01.

8.6K 1.2K 33
                                    

Hyena menikmati angin malam yang berhembus di atap gedung kampusnya. Ia ingin merasakan dingin itu lagi yang membelai pipinya. Lalu ia menghembuskan nafas yang gusar, tidak kentara dengan rasa galaunya yang membuncah karena kejadian tadi.

Biasanya, untuk ukuran malam yang dingin ini. Ia bersama Jungkook akan berada disini, lalu ia akan menggerutu kedinginan, kemudian mendapat pelukan dari Jungkook yang hangat melebihi selimutnya di rumah. Lalu− lalu...

Ia menyentuh bibirnya yang sedikit beku.

Hatinya sesak lagi waktu mengingat itu.

Biasanya, Jungkook akan mengecup bibirnya yang dingin− sekedar menyalurkan rasa hangat bersama segenap cinta. Jungkook akan membuatnya terbang, menembus awan, dan terjatuh kembali dalam pelukan pemuda itu. Rasanya, ia hidup diberkahi dengan kebahagian. Begitu manis dan berwarna. Tapi sekarang, keadaan telah berubah.

Klang!

Lamunan itu buyar karena pintu yang tiba-tiba menjeblak terbuka. Ia berbalik setelah menghirup nafas dalam-dalam. Untuk siapapun disana, ia ingin terlihat kuat. Kemungkinan teman-temannya mencari setelah kabur seharian dari jam mata perkuliahan. Ia akan tenang karena sudah menyiapkan banyak alasan untuk disampaikan agar mereka semua tak khawatir. Ia hanya−

Ia hanya takut ditertawakan kalau ketahuan memikirkan Jungkook lagi.

Begitu matanya menangkap sosok siapa itu, pertahanannya runtuh lagi. Seluruh sendinya yang beku semakin beku. Ia bergetar kala sosok itu mendekatinya, bahkan dengan lancang menjajarinya walau tanpa menyapanya. Sesusah itukah untuk mememanggil namanya?

"Jungkook-ah..." Ia memanggil sosok itu terlebih dahulu karena bosan dengan keheningan. Namun sama sekali tak terjawab. Bahkan pemuda itu tetap menatap langit malam yang kelam dan kelap-kelip lampu gedung-gedung di bawah mereka.

Mungkin jika mereka ada pada masa itu, keduanya akan melihat bintang bersama dengan tangan yang bertautan. Kepalanya akan leluasa bertempat di pundak Jungkook, lantas tertidur saking nyamannya.

Ia ingin menangis karena yang dapat ia rasakan sekarang hanyalah sebuah hal semu. Jungkook diam membelakanginya, tak menatap matanya yang sudah siap menumpahkan bermil-mil air mata. Kenapa takdir mereka jadi seperti ini?

Ia memutuskan untuk pergi sebelum Jungkook mendengar isak tangisnya yang semakin kencang. 

Klang!

Ia menutup pintu itu dengan sekali hempas. Lalu tubuhnya merosot di balik pintu yang tertutup itu. Ia terisak lagi, menguap sudah semua rasa tegarnya hanya karena sikap Jungkook yang dingin padanya. Asal pemuda itu mau tahu saja, meski Jungkook berubah dalam cara memandangnya, ia akan tetap melihat Jungkook sama seperti sebelumnya. Meski itu terlampau menyakitkan.

DAYS: FeelingsWhere stories live. Discover now