Chapter 6

28 6 0
                                    

Menjadi public figure jelas membuat Ian agak kesulitan menemukan tempat di mana dia tidak dikenali. Setiap kali berpapasan dengan orang lain, dia berusaha keras untuk menutupi wajahnya. Selain untuk menghindari paparazzi, dia juga takut membuat Soju tidak nyaman. Namun gadis itu bersikap seperti biasa dan tidak terganggu sedikit pun. Mungkin karena Soju juga merupakan sosok yang perpengaruh. Menghadapi pers bukanlah suatu masalah serius.

Dan setelah Soju mengetahui alasan Ian terus menundukkan kepala, ia menyarankan agar Ian segera kembali ke hotelnya dan beristirahat. Belum lagi saat melihat mata panda Ian, menjelaskan bahwa lelaki itu tidak memberikan waktu istirahat untuk matanya. Lingkarannya sangat jelas, dan Ian menanggapi dengan tawa. Berkata jujur kalau dia memang hampir tidak tidur selama dua puluh empat jam, juga tentang kesulitan-kesulitan tidur yang dia alami semenjak debut.

Pria itu menceritakan beberapa hal terkait film-filmnya, mendengarkan cara Soju mereview peran-peran yang dia mainkan secara rinci dan seolah-olah mengoreksi apa yang kurang. Soju begitu excited, seperti bicara dengan kawan, hype akan sesuatu yang dia sukai. Tanpa ada rasa canggung sama sekali, Soju juga TMI tentang dirinya yang tidak pernah menonton film selain yang diperankan oleh Ian, yang mana itu cukup mengejutkan. Setidaknya, di dalam diri seseorang akan menyukai satu hal yang bersifat menghibur. Sementara Soju tidak.

Mereka menyeberangi sebuah pintu geser, memasuki kedai yang menjual kue beras, kedai ini selalu disarankan oleh nenek-nenek setiap kali Soju ke pasar. Dan baru kali ini dia mengunjunginya, mereka duduk di dalam dengan sekat yang lumayan tinggi, pemilik kedai itu menawarkan soju dan anggur beras yang Soju tolak dengan sopan. Kemudian pembicaraan mereka kembali berlanjut, sembari menunggu kue beras pedas yang akan dihidangkan dalam beberapa menit.

Ada soju—soju minuman yang dituangkan oleh Ian untuk dirinya sendiri dan mendecak karena rasa panas, sekaligus pahit bercampur manis mencekam lidah dan lehernya. Dia menampilkan ekspresi marah setiap kali memuji makanan, membuat kerutan-kerutan di wajahnya terlihat lebih jelas. Meja yang memisahkan mereka cukup kecil untuk sebuah kedai-kafe ruangan. Sehingga ketika Soju menyampirkan lipatan tangannya dengan senyum, dia bisa menyentuh botol soju di depannya.

"Aku sampai terkejut kamu tidak menyukai sesuatu seperti buku atau film," ucap Ian mendecak sanksi, tetapi yang dipidana sama sekali tidak merasa berdosa. "Jadi, saat aku menceritakan soal ibuku, kamu benar-benar tidak mengenalinya?"

Tanggapan Soju yang pertama adalah menurunkan lengan, pemilik kedai itu meletakkan makan malam mereka, mempersilakan keduanya untuk menikmatinya dan pergi begitu Soju mengangguk. Perempuan cantik dengan dress putih yang sedikit kumal itu menusukkan kue beras, menggigitnya satu kali. "Aku tidak tertarik dengan apa pun selain piano."

"Masa?"

"Iya."

Ian menghela napas. "Sebelum mengenal piano? Kamu 'kan sekolah?"

"Hmm. Memang, tetapi ibuku mengenalkan piano ketika aku berusia tiga tahun. Aku tidak mengenal apa pun selain not-not yang ada di hadapanku, juga nada-nada yang harus aku mainkan berulang hingga mencapai nada sempurna. Piano adalah hiburanku," katanya kembali menyuap kue beras. "Makanya saat aku melihat film untuk kali pertama, aku langsung berpikir, 'ah, ternyata ada sesuatu yang seperti ini.'"

Ian tertawa tidak habis pikir. Tidak pernah dia temukan seseorang yang selama hidupnya berjalan di seutas tali monoton seperti itu, menjadikan dirinya kian penasaran secara murni ingin mengenal Soju yang tidak memiliki ekspresi khusus. Gadis itu lebih tepat disebut robot tanpa mempunyai mimic wajah selain kesan manis dan minta dilindungi acap kali memandang matanya, tetapi gadis itu pun enggan memohon untuk hal-hal yang kian membuatnya tampak ringkih. Dia hanya berjalan lurus tanpa membuka pintu lain dan telah mengetahui tujuan hidupnya. Seakan-akan, segala carut marut di dunia ini hanyalah kibasan angin semata.

Monokrom, Slow Update Where stories live. Discover now