Chapter 38

88.8K 4K 253
                                    


Ketika aku membuka mataku, hatiku seakan dilingkupi kebahagiaan yang nyata, aku merapatkan selimut satin berwarna hitam kesekeliling tubuhku lalu berjalan ke arah dinding kaca yang menampilkan gedung pencakar langit yang ada di seluruh penjuru New York, aku terdiam sebentar lalu menyentuh kaca itu, kejadian kemarin malam kembali berputar di kepalaku. Lamaran indah, pesta yang begitu luar biasa, sebelas gelas champagne yang sekarang menyisahkan rasa pening di kepalaku, juga malam yang begitu luar biasa bersama Sean. aku kembali tersenyum dan memeluk diriku sendiri saat aku mengingatnya.

Aku merasakan sebuah kecupan lembut di bahu telanjangku lalu aku merasakan sepasang lengan melingkupiku, rasa hangat mulai menyebar ke seluruh tubuhku.

"Kenapa kau bangun dari tempat tidur?" Sean berujar sambil meyandarkan dagunya kebahuku, lalu mengecup leherku dengan sapuan selembut bulu. Aku tersenyum sambil mengulurkan telapak tanganku dan membelai rambut gelapnya.

"Kau tidak ada disampingku" aku berkata sambil berbalik kearahnya, lengannya masih saja membungkusku dengan erat.

"Aku disini sekarang" dia menjawab sambil mencium bibirku, aku meraih wajahnya dan membalas ciumannya yang sangat menggairahkan.

"Aku mencintaimu sampai sakit rasanya" dia juga berujar sambil kembali membawaku kedalam lengannya, dia mengangkat tubuhku dengan mudahnya lalu menurunkanku kembali keatas ranjang.

"Aku juga mencintaimu Sean" aku mengelus wajah tampannya lalu menghujaninya dengan ciuman kecil diseluruh wajahnya.

"Kau menikmati semalam?" dia bertanya dan itu sungguh membuatku memerah, dia tersenyum ketika melihatku memerah, aku hanya mengangguk singkat padanya sambil menenggelamkan wajahku ke dada bidangnya.

"Aku membuatmu malu?" dia bertanya sambil tertawa kecil saat aku makin mengubur wajahku ke dada bidangnya.

"Kau butuh lebih banyak waktu untuk tidur, jangan coba-coba turun dari tempat tidur" dia memarahiku lalu kembali menyelmutiku dengan selimut tebal yang tadi tertata rapi di di bawah kaki kami.

"Aku baik-baik saja" aku memprotesnya sambil menghirup aroma lehernya, aku mengendusnya dan mencium sabun mahal yang bercampur dengan aromanya sendiri. Aroma seorang Sean Blackstone, apakah aku sedang bermimpi.

"Tidak!, kau harus tetap berada di tempat tidur hari ini" dia menolak protesku sambil kembali menciumku dengan ciumannya yang memabukkan.

"Baiklah, apa kau akan bekerja?" tanyaku sambil menyandarkan kepalaku di dadanya dan mendengarkan debaran jantungnya, aku kembali memejamkan mataku merasakan kedamaian ini.

"Ya, aku akan berangkat beberapa menit lagi dan setelah memastikanmu sarapan" dia menjawab sambil membelai rambutku dan mencium puncak kepalaku.

"Aku lapar" aku menjawab sambil memainkan kancing kemeja yang saat ini sudah melekat rapi di tubuhnya.

"Baiklah, ayo" dalam sekejab aku telah berada dalam gendongannya, aku melingkarkan lenganku dilehernya, aku melihat beberapa pengurus rumah sedang melakukan pekerjaannya. Beberapa kali mereka melrikku dengan senyuman malu-malu diwajah mereka, dan begitu aku sadari ternyata aku hanya menggenakan selimut satin hitam untuk membalut tubuh telanjangku. Seketika aku merasakan pipiku memanas karena malu.

"Ada apa?" Sean bertanya padaku dengan pandangan khawatir saat aku bergerak tidak nyaman di gendongannya, aku tersenyum sambil menggeleng dan menciumnya dengan cepat. Sean tersenyum ketika mendapatiku kembali menenggelamkan wajahku d lehernya.

"Kau suka waffle kan?" Sean bertanya dan aku mengangguk senang ketika aku melihat meja bar telah terdapat waffle dengan krim dan buah-buahan. Dia menempatkanku dalam pangkuannya dan aku mulai memakan makananku sementara dia hanya memandangiku melanjutkan makananku sambil sesekali membenahi anak rambut yang jatuh menutupi wajahku.

Forever MineWhere stories live. Discover now