Prolog

905 92 3
                                    

Sekali lagi aku menerjang rimbunan jelatang di semak belukar. Napasku memberat. Lari, kukatakan pada kakiku. Lari! Tetapi ia seperti tak lagi mampu menuruti kehendakku. Terkutuklah timbunan asam laktat ini. Padahal kupikir dengan pacuan adrenalin dan dorongan untuk menjauhi kematian, aku masih bisa berlari lebih jauh lagi. Jika aku berhenti di sini, dia pasti akan menangkapku.

Samar-samar aku mendengar udara berdesing. Spontan kulentingkan tubuhku ke sisi kiri. Selang dua detik, tiga buah anak panah melesat ke arah di mana bahu kananku sebelumnya berada. Aku memang berhasil menghindarinya. Kupastikan rasanya akan begitu menyakitkan jika daging di tulang belikatku terkoyak oleh mata panah setajam intan itu. Tetapi akibatnya, kakiku hilang keseimbangan. Aku pun jatuh terjerembab dan bergulung di atas jalinan akar-akar pohon yang mencuat. Pedih mulai terasa pada beberapa bagian kulitku yang terekspos. Sial. Aku terpojok. Mungkin pergelangan kaki kiriku terkilir. Aku benar-benar tidak bisa berdiri sekarang. Belum lagi aku kehabisan napas seperti ikan di daratan.

Ah, baiklah. Mungkin ini saatnya aku menyerah. Kalau memang waktunya aku mati maka biarlah. Lagipula kenapa aku begitu enggan dibunuh? Aku sudah mendapat apa yang kucari. Tidak ada yang ingin kukejar lagi. Perlahan aku membalik posisiku, mencoba membaringkan diri. Sial, bahkan rasanya sulit sekali. Napasku masih menjadi kendala. Begitu aku sudah bisa berbaring, kurasakan detak jantungku seperti menggema di rongga dada. Setengah karena aku berlarian, setengahnya lagi karena pengaruh adrenalin.

Secara mengejutkan, kupikir hutan terasa tenang sekarang. Maksudku semua cericip burung itu. Sepertinya beberapa saat yang lalu keributan yang aku dan orang itu sebabkan memaksa mereka terbang meninggalkan sarang dengan penuh kepanikan.

Sebuah suara langkah kaki akhirnya terdengar semakin dekat. Suara ranting patah dan dedaunan kering yang ia injak memperjelas kedatangannya. Ini dia kematianku. Sesosok pemuda pirang dengan sebilah pedang di tangan kanan.

Kuharap aku masih bisa menemuinya di Elysium nanti.

Tale of Demigod: As The Banshee SingsWhere stories live. Discover now