Max, After Climax

14.3K 950 152
                                    

Musim kami ada empat.

Namun sekarang, adalah musim semi yang cukup dingin dan juga basah. Yang juga merupakan penghujung April yang sibuk. Bukan hanya tentangku, tetapi tentang wangi New York yang masih tetap sama sejak lama.

Jika aku bilang kalau aku tidak ingat masa lalu, maka aku adalah seorang pembohong besar. Masa laluku adalah pisau yang selalu berdiri di samping urat tenggorokanku, dan hanya karena alasan itu, setiap saat aku bisa saja mati.

"Mom, I just want you to know, that I'm soooooo in love with you. Ssstt... jangan berisik. Ini rahasia kita. Berdua. Termasuk Daniel, jangan pernah beritahu dia. Promise me,"

Suara kecil yang egois itu adalah hanya milikku, pengancam kematianku, dan musim setiap saatku. Sara-ku yang paling cantik, dan manis. Dia adalah satu-satunya pengisi suara yang hadir pada setiap pagiku selama lebih dari lima tahun. Tidak berlebihan, kalau aku bilang bahwa kehadirannya merupakan berkat terbesarku.

Sudah tiba pada pukul lima, dan aku baru saja keluar dari cab beberapa blok sebelum toko roti Christina untuk menjemput Sara karena tidak mau ikut campur dengan kemacetan Manhattan yang semakin sore semakin berbelit-belit. Itu adalah karakter yang klasik, dan sangat New York sekali. New York hebat, dan harus tetap seperti ini.

Dua minggu ke belakang ibuku dan Uiji datang berkunjung ke flat kecil kami dan Sara senang sekali. Tetapi mereka baru saja kembali ke Seoul malam tadi dan sedikitnya membuat Sara murung sehingga dia tidak mau menghabiskan sarapannya tadi pagi. Sepanjang hari aku juga diliputi kekhawatiran. Bahkan saat berpisah di pemberhentian bus, Sara tidak mau menciumku karena marah. Sekarang, aku ingin melihat apa mood-nya sudah berganti warna. Atau tidak sama sekali.

Pekerjaan baru setelah bercerai dengan Taehyung adalah pilihan yang tepat.

Aku meninggalkan semuanya di Seoul terkecuali diriku sendiri dan Sara untuk dibawa pergi. Setelah hamil dan melahirkan, dan Sara-ku sudah menginjak usia lima bulan, aku segera mengurus kepindahanku kemari lalu mencari pekerjaan. Dan beruntungnya, Daniel adalah seorang penyelamatku. Aku sangat bergantung padanya pada satu tahun pertama, dan dia sama sekali tidak pernah mengeluh terhadap sifat menjengkelkan diriku. Sudah hampir enam tahun di New York, seminggu lagi Sara berulang tahun. Waktu bergerak begitu cepat melalui kami. Rasanya, baru kemarin sore aku melahirkan Sara dengan air mata bahagia juga tercekat karena tanpa didampinginya.

Aku mencintainya. Selalu aku bilang begitu ketika menjelang tidur dan memandang ke mata Sara.

Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana keadaan Taehyung setelah aku pergi meninggalkannya?

Apa dia masih tetap menjadi genit dan penggoda?

Dia sudah punya istri? Atau sudah punya anak? Jika iya, berarti anaknya lebih kecil dari Sara.

Tapi aku tidak pernah berani untuk membayangkan jika Taehyung akan memberikan sikap yang sama seperti yang pernah dilakukannya padaku terhadap wanita lain. Aku tidak berani, sungguh.

Tentang Sara, yang merupakan putri kami. Taehyung sama sekali tidak mengetahui kebenaran itu.

Rahasia selamanya, mungkin.

Atau bahkan, kami akan bertemu lagi? Aku juga tidak tahu.

Toko roti Christina—milik tetangga sekaligus teman lain se-flatku, aku baru menemuinya setelah membelok dari blok terakhir lalu melambai pada Sara yang muncul di balik jendela kaca dengan menggendong Tan—kucing Christina. Tetapi dia kelihatan masih tidak mengacuhkanku. Matanya terlihat mengerling dari kejauhan. Nice girl.

Sara suka sekali roti kering, tapi aku tidak membelikannya lagi setelah dia menangis dan tidak dapat berbicara selama dua hari karena gusinya terluka dan berdarah beberapa waktu lalu. Ibu yang ceroboh, aku tidak tersinggung disebut begitu. Roti isi daging adalah kesukaan berikutnya. Jadi aku rutin membelikannya seminggu tiga kali setelah pulang dari kantor, atau dia sering menerimanya dari Kang Daniel. Aku juga bersyukur tentang kehadirannya sebagai belahan jiwa Sara, juga penyelamat hidup kami yang sangat amat berjasa.

Kepadatan di jalanan sore Manhattan menemani aku yang berjalan menyusuri trotoar sendirian sambil masih memerhatikan Sara oleh mataku. Tepat sejak alas sepatuku melewati toko perabotan Mike di seberangnya adalah toko roti Christina, derap suara dari tenggorokan seseorang menyentuh bahu dan telingaku.

"Tunggu!"

Aku berhenti pada segala hal untuk saat ini. Mengingat nama dari pemilik suara yang menghentikanku dari arah belakang.

"Sudah sangat lama," katanya. "Apa kabarmu, cantik? Merindukanku?"

Sekarang aku menyayangkan bahu yang berbalik ke belakang. Yang tenyata mengubah kehidupanku dalam sekejap.

(Max, After Climax)

Max, After Climax [DONE!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang