. Sambil duduk di kasur, akhirnya kakak lah yang mengaji untuk menggantikan saluran televisi, sedangkan aku tiduran di pinggir kakak.

Ketika kakak sedang mengaji, terdengar suara dari kamar ibu. Aku dan kakak saling melempar tatap dengan sejuta tanda tanya. Mulanya hanya sebuah suara kresek-kresek tak jelas, tetapi makin ke sini, suara itu terdengar seperti cakaran di tembok. Kakak semakin keras melantunkan ayat suci. Alih-alih menghilang, suara-suara itu semakin lantang menjadi-jadi. Ada suara orang menangis, setelah itu ada suara geraman binatang. Rasanya aku ingin menangis karena ketakutan.

Mataku tak sengaja melirik ke arah pintu kamar ibu, berhubung kamarku tak memiliki pintu dan hanya tertutup gorden tipis yang tembus pandang. Ada sosok besar, hitam, dan tinggi yang berdiri mematung di depan pintu kamar. Melihat sosok itu aku langsung menangis sejadi-jadinya, begitu juga dengan kakakku. Waktu hampir memasuki tengah malam kala itu.

Tiba-tiba saudaraku yang tinggal tak jauh dari rumah kami datang, dan masuk ke dalam kamar. Ia langsung menuntun kami keluar rumah, membawa kami berdua pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah saudara, aku dan kakak sama sekali tak ditanyai apa-apa. Ia hanya menyuruh kami untuk segera tidur. Hingga beberapa jam berlalu, setelah urusannya selesai, ayah datang menyusul ke rumah saudara. Katanya ayah tak menemukan aku dan kakak si rumah, makanya ia datang ke sini.

Ayah mengajak aku dan kakak untuk pulang. Kami hanya menuruti apa kata ayah dan mengikutinya kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, kami berdua kembali ke kamar, televisi sudah kembali menyala seperti biasa. Ayah juga mengecek sekitaran rumah, dan tak ia temukan apa pun yang janggal.

Namun, ketika aku memintanya untuk mengecek tembok di samping ruangan pintu merah itu, sebuah goresan seperti bekas cakar tertinggal di sana.

Hingga saat ini aku tidak tahu apa yang ada di balik pintu merah bekas kamar ibu.

.

.

.

Begitulah cerita dari sobat Mantra kita pada malam hari ini, sampai bertemu di malam jumat berikutnya.

Oooops! jangan menoleh, siapa tahu sosok di balik pintu kamar ibu ada di belakang kalian Sekarang. Sungguh.

Bisa jadi mereka ada di samping kalian sekarang, atau di kolong tempat tidur kalian hehehe.

Berhati-hatilah jika kalian membaca cerita ini sendirian. Karena mitosnya, ketika kita bercerita, membaca atau mendengar kisah horror, "Mereka" akan tertarik dan ikut menyaksikan.

Mantradio: Parade Tengah MalamWhere stories live. Discover now