Ch.58 Siapa Yang Menikah, Siapa Yang Bulan Madu

4.6K 211 34
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.58

ABUYA P.O.V

Saya menatap wajah Ibrahim yang tersenyum lembut sambil menatap saya, dibalik senyumnya yang tulus saya tahu ada kebimbangan dan keresahan yang ia sembunyikan, meskipun memang kentara terlihat, saya berusaha menenangkannya, selalu memberinya pilihan untuk dia putuskan, mana yang terbaik untuknya, tidak perlu memikirkan saya, jika saya egois tentu saja saya akan menyuruhnya untuk langsung saja memperpanjang kontraknya dengan agen, agar bisa tetap bersama saya, tapi tidak, saya ingin memberi kebebasan untuk Ibrahim, barangkali ia ingin bertemu dengan keluarganya, satu tahun bukanlah waktu yang sebentar tanpa bertemu keluarga, hell, bahkan anak anak saya jarang menemui saya, bisa berbulan bulan lebih, dan yang saya rasakan adalah kerinduan yang tiada tara, apalagi bagi Ibrahim yang keluarganya berada terpisah beribu ribu kilometer jauhnya.

Saya mengusap kepala Ibrahim, betapa pengertiannya anak ini, ketika saya dan anak anak ingin dinner diluar rumah, ia sengaja tidak ikut, bahkan ketika saya sendiri yang mengajaknya, ia mengerti bahwa saya ingin waktu dan privasi dengan anak anak, tidak pernah iri dengan berkurangnya sedikit perhatian saya, karena ia tahu, momen ini tidak lah setiap hari, seperti anugerah yang turun, Ibrahim menjadi orang yang membantu saya, mengubah hidup saya.

Saya menarik lengan Ibrahim, membawanya kedalam pelukan saya, roti yang ia kasih masih terpegang ditangan saya, Ibrahim menciumi pipi saya, ia kemudian melepaskan pelukan saya, mengambil roti dari tangan saya, menyobek roti itu kemudian menyuapi saya dengan telaten, kami saling berpandangan, entah mengapa roti biasa yang Ibrahim suapkan kedalan mulut saya terasa lebih nikmat dari biasanya, mungkin karena kehadirannya yang menambah cita rasa ini, haha, seperti berlebihan tapi itulah faktanya.

Setelah selesai memakan sarapan pagi, Ibrahim menyuruh saya untuk mandi dan bersiap untuk pulang, saya bangun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi, tangan jahil saya menarik kembali tubuh Ibrahim, sengaja mengajaknya sekalian masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi bersama, awalnya ia marah dan kesal, menolak untuk mandi bersama, namun ciuman saya dibibirnya membuatnya luluh dan menurut.

Ibrahim membuka kancing thob saya, melepaskanya dari badan saya, pagi hari yang dingin membuat saya menjadi excited, penis saya mengeras, apalagi dihadapan saya adalah Ibrahim yang membuat saya semakin bergairah.

Saya nyalakan water heater, menyalakan keran, mencampurkan air panas dan dingin hingga bathub terisi oleh air yang menjadi hangat, setelah hampir penuh, saya matikan keran, mendekati Ibrahim kemudian melepaskan seluruh kain yang menempel di tubuh Ibrahim, membuatnya bertelanjang bulat dihadapan saya, saya memeluk tubuh Ibrahim, hangat dan sangat nyaman dipelukan saya, mengusap punggung halus Ibrahim, tangan saya turun ke arah pantat Ibrahim yang bulat dan kenyal, kedua daging pantat Ibrahim begitu pas di genggaman kedua tangan saya, meremasnya pelan sambil memisahkan kedua daging itu lebar lebar, terlihat di cermin lubang pantat Ibrahim yang merekah merah muda, membuat penis saya semakin mengeras, saya meludah di jari jari tangan saya kemudian mengoleskan ludah itu sambil menggosokan jari saya tepat dilubang Ibrahim, Ibrahim menggigit pelan dada saya, ia melenguh dan mendesis, dada saya berdesir, pekukan Ibrahim mengencang dibadan saya, saya menghentikan gerakan menggosok lubang pantat Ibrahim, menggengam wajah Ibrahim dengan kedua tangan saya, mata Ibrahim sayu seperti merayu, bibir tipisnya yang merah sedikit membuka, sangat menggoda untuk kucium.

Bibir saya mencumbu Ibrahim, pelan dan bergairah, saya lebih suka menikmati sesi panas kami dengan pelan, tidak suka terburu buru, seperti tidak ada esensi dalam bercinta jika tergesa gesa, saya ingin mencicipi setiap jengkal tubuh orang yang sedang saya nikmati, saya ingin orang yang memberi saya kenikmatan terbayarkan juga oleh kenikmatan yang saya beri, all must fair in sex, itu prinsip saya.

Bibir Ibrahim terasa manis dengan hint kopi, saya menghisap bibirnya pelan, kembali membuat Ibrahim melenguh, Ibrahim mulai ikut bermain, lidahnya mulai menelusup masuk kedalam mulut saya, mencari keberadaan lidah saya, ingin segera mengajak lidah saya menari bersama, saya menghentikan ciuman kami, bibir saya turun menuju leher jenjang Ibrahim, wangi manis dari parfum yang dia pakai membuat saya semakin bernafsu, saya hirup dalam dalam aroma tubuh Ibrahim yang memabukan, menciumi setiap inchi leher Ibrahim, menghisap pelan lehernya, bahkan saya gigiti lehernya, membuat Ibrahm mencengkram tangan saya kaget, saya sedikit terkekeh melihat reaksinya, bibir saya bergerak menuju telinga Ibrahim, meniupkan udara pelan tepat ditelinganya, membuat Ibrahim sedikit bergidik, menciumi sambil sesekali menjilat telinga Ibrahim.

PRIA ARAB MAJIKANKUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora