R. [02] Makan Siang.

112 9 0
                                    

Sudah berjalan empat hari hidup Kay tenang, para karyawan pun tidak ada yang meminta bantuannya. Itu berarti Sang Direktur sedang ada di luar kota mengurus perusahaan cabang di sana.

Selama empat hari ini Kay bersantai. Hari ini Kay berangkat kerja seperti biasa, hingga saat dirinya baru saja menapaki kakinya di lantai delapan, para karyawan memandang dirinya dengan senyum senang yang mengembang, dan mereka kembali sibuk pada pekerjaannya.

"Akhirnya kau datang. Bisa tolong?" karyawan wanita itu menyodorkan sebuah file biru gelap ke arahnya yang masih berdiri di depan lift.

'Sudah datang rupanya', batin Kay yang peka. Kay menerima file itu, "Pak Direktur sudah kembali, Bu?"

"Iya. Ada yang bilang Pak Deon datang pagi-pagi buta, ini sangat langka. Aku tidak tahu apa yang membuat dirinya datang sangat pagi sekali." karyawan wanita itu tersenyum penasaran. Ia menepuk pelan bahu Kay dan pergi dari hadapan Kay yang terdiam oleh ucapan karyawan wanita itu.

Sebelum menuju ke ruangan Deon, Kay memilih menuju mejanya lebih dulu untuk meletakkan tas hitamnya, dan setelahnya baru ia menuju lift khusus.

Sebelum pintu lift terbuka, Kay berdoa agar di lift itu kosong. Dan setelah pintu lift terbuka, ternyata memang kosong. Kay mengembangkan senyum bahagia, ia kemudian masuk dan menekan satu-satunya tombol lantai paling atas.

Setelah menunggu beberapa menit di dalam lift, pintu lift akhirnya terbuka. Menampilkan lorong yang sepi, karena memang tidak banyak karyawan berada di lantai teratas ini.

Kay berjalan menuju meja sekretaris, "Apa Pak Deon ada di dalam?" tanya dirinya setelah menyapa Tiara.

"Ya. Dia juga sedang menunggu anda." Tiara tersenyum, yang entah senyum apa, Kay tidak tahu.

Kay mengangguk sekali dan mengucapkan terima kasih pada Tiara. Ia pun berjalan menuju pintu kaca yang gelap. Mengetuk beberapa kali hingga suara bariton yang berat itu terdengar dari dalam.

Kay membuka pintu kaca itu perlahan dan menyembulkan kepala untuk melihat lebih dulu, setelahnya ia masuk.

Terlihat Deon yang sibuk pada kertas-kertas tebal yang tidak Kay tahu apa isinya.

"Pak, ini file─"

"Ya, taruh saja di meja ku," kata Deon memotong ucapan Kay.

Kay yang sedikit bingung, langsung saja ia meletakkan file itu ditumpukkan teratas buku-buku tebal. Tidak tahu harus apa, akhirnya ia hanya berdiam diri memperhatikan kesibukan Deon hingga dua puluh menit berlalu.

"Maaf membuatmu menunggu lama, ini file kau." Deon memberikan kembali file biru gelap itu pada Kay.

Kay menerima file itu dengan sopan, "Tidak apa, Pak. Kalau begitu, saya permisi," Kay berjalan perlahan menuju pintu kaca.

"Kay."

Hingga panggilan Deon menghentikan pergerakannya yang akan menarik pintu kaca itu. Kay berbalik dan berucap, "Ya, Pak?"

"Makan siang nanti, tolong ke ruangan saya, ya?"

Kay terdiam sebentar, lalu mengangguk sekali. Dan ia pun keluar dari ruangan Deon sepenuhnya.

∘∘∘

Akhirnya jam makan siang telah tiba. Seperti biasa, kepala tim bertanya pada Kay, "Kamu makan siang di cafetaria?" Pertanyaan yang sama setiap harinya. Mungkin kepala tim takut jika suatu saat nanti Kay akan ikut bersamanya untuk makan siang di restoran yang biasa mereka datangi.

"Tidak. Saya harus ke ruangan Pak Deon sekarang, Bu." Kay bangkit dari duduknya.

Terlihat dari raut wajah kepala tim yang mengerutkan dahi kebingungan, "Kamu ada perlu apa dengannya?"

RadeonWhere stories live. Discover now