Chapter 19

80K 3.5K 115
                                    

Setelah semua yang aku alami, setelah semua penghinaan yang aku terima dari semua orang yang kuanggap berarti dalam hidupku, akhirnya aku telah sampai di titik ini, akhirnya aku sudah semakin dekat untuk membalaskan semuanya, bertahun-tahun aku diam dan mencoba menahan semuanya, tapi aku tidak akan lagi diam, aku akan menunjukan sampai dimana kemampuan ku, ketika dia sudah membuangku,ketika dia malu jika aku bersamanya, juga ketika dia tidak menginginkanku lagi.

Aku bersumpah bahwa aku sangat menyayangi ibuku, aku menyayanginya lebih dari apapun didunia ini, dulu bagiku tidak ada lagi yang lebih penting darinya, dulu aku bertahan hidup karena aku ingin menemukannya, jika aku sudah menemukannya aku akan memeluknya, jika aku sudah memeluknya aku tidak ingin lagi berpisah darinya. Saat umurku 15 tahun aku berhasil menemukan ibuku, aku hampir saja pingsan karena bahagia, setelah bertahun-tahun aku mencoba untuk mencarinya, aku akhirnya menemukannya, tapi saat aku menemukannya, keadaannya tidak seperti yang kuinginkan, aku tidak menyangka bahwa dia akan sedingin itu, dia ketakutan saat melihatku, saat itu aku melihat tatapan matanya padaku, tidak ada tatapan mata seorang ibu disana, tidak ada tatapan mata penuh kelembutan dan kasih sayang dimata itu, satu-satunya yang kulihat saat itu hanyalah penolakan, mata itu menatapku seolah-olah aku adalah manusia paling menjijikkan di dunia ini, aku terus mengatakan padanya betapa aku menyayanginya dan betapa aku merindukannya selama dia pergi dariku, aku terus bicara padanya, tapi dia bahkan tidak mau menatap mataku, dia juga bersikap seolah-olah aku tidak ada didepannya.

Aku memohon dikakinya untuk membawaku bersamanya, karena aku meninggalkan semuanya untuk pergi mencarinya, tapi dia masih tidak mau memandangku, aku mengingat kata-kata yang diucapkannya padaku, kata-kata yang membuat hatiku hancur berkeping-keping, kata-kata yang membuat detak jantungku seolah berhenti, kata-kata yang membuatku serasa dibunuh perlahan-lahan.

"Kau hanyalah hasil dari kebodohan dimasa mudaku, kau tidak bisa membuatku mendapatkan apa yang kuinginkan, Jika aku menginginkanmu maka aku akan mencarimu, bukankah selama ini sudah jelas, aku tidak mencarimu karena aku tidak ingin melihatmu, jangan pernah mencariku lagi karena aku tidak akan pernah menginginkanmu"

Setelah mendengar kata-kata itu aku memutuskan untuk benar-benar mengakhiri segalanya, aku ingin mengakhiri hidupku karena tidak ada lagi alasan untuk tetap hidup, aku menabrakkan diriku pada sebuah mobil, kata mereka aku koma selama dua minggu, dan saat aku sadar mereka berkata bahwa itu adalah sebuah keajaiban. Aku pikir tuhan tidak adil karena membiarkan aku tetap hidup, aku tidak pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua dari-Nya, aku menolak untuk diberikan kesempatan kedua. Aku terus untuk menolak makan, aku bahkan terus berusaha untuk membunuh diriku setelah kejadian itu, banyak psikolog yang datang untuk membantuku, tapi aku tidak mau mendengarkan mereka, ada seorang psikolog wanita, aku masih ingat dengannya, dan mungkin bisa kukatakan bahwa dialah penyelamatku, dia berambut pirang, berumur sekitar tiga puluh tahunan, aku ingat saat dia berjalan disampingku, seperti biasa dia selalu mengajakku bicara tentang berbagai hal, tapi aku tidak pernah meresponnya sama sekali, dia tidak pernah menyerah denganku, dia selalu  saja datang dan mengajakku bicara, sampai akhirnya aku merasakan hal yang aneh darinya, saat dia beranjak sangat dekat denganku, bibirnya hampir menyentuh telingaku, dan dia membisikkan kata-kata padaku.

"Apakah seseorang meyakitimu?, jika kau memang kau tidak ingin bertahan hidup untuk dirimu sendiri, maka bertahan hiduplah untuk orang yang telah menyakitimu, mulai sekarang kau akan hidup dengan cara itu, makan makananmu untuk bertahanlah hidup, kemudian balaskan dendammu padanya, buat dia menderita karena sudah membuatmu seperti ini, buatlah dia menyesal karenanya, kau mengerti"

Saat itulah, aku kembali merasakan rasa sakit didadaku, air mataku perlahan-lahan meleleh, dia tetap disana, tetap membisikkanku kata-kata itu, semua kata-katanya terekam jelas diingatanku walaupun itu sudah bertahun-tahun lalu, ingatan itu seolah benar-benar tertanam dalam benakku, aku tidak bisa memikirkan hal lain selain kata-katanya. Aku ingat setelah dia selesai membisikkan kata-kata itu, aku langsung bangkit dari ranjang, aku meraih makananku lalu memakannya dengan cepat, yang aku pikirkan saat itu hanyalah makan agar aku bisa cepat-cepat keluar dari rumah sakit untuk melakukan apa yang dia katakan, hal itu akhirnya berhasil membuatku selamat dari kematian, tapi sejak saat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya.

Forever MineDonde viven las historias. Descúbrelo ahora