59. Informasi Yang Menimbulkan Harapan

1.4K 404 20
                                    

Met Senin pagi!

Minggu baru semangat baru, yuks, tambah semangat dengan ikutan petualangan Diana-Tyo.

Cuss....

BAGIAN LIMA PULUH SEMBILAN: INFORMASI YANG MENIMBULKAN HARAPAN

Berto tertegun mendapatkan pesan di ponselnya. Wajahnya mengeras dan sikap tubuhnya menegang. Lena yang sedang duduk di sebelahnya, langsung menyadari perubahan sang suami.

“Ada apa?” tanyanya.

Berto menunjukkan pesan di ponselnya. “Utomo menyuruhku bersiap. Dia akan mengaturkan pertemuan dengan Diana dan membuat jebakan di vila,” jawabnya.

Lena menatap pesan itu lama. “Pertemuan lo dan Pak Bram, gimana?” tanyanya lagi.

Berto menggeleng. “Belum bicara apa-apa yang bikin aku yakin. Aku belum tahu, apa maunya, atau kemungkinan posisiku di matanya,” sahutnya. Murung.

Lena tercenung. “Kalau gue ngomong ke Papi soal ini, enggak yakin juga dia bakalan bantu lo. Mungkin demi nyingkirin mantan lo itu, dia bisa aja malah setuju dengan Utomo,” katanya. “Papa lo juga belum tentu bisa diharapkan, dan saat ini, satu-satunya orang yang enggak seneng cuma gue. Gue yang enggak mau harga diri gue diinjak kalau sampai lo digosipin selingkuh.”

“Kamu punya saran, Len? Sungguh, aku enggak mau nyakitin satu pun dari kalian.”

“Kenapa enggak ngomong langsung ke cewek itu?”

“Dia enggak akan percaya. Aku dan keluargaku sudah merusak kepercayaannya dulu, kan?”

Lena tercenung. “Kalau gitu, biar gue cari tahu dulu. Kali aja dia mau ngomong sama gue.”

Berto menatapnya penuh harap. “Kamu mau melakukan itu untukku?”

Lena mendengkus sinis. “Buat gue sendiri, kok. Buat nyelametin harga diri gue.”

Berto tersenyum kecil melihat istrinya yang merasa gengsi. Tiba-tiba, sebuah suara menimpali percakapan mereka.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?”

Spontan, suami istri itu menoleh dan melihat Herman yang sedang berdiri sambil memandang keduanya dengan ekspresi aneh. Berto dan Lena saling berpandangan, menangkap adanya ketidakberesan.

*****

“Ada yang mengancam Diana dengan menculik ibunya. Entah bagaimana tepatnya, tapi Papa curiga kalau itu ada hubungannya dengan kejadian delapan tahun lalu, Bert.” Herman berkata serius. Saat itu dia meminta waktu untuk berbicara berdua saja dengan putranya, sementara Lena dengan tak acuh tetap tinggal di tempatnya.

Berto termangu. “Gimana Papa tahu kalau Diana diancam?”

“Papa nekat ngintip ponselnya waktu dia dapat pesan, karena dia kelihatan tegang sekali saat mewawancara Papa, dan Papa jadi curiga.”

Berto menyemburkan napas frustrasi. “Astaga … ada apa lagi, sih?” keluhnya.                                                   

Herman menatapnya, tajam. “Papa enggak mau kamu ikut-ikutan dalam kekacauan ini, Bert. Jangan terlibat sedikit pun dengan gadis itu kalau kamu ingin tetap aman. Kalau betul dia memang sedang menelusuri kejadian delapan tahun lalu, jelas dia terancam. Kamu bisa ikut terancam,” katanya. “Sekarang saja dia sudah mulai diserang isu terlibat perdagangan narkoba. Apa jadinya kalau kamu sampai terlibat dengannya?”

“Diana dan isu narkoba? Yang betul saja, Pa!”

“Dengarkan saja Papa!”

“Mana mungkin Berto enggak ikut-ikutan, Pap? Dia justru disuruh menjebak mantannya itu.” Lena yang mendadak nimbrung membuat Herman menoleh kaget. Wanita itu mengeloyor masuk, meski Herman memberinya pandangan tak suka.

Diana, Sang Pemburu BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang