4. What Does Perfect Means to you?

10 0 0
                                    

Four

Elena dan Rafael kini tengah menyantap makan siang mereka di salah satu restauran western yang terkenal dengan steak-nya. Hari ini untungnya restauran tidak terlalu ramai sehingga Elena dan Rafael merasa lebih nyaman menyantap makanan.

Setelah mengenal satu sama lain beberapa bulan yang lalu, Elena dan Rafael beberapa kali sempat menghabiskan waktu bersama. Kini Rafael tengah memandangi Elena yang tengah memotong daging steak-nya menjadi bagian yang lebih kecil. "Bisa? Perlu kubantu?" Elena menolak tawaran Rafael sembari tersenyum ramah.

"Elena, ini terkesan aneh, tapi aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam lagi. Menurutmu bagaimana aku saat pertama kali kita bertemu?" tanya Rafael membuka topik pembicaraan. "Kau? Hmm. Kau baik dan ramah. Kau membuka banyak topik dan membuatku lebih nyaman. Dipikiranku saat itu kau adalah social butterfly yang menyenangkan." Elena tampak berpikir untuk beberapa saat, "dan kau tahu? apa yang membuat kesanmu sangat baik? makananmu. Wah itu benar-benar enak!" Ujar Elena semangat yang membuat Rafael tertawa puas dengan pujian yang dilontarkan oleh gadis itu. "Makananmu buatanmu bahkan lebih enak ketimbang buatan restoran ini." Sambung Elena berbisik yang membuat tawa Rafael semakin pecah.

"Kalau menurutmu kesan pertamaku seperti apa?" tanya Elena dengan nada penasaran. "Jujur saja, kau tampak sulit didekati." Elena tersenyum geli mendengar jawaban Rafael. Memang ia akui, dirinya terlalu introvert sehingga lebih suka menghabiskan waktu sendiri dan jarang berinteraksi dengan orang lain terutama dengan pria. Ia jadi terkesan dingin dan sulit didekati karena alasan itu.

"Tapi sebagai teman kau sangat menyenangkan El." Rafael tidak melepaskan pandangannya pada Elena. "Terimakasih pujiannya hahaha tapi maaf ya aku terlihat dingin di awal. Aku hanya tidak terbiasa tiba-tiba bertemu laki-laki asing sendirian." Ujar Elena sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan malu-malu.

"Kau pernah berpacaran?" tanya Rafael dan Elena hanya menggeleng. "Kalau kau?" tanya Elena melemparkan kembali pertanyaan itu. "Aku pernah berpacaran dan berakhir dengan tidak baik." Ekspresi Rafael berubah murung. Selama beberapa bulan mengenal Rafael, Elena tidak pernah melihat pria itu tampak murung. Dia selalu tersenyum dan bahagia kapanpun dan dimanapun. Ada sebersit perasaan bersalah karena Elena menanyakan hal yang ternyata cukup sensitif pada pria itu. "Maafkan aku seharusnya aku tidak membahasnya."

"Tidak masalah, aku yang memulainya. Itu sudah berlalu dan aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa hubungan kami sulit untuk dilanjutkan. Kami sudah tidak bisa bersama lagi." Ujar Rafael memaksakan senyumannya lalu buru-buru makan untuk menutupi kesedihannya.

Elena tidak tahu apa yang terjadi dengan hubungan Rafael dan kekasihnya dimasa lalu tapi bersikap seolah tidak apa-apa itu begitu menyakitkan. Elena mendapati ternyata Rafael cukup pandai menyembunyikan kesedihannya.

Seusai mereka berdua makan siang, Rafael hendak mengantar Elena ke hall tempat diadakan meeting pertama untuk wedding fair. "Terimakasih sudah menemaniku makan siang sekaligus mengantarku kesini." Pamit Elena. "Kalau butuh tumpangan pulang telpon saja ya, tidak perlu sungkan." Elena mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam hall. Matanya langsung tertuju pada dua sosok pria yang bertubuh jangkung sedang berbicara satu sama lain di dekat pintu masuk Hall.

"Eric? Savier? kalian ikut menjadi bagian dari wedding fair ini juga?" Sapa Elena. Keduanya menoleh, Savier tersenyum lebar, sementara Eric terkesan memaksakan senyumannya. "Kau sendirian saja? atasanmu tidak ikut?" tanya Savier sambil mengamati orang-orang di sekitar Elena. "Ah tidak, atasanku bilang tadinya hendak menyusul tetapi barusan ia bercerita kalau dokter kandungannya menyatakan ia harus bedrest total untuk seminggu demi menjalani program kehamilan jadilah aku disini sendirian untuk mewakili The Fleuve." Jelas Elena panjang lebar. "Kau kesini sendirian? kulihat tadi ada pria bersamamu ya?" tanya Eric tiba tiba yang membuat Elena kebingungan. "Kau melihatku di depan hall tadi?" tanya Elena balik.

Forever & EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang