Dua belas

14.7K 730 5
                                    

Rafi telah dinyatakan sembuh oleh dokter. Orang tuanya begitu gembira. Kehidupanku dan Rafi kembali seperti saat awal-awal pernikahan dulu. Berbagai kecanggungan ini sungguh menyesakkan dadaku. Tak jarang aku diam-diam menangis karena merindukan sosok Rafi yang hangat dan pengertian. Raf, aku benar-benar kehilanganmu, bisikku dalam hati. Aku merindukanmu.. Merindukan kebersamaan kita.. Merindukan saat kita berbagi segalanya.. Benar katamu, Raf. Kita saling melengkapi. Dan sekarang aku tak lengkap tanpamu.

Aku menatap punggung Rafi yang tengah menonton acara TV. Ragu-ragu aku melangkah mendekatinya. Rafi tampak acuh tak acuh dan hanya melihatku sekilas.

"Raf... Aku mau bicara..." ucapku hati-hati.

"Bicara saja, Intan." ujarnya tanpa mengalihkan matanya dari layar kaca.

"Aku...." ucapku ragu-ragu. Kulihat dia sejenak. "Aku hamil, Raf..."

"Apa??!" Rafi tampak begitu terkejut. Kulihat matanya menatapku liar.

Kutunjukkan alat tes kehamilan yang kubawa kepadanya. Rafi tampak menatap dua garis sejajar yang tertera di situ. Aku terperanjat saat tiba-tiba Rafi membantingnya ke lantai.

"Raf...!" pekikku.

Rafi menatapku tajam. "Anak siapa, Intan? Kamu selingkuh sama siapa? Laki-laki itu?!"

"Apa?!" kataku tercengang.

Aku menatapnya tak percaya. Bisa-bisanya lelaki ini berpikir aku mengkhianatinya.

"Kamu gila!! Ini anak kamu, Raf!" seruku.

"Jangan mengada-ada, Intan! Mana mungkin?! Kita tidur terpisah. Aku sama sekali tak pernah menyentuhmu!"

"Kita pernah tidur bersama!"

"Tapi aku nggak pernah menyentuhmu!"

"Kita melakukannya saat kamu amnesia..." ucapku kalut.

Hah! Bodohnya aku! Mana mungkin Rafi ingat peristiwa itu?

Rafi tercengang. Lalu menggelengkan kepalanya.
Aku tertunduk lesu.

"Baiklah, kalau kamu nggak merasa pernah melakukannya. Aku juga nggak punya bukti untuk meyakinkanmu. Satu yang perlu kamu tau, Raf.. Aku nggak akan pernah mengkhianati suamiku sekalipun aku tak mencintainya. Aku nggak akan pernah menodai ikatan suci pernikahan."

Aku langsung melangkah menuju kamar tanpa menghiraukan Rafi. Butiran-butiran bening menetes dari mataku. Aku merindukanmu, Raf...
**

SAAT KAMU BUKAN DIRIMUWhere stories live. Discover now