Bagian IV

56.7K 610 34
                                    


Malam yang indah. Gambir dan aku sedang menikmati dinginnya hujan. Memang, hujan turun di luar jendela. Tapi aku dapat merasakan dinginnya menyelusup bahkan hingga ke dalam bajuku.

Hujan turun sangat lebat. Sejak sore hujan masih terlihat sama lebatnya, saking lebatnya suasana di sore hari menjadi segelap petang. Walaupun begitu, petir tak terdengar sama sekali, bahkan kilatannya pun tidak ada. Aku juga tidak mendengar suara katak, apalagi suara jangkrik. Aku hanya bisa mendengar suara hujan yang merintik di atap, suara televisi, dan suara Gambir.

Kembali bicara mengenai Gambir, ia adalah temanku. Kami sudah dekat sejak lama. Berteman dengan Gambir sangatlah nyaman. Ia tidak sulit untuk diajak bergerak. Ia juga tidak memiliki alergi apapun, sama sepertiku. Jadi jika kami berdua sedang mencari makan atau membuat masakan sendiri, kami tidak perlu repot-repot membuat dua menu yang berbeda untuk dua orang.

Tidak hanya urusan makanan, urusan kebersihan pun Gambir sangat mempedulikannya. Jika suatu saat kamu melintas ke daerah rumahku dan berkunjung ke mini market tempat Gambir bekerja, kamu akan dengan mudah menemukan Gambir walaupun sebelumnya belum sempat bertemu. Seseorang yang bertugas di meja kasir dengan rambut tersisir rapi, kemeja yang selalu disetrika, dan celana slim-fitnya yang melekat dengan apik akan dengan mudah mencirikan bahwa itu Gambir. Apalagi jika kamu sudah mengetahui merek minyak wangi yang digemarinya. Aku yakin nanti kamu akan berbisik pada teman sebelahmu, "That's him!" Well, percayalah.

Gambir adalah orang yang baik. Setahuku ia tidak pernah minum minuman beralkohol, atau setidaknya ia tidak pernah mengajakku melakukan itu. Ia juga tidak bertato, tidak bertindik. Gambir adalah orang yang sehat. Terkadang, aku selalu bertanya pada diriku sendiri, mengapa Gambir memilih untuk menjadi orang baik, padahal jika ia memilih menjadi orang jahat pun, ia pasti akan banyak disukai orang, sebab parasnya yang begitu memikat. Hahaha, mungkin itulah mengapa ia lebih memilih jadi orang baik.

Oh, tapi aku lupa kalau kebaikan bukan dinilai dari paras atau gayanya, tapi dari perbuatan dan dari hatinya. Hati-hati!


(Ayo dong lanjut bacanya. Ya, please.)

Ruang Penyiksaan (Diterbitkan)Where stories live. Discover now