4. Mawar Merah yang Pemberani

1.1K 198 33
                                    

"You can stop saying it's okay now..

When your heart can't take it anymore."

✰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagian empat.

Senin : Bunga Mawar Merah untuk seseorang yang pemberani

RANU

"Lo ngapain di sini?" gue kaget lihat Prio dateng barengan sama Fikar ke SMAN 1.

Hari ini memang ada pemilihan tim buat tanding di Piala Bintang tahun ini di SMAN 1, Jakarta Selatan. Cuma gue inget banget Prio harusnya gak ada di sini.

"Bukannya lo mau nemenin cewek lo pergi?"

"Gak jadi, Kak." Prio menggaruk kepalanya sambil celingak-celinguk. Penasaran banget liat ketua penyelenggaranya ngambil bola undian di dalam kotak. "Nama Karnius belom disebut kan?"

"Gak jadi karena emang dia yang gak jadi.. atau apaan?" tapi gue langsung ingin memperjelas kalimatnya yang tadi. Prio perlahan noleh ke arah gue..

"Hmm.. tadi gue udah telpon dia sih bilang gue hari ini gak bisa. Soalnya ada pemilihan tim tanding kan. Gue pikir-pikir, gue pengen dateng ke sini.. gak tenang gue kalo belom tau kita lawan siapa."

Agak speechless sih gue.

"Terus... Mabel?"

"Gue telpon tadi belom diangkat sih, tapi udah gue chat juga.. harusnya dia baca.. Besok palingan gue temenin dia beli bunganya."

Mungkin karena gue tau dia bakal sampe lebih dulu ke Karnius sebelum lihat kabar dari Prio karena dia emang selalu begitu. Gak mau Prio nunggu, gak mau Prio repot-repot nyamperin dia ke sekolahnya.

Jadi tanpa pikir panjang, gue langsung berdiri dari tempat gue duduk..

"Lah mau ke mana lo? Nama kita belom disebut." Maje kaget. Prio yang daritadi serius liatin panggung sama Fikar juga nengok.

"Cabut.. Kabarin gue aja kita jadinya lawan siapa."

Mungkin karena gue selalu liat dia memastikan semua orang di sekitarnya makan duluan dan mengoper semua makanan itu supaya gak ada satu orang pun yang gak kebagian, baru dia bisa makan dengan tenang.

Mungkin karena dia selalu nemenin Prio bukan karena dia bosen atau pengen nemenin doang, melainkan karena dia tau Prio sering lupa makan makanya dia selalu sediain itu duluan.

"Gue izin anter cewek lo pulang.."

Mungkin karena semua itu gue mau repot-repot ngebut, lari-larian balik ke sekolah gue cuma untuk pastiin dia masih nunggu di sini dan belom balik.

"Oh..." gue bisa denger kebingungan Prio dari sini. "Mabel.. di situ, Kak?"

"Iya," jawab gue tegas.

"Ya udah..." Sebenernya gue gak ekspek reaksi Prio akan sesantai ini meskipun sebelum dia sempet bingung dan terdengar ragu-ragu. "Sorry ya, gue jadi ngerepotin lo."

her everyday, his weekendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang