Bagian V

59.4K 568 95
                                    

Malam yang indah. Gambir dan aku sedang menikmati dinginnya hujan. Mungkinkah hujan hanya turun di atas atap rumahku saja? Sebab sepertinya hujan begitu mengikat kami di dalam rumah dan membiarkan kami tenggelam dalam hangatnya sehelai kain.

Sebenarnya sejak sore tadi di televisi sudah tidak ada acara yang menarik, selain acara berita dan acara lagu dangdut. Aku senang melihat berita. Acara itu memberiku berita terkini di luar sana yang mungkin aku lewatkan selama beraktivitas seharian suntuk. Melihat Indonesia dari televisi, selalu mengingatkanku bahwa Indonesia itu luas. Negara ini tidak hanya sebatas rumahku sampai persimpangan jalan tempat Gambir bekerja di sana. Negara ini sejauh mata memandang.

Tapi akhir-akhir ini televisi sering dipenuhi isu-isu politik. Banyak orang bilang kalau sebenarnya televisi itu tidak netral, terutama ketika penayangan sebuah berita. Aku sama sekali tidak mempermasalahkan ketidaknetralan itu. Bagiku, bisa menonton televisi saja sudah merupakan sebuah berkah yang indah. Televisi adalah temanku saat kesepian melanda rumah ini.

Ngomong-ngomong soal dangdut, saat ini lagu dangdut memang sedang naik daun. Bukan hanya karena untuk mencintai kebudayaan, tapi karena musik dan liriknya yang mampu membuat seluruh tubuh bergerak. Gambir suka dangdut. Ia tidak pernah protes kalau aku menonton dangdut. Kadang malah dia yang memintaku untuk menonton dangdut. Bagus! Memang sebaiknya seperti itulah seorang teman beraksi. Kami juga sering berjoget bersama. Hahaha, itulah salah satu cara yang baik untuk menghilangkan penat.

Hujan belum berhenti. Aku bangkit dari ranjang dan hendak membuat teh hangat.

"Mau teh?" tawarku pada Gambir.

"Kamu mau bikin teh?" tanya Gambir. "Mau dong. Tolong." Ya, tentu saja. Dia tentu mau juga segelas teh hangat.

Walau Gambir bekerja di mini market, aku tidak pernah menitip padanya untuk dibelikan sesuatu. Aku lebih memilih berjalan kaki ke mini market sendiri. Aku senang bisa melihat suasana di luar rumah. Selalu terlihat sama, namun berbeda setiap harinya.

Kubiarkan Gambir sendiri di atas ranjang. Rumahku sudah seperti rumah keduanya. Aku senang ketika ada teman mengunjungi rumah, walaupun aku juga sebenarnya bisa hidup sendiri di rumah.

---------------------------

Terima kasih sudah menjadi pembaca cerita ini.

Sekarang, lanjutan cerita di atas ranjang ini sudah pindah media ke BBM.

BBM -> Webcomics -> Novel -> Kamis -> Torture Chamber.

Minta likenya di BBM ya, Say.

Semua ini berkat kalian!

Terima kasih lagi ya, semoga kita masih bisa berkencan melalui tulisan.

Ruang Penyiksaan (Diterbitkan)Where stories live. Discover now