R. [09] Bunda.

62 7 0
                                    

Selesai memakai pakaian, Deon mengambil ponsel yang sebelumnya ia letakkan pada nakas. Sambil membaca pesan masuk, Deon berjalan menuju sofa yang sudah rapih. Biasanya sofa itu terdapat beberapa pakaian kotor miliknya, karena kebiasaan Deon yang seringkali meletakkan pakaian pada sofa daripada di keranjang pakaian kotor.

Tidak lama Deon duduk di sofa, pintu kamar diketuk oleh seseorang dari luar, "Masuklah." kata Deon tanpa menoleh ke arah pintu.

Arga masuk dan menatap takjub kamar temannya itu, "Siapa yang membersihkan kamar ini?" adalah pertanyaan pertama yang Arga lontarkan pada temannya.

"Tentu saja kekasihku." jawab Deon santai.

Arga menoleh pada Deon yang masih terduduk di sofa, "Beruntungnya dirimu bertunangan dengan wanita seperti Nona Kayyisa."

Deon menoleh pada Arga setelah mendengar kalimat itu, "Dimana barang yang ku minta?" Deon mengabaikan ucapan Arga, karena dirinya sudah tahu jika Kay adalah wanita yang rajin bersih-bersih.

"Oh?" Arga meletakkan tote bag pada meja di hadapan Deon. "Aku tidak yakin apakah itu muat di tubuh kekasihmu atau tidak. Tapi, aku yakin itu muat untuknya."

"Benarkah? Kenapa kau begitu yakin?"

"Aku tadi pergi bersama temannya Kayyisa, dia yang paling tahu ukuran tubuh temannya. Beruntung sekali aku bertemu dengannya pagi ini."

"Teman? Siapa?"

"Vyca, apa kau mengenalnya?"

"Tidak."

"Ya, sudah kuduga kau tidak akan mengenalnya." Arga berjalan menuju jendela besar kamar Deon.

Deon mengambil tote bag coklat itu dan membawanya menuju kamar mandi. Deon mengetuk pintu kamar mandi sebanyak tiga kali dan tidak lama kemudian Kay menyembulkan kepalanya yang dililit handuk.

"Baju mu."

"Terima kasih." Kay menerima tote bag itu dan kembali menutup pintu kamar mandi.

Deon kembali menuju sofa tanpa melirik temannya sedikit pun. Mengambil ponsel dan kembali mengurus pekerjaan kecil melalui ponsel.

Arga berbalik menatap Deon, "Apa urusan di daerah Barat sudah terselesaikan dengan baik?"

"Belum. Masih ada beberapa masalah yang belum selesai, tapi kau tidak perlu khawatir, aku bisa menanganinya dengan baik."

"Tidakkah kita tertukar? Seharusnya kau menyerahkan masalah itu padaku."

"Memangnya kenapa?" Deon melirik sebentar pada temannya lalu kembali menatap ponselnya.

"Kau seharusnya sibuk dengan kekasihmu, bukan sibuk dengan masalah pekerjaan."

Deon terdiam sejenak, "Kau benar. Tolong urus masalah ini, aku akan mengirim file lengkapnya ke email mu."

"Serahkan pada saya, Pak." kata Arga dengan sigap.

"Kau memang paling bisa diandalkan, Arga."

"Itulah tugas seorang asisten, selama ini kau hanya terus menyuruhku membelikan ini-itu. Aku ini asisten mu, bukan babu mu."

"Kau keduanya, asisten sekaligus budakku." Deon tersenyum manis ke arah Arga.

Arga bergidik ngeri dan mengibaskan tangannya di depan wajah menghilangkan bayangan Deon yang tersenyum padanya, "Jelas aku menolak menjadi babu mu!"

"Pergi dan cepat urus masalah cabang di daerah Barat, aku beri waktu satu minggu."

"Satu minggu? Aku bisa menyelesaikannya lebih cepat dari itu," Arga membenarkan kacamata di hidungnya dan tersenyum bangga.

RadeonUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum