Chapter 4

32 9 0
                                    

Menurut Rain, kalimat pembuka adalah yang paling utama. Dia kerap kali berpikir lama dalam pemilihan kata sebelum diucapkan. Bagaimana orang ini akan menerima ucapannya, reaksi seperti yang akan diberikan atau apakah ini layak untuk didengar?

Ketika kali pertama Ian muncul dalam hidupnya, dia tidak pernah menyana bahwa ternyata mereka memiliki kemungkinan untuk bertemu. Tanpa rencana pula. Sebab sejauh yang bisa dia perkirakan, Ian hanya akan tinggal di balik layar kaca dengan naskah dan segala scenario yang ditulis oleh penulis. Nyatanya, dia melihat pemuda itu di kafe tempat dia bekerja. Tiga bulan lalu tepat, dan mereka tidak pernah bertemu lagi setelahnya. Dia ingat sekali saat Ian memberikan black card kepadanya untuk membayar sepotong tiramisu dan secangkir kopi. Dia memikirkan kalimat yang tepat, dia ingin menraktir pria itu.

Sebagai apreasiasi atas kerja kerasnya. Namun semua orang bekerja keras, pelanggan yang datang ke sana kebanyakan baru kembali dari kantor setelah bergelut dengan banyak dokumen. Mereka mampir di saat meeting untuk membicarakan proyek besar. Akan sangat tidak adil jika Rain hanya memberikan minuman gratis kepada Ian saja. Semua orang berhak diapresiasi kerja kerasnya, karena itu alih-alih bilang akan menraktir pria tersebut, Rain lebih senang mengatakan jika pemberiannya kali ini adalah utang.

Sebuah alasan agar Ian kembali pada keesokan harinya.

Dan benar saja, seutas benang merah yang dia julurkan telah diterima Ian dengan baik. Meskipun segalanya tidak bisa dikatakan berjalan lancar. Dia suka bicara dengan Aktor Jeon. Dia juga suka ketika pria itu menggodanya, dia juga suka saat Ian berdiri di bar sembari menikmati makan siangnya.

Ingatan-ingatan singkat itu membuat Rain tersenyum tipis.

Dia menutup laman streaming setelah menyelesaikan tontonannya, sebuah kisah drama tentang percintaan dua orang yang selalu berkelahi itu berakhir dengan bahagia. Dengan pelukan-pelukan hangat, sebuah afeksi dan bahasa cinta yang hanya dipahami oleh sebagian orang. Di akhir kisah di mana Ian—yang memerankan tokoh lelaki akhirnya menyatakan perasaannya dengan khas kepada sang perempuan.

Sungguh hebat. Melihat seseorang yang sebelumnya didoktrin hanya bisa memerankan karakter galak, kini membuktikan bahwa dia bukan amatiran.

Rain menepuk tangannya satu kali, sangat pelan. Dan menyandarkan diri ke kursi duduknya. Dia membasahi bibir ketika Hana keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepala, rambutnya basah usai keramas dan pakaiannya telah diganti dengan kimono tidur warna merah muda bergambar beruang yang mengantuk.

Hana duduk di tepian ranjang, matanya melihat laman streaming yang tertulis 'spring garden', lantas menaikkan satu kakinya. "Bagaimana endingnya?"

Perempuan berhidung bangir itu mengendik bahu. "Aku tidak mau spoiler," jawabnya.

Dan Hana mendecak karena sahabatnya selalu sensitif terhadap ending, dia adalah anti spoiler sejak awal. Karena itu Hana mendesah pendek. "Padahal kamu punya kesempatan untuk berfoto dengannya dan berpamer di seluruh media social, tetapi kamu malah pura-pura tidak mengenalnya."

"Aku bilang kepadanya aku mengenal dia kok, jangan khawatir begitu."

Hana mencebik. "Hanya saja bukan seperti itu yang aku perkirakan, Nona Muda. Kamu terlalu gengsi!" ucapan itu agak menohok. Tetapi Rain tidak memberi tanggapan apa-apa. Hana lalu melanjutkan, "Ngomong-ngomong, Ayahmu menghubungiku lagi. Sepertinya, sebentar lagi kamu akan benar-benar ditemukan."

Bola mata bulat Rain turun ke bawah, bersama dengan desahan napasnya. Kakinya dipeluk di atas kursi, meletakkan dagunya di lutut. Rambutnya yang panjang turun mencapai pinggang, dia tidak memiliki apa-apa untuk dikatakan mengenai ini. Merasa bahwa dunia seharusnya tidak berputar kepadanya dulu untuk beberapa saat, tubuhnya tiba-tiba terasa begitu letih sehingga dia tidak bisa menanggung beban yang kelak akan mencuat-cuat secara berurutan. Gadis itu melihat ke ujung kuku yang dia cat dengan warna ungu muda.

Monokrom, Slow Update Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon