Bagian II

100K 834 27
                                    


Di sebuah dapur di rumah yang lain. Lampu masih menyala dan udara dingin meringsek masuk. Suhu dingin itu menyentuh satu per satu benda yang menggantung di dapur itu. Lima buah gelas yang disimpan terbalik semakin lama, semakin dingin. Begitu pula dengan sendok dan garpu yang gigi-giginya memenghadap ke atas. Di sisi lain di dapur itu, sebuah kulkas tidak ditutup rapat. Dari luar terlihat ada cahaya dari dalam kulkas, sekaligus asap es yang jauh lebih dingin dari udara di dapur. Tidak begitu lama, seekor kucing kampung yang sengaja dipelihar, terbangun dari tidurnya. Ia yang melihat kulkas terbuka, langsung menyusup ke celah pintu kulkas itu. Ia memanjat dan mencari apa yang dapat ia makan. Lima puluh tiga detik kemudian, seonggok daging yang masih merah berhasil dijatuhkannya ke lantai. Ia memakan daging itu dengan lahap, tanpa peduli apakah ada orang yang berdiri tegap di belakangnya dan terus memperhatikannya.

Gambir adalah seorang kasir di salah satu mini market di persimpangan jalan. Keberadaan mini market itu lumayan diperhitungkan di daerah sini. Lumayan untuk membantu orang-orang yang kelaparan karena kehabisan makanan di malam hari. Rumah Gambir agak jauh dari mini market, oleh karena itu ia lebih sering menginap di rumahku ketimbang pulang ke rumahnya sendiri.

Sebagai seorang kasir, Gambir adalah orang yang berhasil membuat siapapun yang datang ke mini marketnya memborong banyak barang. Keramahannya pada setiap pelanggan pun rupanya berhasil membuat beberapa di antara pelanggan-pelanggan itu rela bolak-balik tiap hari ke mini market hanya untuk melihat senyumnya itu. Gambir juga pernah bercerita kalau salah satu pelanggannya yang malu-malu kucing mencoba mencari kesempatan untuk dapat memotretnya dari kejauhan.

Di rumah ini aku tinggal sendiri. Aku sudah terbiasa tinggal di rumah sendirian sejak lama. Rumah ini adalah rumah yang aku beli sendiri menggunakan uangku sendiri. Percayalah. Aku tidak berjudi atau memenangkan lotre yang uangnya aku belikan rumah. Aku bekerja selulus SMA dan aku dapat bonus yang sangat banyak saat itu. Tapi setelah itu, aku memutuskan untuk berhenti kerja karena aku merasa tidak enak dengan senior-seniorku yang bahkan membeli motor saja belum bisa. Aku tidak mau menjadi bahan gunjingan. Karena sebenarnya bonus itu pun bukan harapan bagiku kala itu. Aku hanya beruntung. Tuhan yang memberikan bonus itu padaku.

Sebenarnya saat itu harga rumah ini sangatlah tidak mahal. Rumah ini jatuh harga, karena penghuninya sebelumnya yang tinggal di rumah ini meninggal dibunuh. Aku tidak tahu cerita sebenarnya. Cerita yang aku dengar sejauh ini adalah cerita desas-desus dari para tetangga.

Bagiku, orang mati arwahnya sudah dibawa oleh malaikat ke suatu tempat. Malaikat tidak mungkin meninggalkan arwah manusia sendirian di tempat di mana mereka meninggal. Tidak mungkin malaikat maut mencabut nyawa lalu membuang nyawa itu begitu saja. Makhluk Tuhan itu, pastilah sangat patuh dan bertanggungjawab atas apa yang dikerjakannya. Ia akan memberikan arwah orang mati kepada Tuhannya.



(jangan berhenti baca)

Ruang Penyiksaan (Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang