Chap 33

2.2K 84 2
                                    

"Ku pikir jam di rumah ini perlu diganti."

Suara bariton yang selalu Anna hindari tiba-tiba datang dari arah belakang. Anna langsung menghentikan langkahnya dan diam ditempat.

Nafasnya menderu. Walaupun berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi rasa keterkejutannya tapi kegugupan itu tidak bisa hilang semudah itu. Tangannya bahkan hampir gemetar jika tidak buru ia tutupi. Dalam hati Anna berhitung. Mencoba menetralkan detak jantungnya, membuat dirinya santai agar bisa berhadapan dengan lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.

Perlahan tubuhnya bergerak, mau tak mau tubuhnya berbalik. Wajah serius Armand seketika membuat pikirannya blank.

"Memangnya___kenapa dengan jam itu?" Tanyanya pura-pura tak paham.

"Membuat mu salah melihat waktu. Bukankah ini masih jam kelas mu?"

"Perutku mendadak sakit dan tubuhku demam, jadi aku ijin." Anna memalingkan matanya untuk menghindari tatapan Armand yang sekarang terasa menginspeksi dirinya.

Lalu secara tiba-tiba kaki lelaki itu melangkah maju, mendekat dan menempelkan tangan kanannya menyentuh keningnya. Anna bersyukur kegugupannya itu meninggalkan sedikit jejak yang sangat membantunya saat ini karena Anna sangat yakin kalau Armand pasti merasakan kalau telapak tangannya yang sedikit basah oleh keringat.

"Perlu ku panggilkan dokter?"

Apa dirinya salah menangkap nada khawatir dari lelaki itu. Anna menatap kedua mata Armand yang kini juga menatapnya. Tak bisa disangkal kalau saat ini Armand terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya. Dalam beberapa detik Anna terdiam, bukan karena pertanyaan Armand, tapi lebih pada pertanyaan lain yang muncul dalam benaknya.

Kenapa dirinya sangat menyukai ketika mengetahui kalau lelaki itu menaruh sedikit rasa khawatir terhadap dirinya? Apa Armand menaruh hati padanya?

"Anna!"

Wanita itu menoleh, seketika tersadar. "Tidak perlu, aku sudah baik-baik saja sekarang."

Dalam beberapa detik keadaan kembali hening. Anna sangat yakin kalau Armand tidak ingin lagi mempermasalahkan soal keadaannya, jika tidak mungkin lelaki itu akan terlihat betul-betul menyukainya.

Astaga tidak mungkin...

"Bukankah kau pergi selama 3 hari?"

"Aku mengubah jadwal."

"Kenapa?"

"Hanya ingin."

Anna meringis kecil. "Bisa seperti itu?"

"Tentu bisa, apa yang tidak bisa bagiku."

Adalah salah bertanya seperti itu pada Armand. Lelaki yang berstatus sebagai pemilik perusahaan atau mempunyai jabatan yang tinggi itu pasti bisa memilih jadwal yang diinginkan bagi dirinya sendiri. Tapi apa yang membuat Armand berubah pikiran itu yang sebenarnya yang harus dipertanyakan. Dengan jarak terbang yang lumayan lama tak mungkin Armand mencancel semua jadwal dengan orang-orang yang pastinya penting dan sibuk juga. Apa jangan-jangan Armand sudah mengetahui soal Tom? Apa dia tahu soal pertemuan dirinya dengan Tom hari ini?

"Kau serius sudah baik-baik saja? Vivian, apa yang Anna makan sebelumnya?"

Anna menoleh mendengar pertanyaan Armand. Ikut menatap Vivian yang kini tampak gugup.

"Hanya sepotong roti untuk sarapan."

Vivian tampak sedikit meringis saat mengatakannya. Anna sangat yakin kalau wanita itu pasti merasa takut sekarang.

"Bukankah sudah ku tugaskan untuk selalu mengawasi Anna? Apa yang dia makan, yang dia lakukan. Ku pikir sudah ku katakan dengan jelas sebelumnya."

"Armand, tidak perlu berlebihan seperti itu." Seru Anna cepat, matanya melirik sekilas kearah Vivian yang menunduk lalu kembali menatap lelaki itu yang sedang bertolak pinggang angkuh, "Apa yang ku makan dan ku lakukan, itu semua adalah tanggung jawab dan keinginanku. Jangan menyalahkannya Vivian seperti itu."

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now