Jonhy : Shadow Under the Moonlight

6 0 0
                                    

Lahir dengan kepribadian dan tubuh nyaris sempurna pasti menjadi idaman semua orang terkecuali Jonhy Aditya Pratama atau teman-temannya kerap memanggil Jon.

Lelaki dengan tubuh menjulang tegap itu pasti jadi idaman semua ibu-ibu untuk dijadikan menantu. Sikap Jon sangat manis dan dia juga lembut serta dewasa.

Tapi tidak ada yang tahu, jika Jon si pemilik lesung pipi termanis di sekolahnya itu sangat muak dengan dirinya sendiri.

Dia bahkan tidak bisa berbuat sesuka hatinya seperti temannya Agustian. Jon akui jika lelaki pucat itu memang kelewat sarkas, tapi Agus mungkin tidak akan pernah mengalami masalah "nggak enakan" yang sering sekali Jon rasakan karena hati dan mulutnya suka tidak sinkron.

Atau seperti temannya yang dijuluki si pembuat onar Jeantara. Lelaki jangkung se-per-orok-an Jon itu bebas melakukan apapun tanpa perduli akan image yang menggantung di pundaknya. Jean mungkin tidak akan pernah mengalami rasanya duduk, makan, bicara bahkan tidur pun nggak enakan karena "segan" atau "kurang baik dilihat orang" seperti yang sering Jon rasakan.

Jon lahir dari keluarga yang baik-baik, tentu! Sama seperti kedua temannya Agus dan Jean. Tapi Papa Jon acap kali meninggalkan dia dengan petuah petuah dan tanggung jawab untuk menjaga dua perempuan kesayangannya. Mama dan adiknya, Virla.

Papa Jon seorang tentara yang suka pergi berbulan-bulan lalu pulang tanpa tahu anak dan istrinya sudah melewati apa saja semasa dia pergi.

Jon kecil sudah terbiasa ditinggal, dan dia harus siap menggantikan papanya dalam keadaan bagaimanapun untuk menjaga dua orang terkasih mereka.

Jon kecil menjadi acap kali lebih dewasa beberapa tingkat dibanding anak-anak seusianya. Kalau kata Mama Jon, karna beban Jon lebih berat.

Bahkan saat Papa Jon tidak pulang berbulan-bulan karena tugas di luar negeri lalu kemudian kembali dalam keadaan membujur kaku dan tak bernyawa. Tepukan pertama yang Jon rasakan dipundaknya adalah puncak dari kehancuran.

Kata-kata "Yang sabar ya Jon" mengalun bergantian, tapi sialnya itu terdengar seperti tusukan belati di dadanya. Kala itu Jon masih berumur 12 tahun dan satu-satunya yang dia jadikan panutan adalah Papanya.

Dan kini beliau sudah tiada.

Jon menjadi jauh lebih pendiam setelah itu. Dia belajar lebih banyak, olahraga lebih banyak, makan dan membaca lebih banyak tetapi tidurnya semakin sedikit, waktu istirahat bahkan tidak ada dan diam-diam dia selipkan keinginan untuk tidak mau jadi alat negara.

Jon kecil sudah menginjak masa remaja, dia menjadi lelaki yang sangat hangat diluar tapi sungguh kesepian di dalam.

Dia adalah cerminan kepribadian Agus, lelaki pucat itu sangat dingin diluar tapi dia sungguh hangat di dalam.

Jon teringat kala Agus datang saat pemakaman Papa Jon dan lelaki pemilik gummy smile itu hanya diam menunggu Jon tanpa berkata apapun.

Barulah ketika acara pemakaman selesai, Agus adalah orang yang pertama kali mendekat dan terus menempeli Jon tanpa bicara. Dia mengikuti kemana saja Jon pergi pada hari itu, hingga Jon jengah juga dan akhirnya bertanya

"Lo kesambet apa?"

Mata tajam Agus berbinar mendengar pertanyaan itu dan dia entah darimana sudah menyodorkan stik PSP pada Jon.

"Okay, sepertinya kita harus battle!!" tanpa tahu malu mengajak orang yang habis berduka untuk main game.

Tapi itulah Agus, dia sangat hangat bahkan dibalik wajahnya yang dingin seperti kulkas dua pintu.

Kalau Jon disuruh memilih antara ingin menjadi Agus atau Jean maka Jon akan memilih Agus. Bukan karena latar belakang keluarganya yang kaya raya, tapi karna Agus itu memang nyatanya selalu unggul dibanding dia dalam hal apapun.

Agus adalah Ketua OSIS di sekolahnya, dan hari itu saat pemilihan OSIS sulung dharmawangsa itu sama sekali tidak pernah benar-benar menyiapkan ide dan visi misi kerja.

Dia hanya berceloteh jika apapun keputusan rapat kerja OSIS dia akan laksanakan sebaik mungkin tanpa pilih kasih. Dan hari itu Agus yang nyatanya dicalonkan unggul jauh sekali dari Jon yang juga ikut mencalonkan diri dengan visi misi kerja yang sudah disiapkan tiga hari dua malam.

Tidak sampai disitu saja, Agus, basket dan musik adalah paket komplit. Kadang Jon bertanya-tanya bagaimana anak lelaki yang tumbuh besar bersamanya itu bisa menguasai hingga lebih dari 2 alat musik? Dan dia dengan bola basket ditangan adalah singa yang tidak terkalahkan.

Agus tidak pernah meminta untuk masuk ke dalam klub basket ataupun seni, katanya itu 'merepotkan' tapi ketua klub hari itu benar-benar mendatanginya dengan bersujud. Dan semenjak Agus memutuskan join, tidak pernah sekalipun terdengar kabar jika dua klub itu tidak unggul sebagai klub favorite sekolah.

Tapi satu hal yang Jon sadari.

Agus tidak pernah menjadikannya pilihan pertama.

Jon akan dijadikan pilihan keterakhir oleh Agus, untuk membayanginya.

Apa Jon seburuk itu?

Bilang saja saat pemilihan pengurus OSIS, pada awalnya Agus memilih Jean sebagai wakil. Tetapi karena Jean disibukkan dengan olimpiade saat itu dan kandidat satu lagi mengundurkan diri maka otomatis Jon naik sebagai sekretaris OSIS.

Jon bukanlah pilihan pertama Agus.

Tidak sampai disitu saja, saat Agus harus pindah sekolah ke Singapura dan begitupun jabatan Agus yang harus digantikan. Agus juga tidak memilih Jon sebagai yang pertama untuk menggantikan jabatan kapten basketnya.

Dia awalnya ingin memberikan jabatan itu pada orang lain di klub, tetapi karena Jon hari itu memaksa dengan alasan hanya mereka berdua yang tertua di klub maka jabatan itupun beralih pada Jon.

Bahkan jabatan sekretaris D Company pun awalnya tidak ada pada Jon. Agus memilih Jean, dia menghubungi lelaki humoris itu saat Jean sedang di London. Tapi pekerjaan Jean sungguh tidak terelakkan, dia menolak tapi menawarkan Jon yang kebetulan juga sedang di London dan baru selesai kuliah.

Jadilah Jon pulang ke negara asalnya untuk memenuhi tugas menjadi sekretaris Agus.

Pada dasarnya dia tetap akan berada di belakang laki-laki itu. Kadang Jon membenci dirinya yang tidak bisa melewati ambang untuk menjadi egois.

Ketika Jon pertama kali bertemu Agus tidak banyak yang sahabat lamanya itu katakan. Dia banyak diam dan mereka hanya mengorbol seputar pekerjaan.

Jon sudah lama tidak bertemu Agus, karena ketika lelaki itu pergi ke Singapura maka semua kontak pribadinya juga ikut pergi kecuali nomor kantor dan orang tuanya serta jangan lupakan adik bongsornya, Jeka.

Keadaan mereka menjadi sangat kaku. Agus entah kesambet apa memanggilnya dengan sebutan "saya kamu".

Awalnya Jon pikir itu hanya berlaku selagi mereka membahas pekerjaan. Tapi nyatanya ketika Jon berkunjung ke rumah Agus, panggilan yang dipakai lelaki pucat itu tetap sama. Dia bahkan menjadi sedingin es, datar dan tanpa ekspresi.

Jon awalnya berpikir mereka bisa main games bersama atau hanya ngopi sambil menceritakan hal-hal ringan dengan bersenda gurau.

Tapi Agus yang sekarang sangatlah berbeda.

Dia seperti batu, kerasdan tidak tersentuh.

Dear Mas Agus (Spin Off)✔️Where stories live. Discover now