Chapter 1

194 24 19
                                    

Truk kopi dikirimkan ke lokasi syuting ketika sutradara mengatakan cut pada akhir kissing scene yang dilakukan aktor dan aktris. Tangan keduanya berhenti saling menggenggam, melepaskan ciuman dan sang aktor, Ian Jeon mengusap tepian bibirnya yang agak basah.

Gaeul, lawan mainnya mendecak. "Ciumanmu payah sekali. Seperti baru pertama kali," komentar Gaeul. Aktris senior, memang, dengan akting yang tidak bisa diragukan. Namun Ian berada di level yang berbeda, dia bukan pemain drama, tetapi lebih banyak film dengan berbagai genre. Menerima drama sebagai proyek terbarunya jelas sedikit berbeda. Apalagi berperilaku sebagai pria romantis yang tergila-gila terhadap wanita.

Bibirnya ditekuk malas. "Ini bukan karena ciumanku, tapi aku hanya tidak mau merusak lipgloss yang kamu poles terlalu banyak. Rasanya tidak enak di lidahku," balasnya membalik badan.

Sementara Gaeul agak syok dengan jawaban pria itu. Sayangnya Ian sudah membalik badan dan menerima uluran coat panjang dari asisten wanita. Membetulkan tatanan rambutnya dengan cepat, dan mengambil topi di kepala asisten itu juga.

"Istirahat sampai pukul berapa?"

"Pukul 1. Kamu bisa istirahat setengah jam, saat makan siang. Nona Jung mengirimkan truk kopi untukmu. Kamu harus berfoto di depan."

"Kopi?" tanya Ian berhenti berjalan. "Kenapa Jung Sena mengirimkan kopi?"

Asisten itu mendesah. "Aku tahu kamu masih membencinya karena kejadian waktu itu, tetapi saat ini kamu harus bersikap profesional, actor Jeon. Coba bayangkan kamu harus memperbaiki situasi karena kesalahan agensimu?"

"Aku tidak meminta—"

"Sena hanya ingin meminta maaf. Lagipula, kalian putus baik-baik, kan?"

Mendengar kalimat itu, Ian mengendik bahu. "Entahlah. Aku hanya harus berpose saja, bukan?" ucapnya menghampiri truk kopi, memandang sebentar foto yang terpajang di sana. Dipenuhi oleh wajahnya dan kata-kata semangat.

Jung Sena, salah satu aktris yang pernah bermain film dengannya. Wanita itu berada di agensi yang berbeda, namun karena kemistri yang mereka bangun di film tentang survival game, banyak fans yang berspekulasi bahwa keduanya tidak sedang akting melainkan sedang berpacaran. Dan hal itu menuai banyak kritik untuk Sena dan Ian, lebih kepada Ian yang dikatakan bahwa dia yang lebih dulu bersikap manis kepada Sena. Agensi wanita itu pada akhirnya angkat bicara dan bilang kalau Ian dan Sena sedang menjalin hubungan.

Hubungan palsu. Berpose di depan kamera—lantas putus, tanpa pernah dimulai.

Ian sendiri tidak tahu kenapa fans berkata begitu, padahal dia sama sekali tidak menyukai Sena selain karena wanita tersebut adalah partner bisnis. Tatkala dia menyelesaikan tugasnya utuk berfoto di depan kopi truk yang dikirimkan Sena, dia mengecek ponsel sebentar. Pesan-pesan masuk dan mendesah saat melihat foto tadi sudah diunggah oleh asistennya.

"Kamu mau kopi?"

"Aku ingin ke kedai itu saja," jawabnya. "Aku tidak mengira kalau perutku akan menerima kopi darinya."

"Kamu terlalu keras kepadanya. Kamu tahu itu, kan?"

Ian tertawa pendek. Tidak menanggapi perkataan asistennya yang dia tinggalkan, menerima tepukan dari sutradara di bahu atas kerja kerasnya dan menyuruh dia agar kembali dalam setengah jam. Ian mengangguk dengan tarikan tas, serta naskah yang dia baca di jalan. Melangkah di atas ubin pasir menuju kafe tidak jauh dari seberang jalan. Beberapa orang tampak melihat ke arahnya dengan senyuman genit. Namun tidak membuat huru-hara sebab kebanyakan dari mereka adalah turis, pandangan mereka tidak lepas begitu pria itu semakin menurunkan topi untuk menutupi wajahnya.

Monokrom, Slow Update Donde viven las historias. Descúbrelo ahora