Potongan4: Stand/Taehyung&Hyeobi

3.8K 441 83
                                    

Sorenya Walmart menungguku dengan cerita lama yang terus diulang-ulang seperti buku dongeng yang sama yang telah kubaca untuk Sara selama bertahun-tahun. Tetapi tidak pernah merasa bosan. Yah, karena itulah sebuah kebutuhan.

"Pensilku hilang satu, jadi Mom harus membelikanku yang baru," Sara berpesan padaku tadi pagi kalau aku pergi ke Walmart maka keinginannya harus terpenuhi. Dan yah, aku menyusuri rak alat tulis untuk mendapatkan pensil yang diinginkannya. Selain itu aku juga membeli beberapa penghapus serta sekotak pensil warna yang baru. Sara suka sekali menggambar, sehingga alasan pensil warnanya mudah habis aku dapat mahaminya.

Keperluan Sara jauh lebih banyak daripada punyaku. Di luar itu, Sara sangat amat menyukai wewangian. Dan kalau aku mengingat ke belakang secara seksama, kesukaannya itu mirip sekali dengan Taehyung yang berbanding terbalik denganku yang cenderung menghindari segala jenis wewangian. Berbicara tentang Taehyung, aku seperti dilempar ke pembicaraan kami siang tadi. Pembicaraan klise, lalu pembukaan tentang jati diri kami yang membuatku merinding. Aku perlu pembuktiannya, dan aku pun mengerti kalau aku juga harus memberikan hal yang sama.

Pembuktian tentang... bahwa nyatanya diriku tidak serumit itu. Aku mudah untuknya. Aku begitu mudah hanya untuknya.

Misteriusnya kami, begitu nakal serta liar. Namun serius dan berpotensi mengancam nyawa. Bukankah itu gila, kalau sekarang pun aku mulai merindukannya lagi, bahkan tidak sampai sepertiganya dari bagian siang ke malam.

Aku menggeleng pada saat membelokkan troli lalu berhenti di rak susu dengan mengancam diriku dengan benda tajam di dalam otak. Benar-benar sudah tidak beres. Pada saat mataku berkeliling mengitari seluruh bagian rak, aku bahkan menderita amnesia tentang susu mana yang biasanya Sara minum. Sangat gila.

"Ya Tuhan Taehyung, kumohon berhenti dan biarkan aku tetap bernapas dengan—"

"Seseorang memanggil namaku?" Shit. Aku bahkan mendengarnya dengan nyata. Dia jelas dan ada saat ini, dan itu sangat terasa berat di bahu kiriku. Bukankah itu merupakan hal yang lebih mustahil lagi?

Aku kemudian menggeleng lagi, merasa guncangan jiwa menunjukku sebagai manusia yang perlu memperbaiki isi otaknya. "Oh, aku pasti sudah gila—"

"Yap. Gila karenaku, kan?" Dan pipiku terasa basah dikecup di bagian kiri dengan sangat amat jelas.

Ketika aku berbalik cepat untuk menemui kemustahilan itu, Taehyung hadir secara nyata dan berbentuk seperti hampir akan menelanku di atas ranjang pada seluruh waktu. Ini serius, kalau Taehyung kelihatan jauh lebih muda dengan penampilan kasualnya yang bahkan nyaris tidak pernah kulihat sebelumnya.

Bahkan, selain muncul tiba-tiba dengan sangat amat tak punya hati membiarkanku harus mengurus keadaan jantungku. Taehyung juga menambahkan kekacauan dunia dengan penampilannya. Aku diharuskan tenggelam dan mati saat ini juga.

Terperangah sekaligus hampir terpental jauh ke atap Walmart, adalah diriku saat ini. Namun senyum Taehyung jauh lebih kurang ajar untuk saat ini. "Kau menguntitku?"

Taehyung mengernyitkan dahi, menjual pandangannya pada isi rak. "Kenapa aku harus?"

"Kau terlalu berbahaya. Yah, itu jawabannya."

"Berbahaya untuk jantungmu?"

"Tentu kau benar,"

"Karena merindukanku, maksudmu?"

"Kau bisa mengatakan itu. Tapi ceritakan alasannya kenapa kau bisa berada di sini?"

Taehyung berhenti pada acara menjual dirinya ke hadapan rak, dan mulai untuk menggeser pandangannya ke arahku. Bahkan lehernya maju untuk menjangkau wajahku. Dan melakukan pengamatan yang seksama. "Apa kau mulai melupakan tentang takdir yang biasanya terjadi memengaruhi kita? Kalau diperhitungkan, aku kira aku tidak perlu melakukan banyak cara untuk menemuimu. Bukankah Tuhan terlalu baik untuk terus mempertemukan kita yang bahkan tidak perlu saling melakukan janji temu?"

Aku nyaris menjatuhkan jantung, dan menyadari kenyataan itu adalah memang nyata adanya. "Oke, aku kalah dan tidak perlu mempertanyakan itu. Namun apa Walmart adalah sebuah logika yang perlu diterima kalau itu menyangkut tentang dirimu?"

Taehyung mengerang, menjangkau troliku dengan kerutan dahi yang berlipat-lipat. "Aku juga manusia, Choi Hyeobi,"

"Yah, karena alasan itulah. Aku berpikir manusia royal sepertimu tidak rasional untuk berada di sini,"

"Oke, cantik. Aku kira kau terlalu berlebihan dalam menilai diriku." Dia mengangkat krim bayi Sara dan juga parfumnya ke hadapan mataku. Sial. Apa yang harus kukatakan? "Aku rasa yang lebih rasional untuk dipertanyakan di sini adalah... kenapa banyak sekali perlengkapan anak kecil di trolimu?"

Dengan cepat aku memproses banyak alasan di kepalaku, lalu menggeleng. "Temanku. Maksudku, aku punya tetangga sebelah yang punya tiga orang anak kecil. Seorang single parent yang susah untuk bepergian ke mana saja, jadi aku sedikit harus membantunya."

Mata Taehyung memicing padaku berusaha menolak, namun dia harus mempercayaiku. "Baiklah, kau mulia sekali, sih? Lalu sekarang apa yang sedang kaucari di rak susu?" Syukurlah.

"Sekotak susu untuk anak berusia enam tahun, namun aku benar-benar melupakan merk yang mana yang biasanya dibeli."

Tangan Taehyung menggapai ke rak paling atas di mana terdapat jenis susu termahal yang disediakan di sini, lalu menarik salah satunya. "Aku pikir ini. Apa kau juga berpikiran sama sepertiku?" Dan dengan seenaknya, Taehyung tidak ingin mengulang jawaban belum sampai dari mulutku dan segera meletakkan kotak susu untuk digabungkan ke troliku.

"Kau bahkan sedang bertindak sok tahu, Kim Taehyung."

Tangannya mendorong troli dari depan seolah memintaku untuk maju melanjutkan berbelanja. Dia menoleh lagi. "Tetapi tindakan sok tahuku akan menjadi sebuah kebenaran, Choi Hyeobi."

"Dan sekarang kau terlalu percaya diri,"

"Trims," katanya sambil mengedip dan melempar ciuman ke udara. Bajingan. "Sekarang kau mau ke mana?" tanyanya.

"Kau tidak perlu bertanya tentang kepentinganku di sini, dan pergilah cari kebutuhanmu sendiri."

"Kalau kebutuhanku ternyata hanya dirimu, bagaimana?"

Aku mengerling. "Objektif,"

"Sama sekali tidak. Kau adalah alasanku, bukan maksudku."

Pada akhirnya aku memang benar, melakukan sisa waktu berbelanjaku dengan ditemani Taehyung yang kurang kerjaan. Aku bahkan tidak yakin kalau tujuannya mendatangi Walmart bemaksud untuk dirinya sendiri. Itu mungkin kalau Taehyung menemukanku di pinggiran jalan setelah keluar dari taksi, lalu mulai menguntitku dan berpura-pura berkeliaran seperti manusia normal di dalam Walmart. Oh, semacam trik basi.

"Sudah cukup dengan awaskan tanganmu dari troliku dan pergilah,"

Tangannya tetap berada di sana. Tidak pergi. "Aku perlu tahu apartemenmu, jadi kau akan pulang denganku."

Aku memicingkan mata, menarik paksa troliku dari cengkeraman tangannya. Lalu melambaikan tangan satu senti setelah hudungnya. "Hei pemaksa, kau cukup luar biasa untuk hari ini. Biasakan hidup dengan kehidupanmu sendiri, oke? Karena aku sama sekali tidak perlu cadillac-mu untuk pulang. Taksi masih banyak yang mau menerima dollar-ku. Jadi menyingkirlah,"

"Cadillac-ku juga menerima tumpangan, lho. Bahkan dengan tarif yang lebih kecil daripada taksi. Serius tidak tertarik, Miss Choi?"

Aku menyunggingkan senyum dengan segudang gaya angkuh. "Untuk mengorbankan banyak hal. Tidak terima kasih,"

"Identitasmu akan terjamin,"

"Aku sedang main kucing-kucingan denganmu. Jadi kaupikir apa aku sebodoh itu untuk menyerahkan diriku sebagai tawanan?"

Dan ketika Taehyung tidak dapat menjawab, kuberhentikan taksi yang hampir melewatiku. Dan menatapnya lagi, mengorbankan satu ciumanku ke bibirnya lalu mengedip. "Jangan menguntitku lagi, Mr. Kim. Aku akan begitu merindukanmu hingga besok. Dan aku mencintaimu,"

•••

Lanjutan hanya tersedia di versi buku...

Buku dapat diorder melalui DM Instagram @/booksbytosa

Max, After Climax [DONE!]Where stories live. Discover now