Chap 8

5.5K 153 0
                                    

"Apa kau tidak menyuruh gadis itu turun?" tanya Armand dingin. Kakinya baru berhenti tepat di depan meja makan besar yang ada di lantai satu.

"Aku sudah memanggilnya, tapi dia menolak."

Armand langsung membuang nafasnya kasar. Lalu tangannya menarik satu kursi dan menduduki dirinya di kursi itu. Sepertinya dia belum memberitahu pada wanita itu tentang apa saja yang wajib wanita itu ikuti.

"Panggil dia kesini." Perintahnya. Bibi Emily pun langsung berlari menuju lantai dua untuk segera memanggil Anna.

—————

Cemas. Satu kata yang saat ini mewakili perasaannya. Setelah pertemuannya dengan Armand malam tadi, Anna tidak bisa melanjutkan tidurnya. Otaknya terus berputar memikirkan segala cara untuk bisa kabur dari tempat ini.

Setelah tahu apa yang Armand inginkan darinya, Anna semakin yakin kalau dia harus dan wajib meninggalkan tempat ini secepatnya. Atau tidak ada pilihan lain, yaitu mati. Anna lebih baik mati dibandingkan disentuh dengan lelaki asing yang bukan suaminya. Biarpun dia bobrok seperti ini, tapi Anna masih memimpikan kehidupan pernikahannya yang bahagia. Menikah dengan lelaki yang dia cinta dan mencintainya adalah hal terakhir yang ia inginkan dalam hidupnya.

Anna melihat kesekeliling rumah lewat jendela di kamarnya. Biarpun tidak semua terlihat, tapi Anna masih bisa memantau pergerakan beberapa pengawal yang terlihat berlalu-lalang di bawah.

Anna sudah mengamatinya sejak semalam, setiap pengawal itu mempunyai jam kerja yang tetap, mereka akan berganti shift setiap enam jam sekali. Saat sudah melewati tengah malah akan ada tiga orang pengawal yang berjaga di depan gerbang utama. Ada sekitar empat orang yang akan terus berjalan mengitari rumah. Dan Anna yakin semua rutinitas itu dilakukan setiap hari.

Sebenarnya apa pekerjaan pria itu, hingga mampu mendapat penjagaan seketat ini? Itu adalah pertanyaan yang terus berputar dikepalanya sedari malam.

Risau sekaligus takut, akan ketidakpastian dari masa depannya. Karena kali ini musuhnya jauh lebih kuat dan cerdik, Anna pun terus memutar otak memikirkan cara yang tepat agar bisa mengelabui para penjaga itu.

Tuk... tuk...

Anna menoleh.

"Nona Anna, kau harus keluar sekarang. Saatnya sarapan." Suara bibi Emily terdengar. Kening Anna mengkerut, dia semakin bingung dengan situasi sekarang. Sejak kapan seseorang wanita yang sudah dibeli diperlakukan seperti ini?

Setengah jam lalu, bibi Emily memang sudah memanggilnya untuk sarapan tapi Anna menolak dengan alasan tidak lapar, padahal alasan sebenarnya adalah karena dirinya mencoba untuk menghindar dari segala interaksi dengan orang-orang di rumah ini.

"Ak-aku akan keluar nanti saat aku lapar. Kau bisa makan lebih dulu." jawab Anna tanpa membuka pintu kamarnya. Suaranya cukup keras, Anna rasa bibi Emily pasti mendengarnya.

Karena tidak ada sahutan balik Anna pun berpikir mungkin bibi Emily sudah pergi. Dia pun kembali fokus pada kesibukannya tadi. Melihat pemandangan sambil terus berpikir. Tapi baru sebentar dirinya fokus, suara gebrakan besar terdengar.

BRAK!

Anna menoleh, mendapati Armand sudah ada di depan kamarnya. Pakaiannya jauh lebih rapi dari semalam, wajahnya juga terlihat lebih segar tapi masih sama menyeramkan. Armand berjalan mendekat membuat Anna mau tak mau pun ikutan bangkit.

"Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun? Apa sejak dulu kau selalu diperlakukan seperti nyonya?"

Suara Armand menggema di kamar Anna. Anna melihat wajah Armand yang sudah memerah. Matanya menatap tajam kearah Anna yang sekarang ini hanya terdiam.

The Billionaire PrisonWo Geschichten leben. Entdecke jetzt