Chapter 3

335 85 74
                                    

            Sashi Kasidya adalah tipikal anak orang kaya produktif yang biasa kita temui di kota-kota besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

            Sashi Kasidya adalah tipikal anak orang kaya produktif yang biasa kita temui di kota-kota besar. Sehabis pulang sekolah, dilanjut les persiapan masuk Universitas, lalu setelahnya akan menghabiskan waktu mengisi hobi sampai sore. Seperti sekarang, karena ini bukan weekend dimana dirinya biasa ikut bermain golf bersama keluarga, Sashi mengisi waktunya untuk berlatih cello di ruang studio latihannya.

Tentu saja hari ini ada yang berbeda. Sashi ditemani pacar barunya, Jay, lewat Facetime.

"Piala kamu banyak banget ya, babe," ucap Jay dari seberang ketika perhatiannya teralihkan pada lemari jati dengan kaca besar dan rak-rak lain yang penuh dengan berbagai macam piala dan penghargaan.

Sashi tersenyum kecil. "Dari dulu aku senang ikut lomba gitu. Ada balet, piano, tapi mostly cello, sih. Sama beberapa kontes modeling zaman dulu, hahaha.."

"Keren kamu."

"Babe, aku ada permainan cello khusus untuk kamu. Dengerin, ya?"

"Woah, mau dong. It's an honour for me kalau kamu mau mainin buat aku."

Sashi tersenyum pada layar ponselnya lalu meletakkan benda itu di tempat yang bisa menunjukkan dirinya pada Jay. Gadis itu mengambil cellonya, bersiap mempersembahkan satu instrumen pada sang kekasih.  Ia meletakkan alat musik tersebut di antara dua kakinya, lalu menegakkan benda itu di dekat badannya. Perlahan ia menggesekkan penggesek cellonya pada dawai dan terdengarlah musik yang indah untuk didengar.

Jay tidak berhenti memandangi Sashi dari layar seberang. Sashi itu sudah cantik dan melihat gadis itu bermain dengan serius seperti ini membuatnya semakin cantik. Sekitar 6 menit Sashi bermain sampai akhirnya ia mendapat tepuk tangan meriah dari Jay di seberang sana.

"Judulnya Song to the Moon, kalau kamu mau tau," ucap Sashi dengan ekspresi yang sedikit tersipu malu.

"Keren banget pacar gue..." Jay geleng-geleng kepala.

"Biasa aja, wooooo..."

"Babe, besok sibuk? Mau nggak besok kita jalan ke—"

"Non Sashi?"

Obrolan Jay terpotong sebab Sashi langsung menoleh ke belakang, mendapati seorang wanita dengan seragam pelayan membuka pintu studio latihannya. "Sebentar, babe," katanya pada Jay lalu bertanya pada sosok wanita yang menjadi pelayan keluarganya itu, "ya, bi?"

"Tuan memanggil Non Sashi ke atas."

Sashi mengangkat alisnya, sedikit bingung namun tetap memberi anggukan sebagai jawaban dan beralih pada Jay kembali. "Aku dipanggil Papa. Nanti kita lanjut, ya."

Cowok berambut hitam dengan hoodie abu-abu di balik layar mengangguk. "Oh, okay. Aku juga mau ke Gading, nih. Asahi minta temenin beli gitar."

Instant PrincessWhere stories live. Discover now