02.

17.7K 2.9K 280
                                    

Rizka bilang kalau mau hubungan berjalan dengan tenang, jauhi percakapan tentang mantan kekasih. Tetapi jauh di lubuk hati gue, gue selalu penasaran kenapa Yiraga bisa berakhir dengan mantan pacarnya yang hampir menyandang status Nyonya Yiraga sekitar dua tahun yang lalu itu. Rasa penasaran gue belum terjawab sampai detik ini karena Yiraga selalu bilang jika masa lalu hanya ada untuk menjadi kenangan, yang tidak perlu diungkit keberadaannya.

Meski gue akui moto yang Yiraga junjung itu bagus, gue merasa butuh kejelasan tetang apa yang terjadi di masa lalunya sehingga membuat keduanya memilih untuk berjalan terpisah dan tidak beriringan lagi. Bisa saja Yiraga menyembunyikan sesuatu di masa lalu yang membuat ia berpisah dengan mantannya bukan?

"Udah deh, Git, nggak usah lo pusingin mantan Yiyi lo itu. Kalian juga udah mau nikah kan? Kalau mantannya balik lagi di saat kayak gini lo nanti nangis kejer pasti!"

Gue baru saja menceritakan kegagalan dalam mendapatkan info dari calon adik ipar gue ke Jihan, Rizka dan Ara. Dan respon yang Jihan berikan membuat gue menciut.

"Nih, ya, jangankan buat yang mau nikah, buat gue yang masih pdkt sama Mas Chandra aja, topik mantan itu jadi sosok yang menakutkan!" timpal Ara yang membuat gue menghela napas.

"Lo nyari penyakit hati kalau kata gue sih," kini Rizka yang buka suara.

"Kalau dia putus sama mantannya karena dulu selingkuh gimana? Kalau nanti dia nyelingkuhin gue gimana?"

Rizka memutar bola matanya. "Ini nih, kebiasaan lo mikir yang jelek dan enggak-enggak padahal belum tentu itu yang terjadi."

"Fokus aja sih sama pertunangan lo yang diadain minggu depan, mau nyari cincin juga kan nanti pulang kerja?" tanya Ara yang gue angguki.

"Brigita, nyari tau soal mantan calon suami lo emang itu perlu, tapi gue saranin sih nanya ke orangnya langsung, jangan dari pihak lain. Salah-salah nanti lo yang repot." Jihan menasihati gue.

"Lagian lo yang bilang ke kita soal kepercayaan dan komunikasi dalam membangun rumah tangga itu penting. Kok lo yang ragu gini sekarang?" tanya Rizka heran.

"Itu kan yang gue baca di novel penulis kesukaan gue kemarin! Ternyata ngejalaninnya susah banget. Segini aja gue belum nikah, dan umur gue udah lumayan mateng. Di cerita itu malah kedua karakter utamanya cerai karena kurang komunikasi karena masih sama-sama labil waktu nikah muda."

"Ya belajar dong Git, seenggaknya lo nggak akan berakhir cerai karena masalah yang dialami tokoh utama novel kesukaan lo itu!" semprot Ara yang membuat gue mengerucutkan bibir gue dengan sebal.

"Ngomong sih gampang, ngejalaninnya itu loh! Giliran gue nanya soal mantannya dia, emosi dia langsung berubah, jadi bete. Gimana gue mau nanya-nanya langsung ke dia coba?"

Topik mantan kekasih adalah topik yang cukup sensitif untuk gue yang pernah menelan pil pahit bernama kekecewaan, pacar gue sebelumnya pergi menghilang entah ke mana tanpa memberikan gue kabar apapun, di saat gue udah memberikan sepenuhnya kepercayaan gue untuknya. Untung saja gue hanya memberikan kepercayaan gue, bukan hal penting yang lainnya. Namun sebuah kepercayaan juga merupakah hal mahal yang sulit untuk dibeli di manapun bukan?

"Yaudah nih, mumpung lo baru mau tunangan, belum telat-telah banget kalau lo nanya sekarang." Jihan mencoba menasihati. "Jangan pake emosi tapi, talk from heart to heart."

"Lagian lo gila sih, masih ada yang ngeganjel mau aja nerima lamaran Yiraga!" komentar Ara yang membuat gue menghela napas.

"Cuma Yiraga satu-satunya yang bisa membangun kepercayaan gue akan sosok laki-laki, dia baik dan bertanggungjawab. Dan saat dia mengutarakan keseriusannya, gue nggak segan untuk jawab ya."

Nikah?Where stories live. Discover now