4. Shock Therapy

68 11 1
                                    

Juno sekarang percaya kalau hari sial nggak ada di kalender

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juno sekarang percaya kalau hari sial nggak ada di kalender. Dia nggak tahu dapat karma dari mana sampai dunianya super berantakan gara-gara bayi berusia enam bulan yang dia temukan.

Bayangkan saja, dia nggak berhasil membawa Rey ke panti. Tiga panti yang dia datangi rupanya sudah habis kuota buat menampung lebih banyak anak dan itu bikin mereka terpaksa menolak. Juno nggak menyerah, dia akhirnya minta tolong ke Derren dan Yogi untuk mencarikan orang tua angkat, namun sampai detik ini mereka belum dapat juga. Alhasil ini sudah hari kelimanya hidup berdampingan dengan bayi tersebut.

Lima hari yang berat.

"Sumpah lo berak lagi?!"

Seberat pampers Rey yang dipenuhi kotoran.

Juno nyaris menenggelamkan kepalanya ke kloset kamar mandi. Hari ini sudah yang kedua kali Rey pup. Bukan masalah cebokinnya yang bikin Juno senewen—ini sih pas awal-awal saja dia sampai nggak nafsu makan, lama kelamaan bodo amat. Cuma... setiap kali Rey buang air besar, Juno jadi harus menghitung berapa jumlah pampers Rey yang tersisa. Benda krusial itu tinggal sedikit.

"Nyusu mulu sih, berak-berak kan jadinya!" Kendati seratus persen sadar Rey nggak mungkin memahami omelannya, namun ini nggak membuat dia ingin diam. "Ganti sendiri sana." Juno muuuaak.

"Paaaaaa!"

Lima hari dan yang keluar dari mulut Rey hanya kata itu. Juno sendiri nggak tahu artinya apa, tapi dia mengerti ada nada keki bercampur tuntutan dari bocah tersebut. Dengan setengah hati, meski geram sekali, dia akhirnya menaruh ponsel—menghentikan kegiatan scrollingnya. Daripada bau tai itu ke mana-mana, kan.

Kalau ditanya apakah dia sudah beradaptasi, jawabannya belum—dan kemungkinan besar nggak akan. Yang sekarang Juno lakukan nggak lebih dari terpaksa. Dia nggak punya pilihan selain membiarkan bocah itu hidup berdampingan dengannya. Mau diapakan lagi? Masa iya, dia tinggal bocah ini di pinggir jalan, berharap ada yang menemukan? Terus apa bedanya dia sama orang tua Rey yang nggak bertanggung jawab?

Lebih dari itu, makin ke sini Juno jadi penasaran kenapa dia yang dijadikan target untuk mengurus bocah ini. Entah sadar atau enggak, tapi manusia sinting mana yang memasrahkan anaknya ke orang yang bahkan nggak punya apa-apa untuk dijadikan jaminan. Jangan kira Juno nggak mikir ya, sudah lima hari Rey di sini dan kepalanya mau pecah mencari cara buat membeli pampers serta susu Rey yang juga menipis. Lagi-lagi, mau nggak mau. Kalau bisa dikasih air garem, sudah dia dijejali dari kemarin.

"Berak sekali lagi gue suruh cebok sendiri," cetus Juno, selesai menyapu pantat Rey dengan tissue basah dan memasangkan pampers baru. Hasil belajar sama bapak anak dua—siapa lagi kalau bukan Bobi. Dia nggak bisa mengandalkan Dera buat yang satu ini karena ternyata Dera nggak keibu-ibuan amat. Perempuan itu muntah waktu pertama kali melihat pup Rey.

Ngomong-ngomong soal Dera, di tengah padatnya kerjaan dan di luar permintaan menceboki Rey, Juno masih sering merecokinya untuk minta bantuan. Dera juga nggak pernah menolak. Ini hal yang patut Juno syukuri sebab berkat Dera dia nggak harus mengurus semuanya sendiri, walaupun itu belum bisa seratus persen menghapus rasa stressnya, sih. Juno nggak bohong. Nggak pernah terlintas di pikirannya bakal mengurus bayi. Mana bayi orang lagi.

Juno's BabyWhere stories live. Discover now