Chapter 2

518 95 83
                                    

Jika kamu melewati salah satu kampus swasta dengan warna teks tulisan bewarna orange di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, kamu akan melihat suatu bangunan mangkrak menjulang tinggi yang harusnya menjadi apartemen namun gagal konstruksi dan akhirn...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika kamu melewati salah satu kampus swasta dengan warna teks tulisan bewarna orange di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, kamu akan melihat suatu bangunan mangkrak menjulang tinggi yang harusnya menjadi apartemen namun gagal konstruksi dan akhirnya sering disebut sebagai sarang hantu.

Kalau melihat dari luar saja sudah tampak menyeramkan, bagaimana melihat dari dalam?

Tentu dua kali lipat lebih menyeramkan.

Bukan karena ada mahluk halus yang menghuninya, melainkan disanalah sarang para gangster menghabisi nyawa lawan mereka dan menguburkannya secara asal di bawah tanah bangunan. Bukan hanya sebagai tempat menghabisi nyawa, bangunan apartemen mangkrak itu juga dijadikan tempat transaksi hal-hal ilegal seperti transaksi narkoba salah satunya.

Seperti sekarang.

Seorang pria berkumis tipis melirik dari kaca spion mobilnya, memerhatikan setiap gerak pemuda bertopi baret yang sedang meletakkan koper hitam di bawah pilar apartemen. Pemuda bertopi baret itu melirik segala sisi untuk beberapa detik, lalu dengan sigap menukar kopernya yang berisi uang dengan koper lain yang berisi heroin yang sudah diletakkan lebih dulu di sana.

Kenneth—pria berkumis tipis yang melirik dari kaca spionnya menarik seringai, lalu memundurkan mobilnya dari sisi bangunan lainnya setelah pria bertopi baret itu meninggalkan posisinya. Pria dengan luka bakar sebagian di wajah kanannya itu lantas memindahkan persneling mobil lalu menancap gas untuk mengambil koper hitam yang diletakkan di sana. Kamera cctv yang terpasang di setiap sudut bangunan berputar sedikit, mengikuti arah objek. Tentu saja, dibalik setiap aksi ada seseorang yang mengawasi.

"Ambil setengah bagiannya, drop kopernya di Phoenix Bar sekarang." Suara perempuan yang sudah terhubung dengan fitur mobil—audio connectivity, memerintah pemuda itu untuk membawa mobilnya ke alamat yang dituju. Seperti aktor yang berperan layaknya mafia, dengan kecepatan penuh, pria itu akhirnya berhasil membelah jalan raya membawa uang tunai yang jumlahnya sangat banyak setelah melakukan transaksi narkoba ilegal.

Bagi orang yang mengenalnya, Kenneth Nathaniel bukanlah orang sembarang orang. Dari luar, mungkin kamu akan melihatnya sebagai pria 39 tahun yang berantakan, yang sering ditemui di belahan sudut kota sebagai preman jalanan. Kendati memang seperti preman, Kenneth adalah seseorang yang lebih dari kata 'preman'. Jika memeriksa latar belakangnya, kamu akan terkejut karena segala sesuatu yang dilakukannya penuh dengan kriminalitas.

Banyak orang yang takut dan segan akan sosoknya. Tangannya tidak pernah gagal menghabisi nyawa seseorang. Larinya tidak pernah kalah cepat mengejar lawan. Matanya tajam, tidak pernah salah mengintai targetnya. Intinya, Kenneth Nathaniel adalah orang berbahaya.

Ford Mustang bewarna merah menyala memasuki pelataran gedung bertingkat, mengambil bagian parkir di basement-nya. Kenneth mengambil koper dari bangku di sebelahnya, lalu dia masuk ke dalam sebuah bar yang sudah disebutkan dalam bagian rencana. Begitu masuk, hentakan musik keras yang diputar DJ bar itu menyambut kedatangannya. Lelaki itu berjalan, mencari Madam Jessie—begitu panggilan wanita yang memerintahnya tadi, di satu ruangan VVIP yang terdapat dalam bar tersebut. Penerangan minim sedikit menganggu karena Kenneth sedikit susah berjalan sebab tubuhnya bertabrakan dengan orang-orang di lantai dansa yang bergerak meliuk-liukkan tubuh mereka.

Instant PrincessWhere stories live. Discover now