Ch.8 Tragedi Keluarga Abuya

10.2K 260 2
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.08

Ibrahim P.O.V

Sebulan berlalu dengan cepat dari awal aku bekerja, gaji pertamaku sudah diberikan secara cash dalam amplop coklat oleh abuya,total gajiku sebenarnya sekitar 2000 riyal, tapi dipotong dengan biaya dana talang oleh agen, gaji bersih yang aku terima berkisar 1500 sampai 1800 riyal, gaji pertamaku aku kirim semua ke kampung, karena biaya makan dan minum dirumah ini sudah tertanggung Abuya, lagi pula juga uangku dari Pak Abbas saja masih belum tersentuh, mungkin nanti aku akan meminta pak Damar untuk mengantarku belanja kebutuhan bulanan seperti sabun, minyak wangi, dan lainya.

Kali ini aku waktu menunjukan pukul 11 malam, aku sedang bersantai setelah selesai menyetrika pakaian, baru saja aku hendak tidur, kudengar sebuah teriakan yang keras, teriakan seorang wanita, aku dengan cepat keluar dari kamar menuju ruang tengah, disana terlihat Abuya dan Emir juga keluar dari kamarnya, teriakan berasal dari kamar istri Abuya, kami segera berlari menuju kamar istri Abuya, pintu terbuka kemudian terlihat Amihan sedang menutup mulut sambil menangis, Abuya segera menghampiri Amihan, bertanya kepadanya ada apa.

“U-ummi Abuya, U-mmi, sudah tidak ada ?.” Ujar Amiha terbata bata, Emir yang tidak percaya berjalan menuju tubuh istri Abuya, kemudian memastikan keadan ibunya, sejenak Emir diam kemudian Emir berbalik kearah Abuya dengan mata memerah dan berlingan air mata, aku melihat ke arah Abuya, Abuya menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya, sambil berjalan menuju jendela, berdiam diri disana, badan Abuya bergetar selama beberapa detik, kemudian berjalan menuju tubuh istrinya yang sudah tak bernafas, mengusap wajah istrinya pelan kemudian mencabut semua mesin yang tersambung ketubuh istrinya, aku yang tidak menduga hal ini terjadi hanya bisa diam mencerna segalanya.

_____

Beberapa jam kemudian, anak anak Abuya mulai berdatangan, anak pertama nya Asad datang duluan menangis memeluk Abuya, kemudian beberapa menit disusul anak kedua Abuya, Maryam, mereka berkumpul untuk berduka cita atas kematian ibunya.

Di pagi hari setelah pemakaman dilakukan, suasa didalam rumah yang biasanya sepi menjadi agak sedikit ramai dengan orang orang yang mengunjungi Abuya untuk menyampaikan bela sungkawa, orang krang terus berdatangan, bahkan dari teman teman pengusaha Abuya, mereka mengucapkan bela sungkawa, hingga akhirnya rumah hanya diisi oleh Abuya dan anak anaknya dan kami pekerja dirumah Abuya, seketika rumah menjadi sepi dan dingin, Emir masih enggan keluar dari kamarnya, dan Abuya, sama seperti sedia kala, tetap dingin.

Anak anak Abuya hanya tiga hari menginap dirumah Abuya, karena mereka harus kembali pulang, mengurus pekerjaan dan keluarga mereka masing masing, seminggu setelah meninggalnya istri Abuya, barulah keadaan sedikit demi sedikit mulai membaik, Emir sudah mulai bekerja kembali, begitu pula Abuya.

Aku sedang mencuci pakaian ketika Abuya memanggilku, aku berjalan menuju kamar Abuya, terlihat disana Abuya, dengan gamis putihnya sedang berduduk didepan jendela yang terbuka, melihayku Abuya menyuruhku mendekat.

“Ibrahim, tolong buatkan saya teh panas dengan susu!.” Titah Abuya kepadaku, aku mengangguk dan berjalan kedapur untuk membuatkan tehnya, membawa teh itu kembali ke kamar Abuya.

“Ini Abuya teh nya.” Ujarku, Abuya menyambut teh ditanganku, kemudian meniupnya pelan dan meminumnya.

“Abuya masih sedih ?.” Tanyaku mencoba memulai percakapan, memang selama satu bulan bekerja disini, tidak pernah aku bercengkrama panjang lebar dengan Abuya, selain karena Abuya yang pulang bekerja di malam hari, Abuya juga tipe orang yang tidak banyak bicara, jadi agak sedikit susah untuk akrab denganya.

“Hmm, tidak terlalu, jujur sebenarnya saya lega, panggil saya kejam, atau tidak berhari, tetapi melihat Umi tak berdaya dengan rasa sakitnya selama bertahun tahun, membuat saya menjadi sedih, saya tahu sifat istri saya, dia pasti menginginkan yang terbaik untuk saya, di tahun pertama istri saya koma karena sakitnya, saya masih berharap adanya keajaiban yang bisa membuat istri saya bangun kembali.” Ujar Abuya sambil kemudian meminum tehnya.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang