02.

7.2K 1.1K 31
                                    

Sahabatnya, Taehyung, mencecarnya dengan banyak pertanyaan begitu Taehyung mendapati dirinya melamun di balkon asrama yang kebetulan berhadap-hadapan dengan balkon asrama pemuda itu juga.

"Ugh, sudahlah. Lepaskan dia." Taehyung menyarankan itu dengan nada jengkel. Sementara Hyena sendiri menekuk lutut dan duduk di kursi kecil sambil menatapnya datar.

"Apa perlu aku menghajarnya? biar dia babak belur dan wajahnya tak tampan lagi. Mungkin dengan begitu kau cepat move on."Kata Taehyung lagi yang sukses mendapat lirikan tajam darinya.

"Kau gila?"

"Kau lebih gila, nona Choi." Kekeh Taehyung.

"Terserahlah..." ia menelusupkan wajahnya lagi diantara lengannya yang bertaut dengan kaki.

"Dengarkan aku, Choi Hyena." Taehyung berdehem dan kembali melanjutkan kalimatnya, "Lupakan sebelum kau benar-benar hancur−"

"Kau pikir itu mudah, HAH!?" selanya sambil menatap Taehyung marah, matanya sembab dan bengkak. Ia lemah, mungkin ia butuh waktu untuk sendiri. Jadi, lebih baik Taehyung menyingkir kalau tidak mau jadi pelampiasan rasa kesalnya.

Taehyung menghela nafas lantas menggeleng prihatin. Selama ini ia yakin bahwa sahabatnya yang bernama Hyena itu terlihat baik-baik saja setelah putus dengan Jungkook. Tampaknya, gadis itu pintar menutupinya sehingga itu luput dari matanya. Seharusnya Taehyung sadar kalau kepergian Jungkook membawa pengaruh yang besar pada si ceria Hyena. Sekarang Taehyung malah lupa kapan terakhir kali gadis itu tersenyum.

"Masuklah. Kau akan kedinginan, Hyena-ya."

Pemuda itu masuk kamar dan menutup jendela beserta kordennya. Meninggalkan ia yang melamun lagi tanpa peduli angin menelusup ke dalam pori-pori kulitnya.

Jikalau semudah itu melupakan Jungkook, ia akan berterima kasih pada Tuhan. Tapi kenyataannya, melupakannya tidak semudah ketika jatuh cinta padanya. Sakit itu menderanya lagi, padahal sudah berbulan-bulan mereka berpisah. Mungkin itu efek darinya yang tak kuat memendamnya lagi hingga rasa itu membuncah bagai gunung yang meletus. Membuatnya berlipat-lipat merana dalam kesakitannya sendiri.

Kita sudahi saja.

Kata-kata dingin itu melintas ke dalam pedengarannya, melewati indra itu seperti nada kesedihan yang terus menerus diputar.

Kita break dulu lalu sadari bagaimana keadaan kita setelah berpisah nanti.

Jungkook memutuskannya dengan kalimat yang terbilang sopan− bodohnya ia menurut seperti yakin Jungkook akan meyesali keputusannya. Bodoh, itu malah menjadi bumerangnya sendiri. Bullshit dengan kata break kalau mereka tidak akan bisa kembali bersama lagi.

Haruskah ia jujur bahwa ia hancur saat pemuda itu tak disisinya?

Akankah jika ia jujur Jungkook mau menerima dirinya kembali?

DAYS: FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang