2.0

96.6K 23.2K 6.9K
                                    

Gila udah ga update berapa lama ya ya Allah hampura chingu. Nyoh kasih dobel update.

° ° °

🔸7.00 am🔸

Aku menjerit.

Aku melihatnya dengan jelas.

Aku melihat bagaimana truk itu melaju dengan cepat ke arah Hendery.

Bagaimana truk itu menabrak tubuh Hendery hingga tubuhnya terlempar beberapa meter ke jalanan. Darah mulai mengalir deras dari kepala dan hidungnya.

Ia terkapar tidak berdaya dengan genangan darah disana.

Dengan gantungan kunci..
Yang masih ada di tangannya.

"HENDERY!!!!!!!"

° ° °

Bau obat obatan yang selalu menjadi ciri khas dari rumah sakit ini menyeruak di hidungku. Aku berlari menuju kamar vip nomor 26. Kamar rawat Hendery.

"Hendery kumohon bangun,"

"Hendery, katanya kamu mau sekolah?"

"katanya kamu pengen belajar trigonometri sambil nraktirin aku chocopie? "

"harusnya aku senang nilai ulangan trigonoku paling tertinggi di kelas,"

"Tapi pas ingat kamu lagi di rumah sakit, aku...gabisa senang.. "

"Hendery..."

Ini sudah hari kedua aku mengunjungi Hendery di rumah sakit. Sepulang sekolah aku langsung memesan taxi untuk segera pergi ke rumah sakit Elizabeth, tempat Hendery dirawat.

Dokter bilang Hendery mengalami pendarahan hebat sehingga dia harus membutuhkan donor darah. Hendery juga mengalami patah tulang di bagian tangan dan kaki kirinya.

Hendery...

Harusnya yang ditabrak truk itu aku.

Harusnya yang sekarang ada di rumah sakit ini adalah aku.

Harusnya yang lagi tidur disini itu aku.

Harusnya perban perban inilah yang ada di tubuhku.

Kenapa?

Kenapa harus Hendery?

Aku masih setia menatap wajah Hendery yang penuh dengan luka goresan. kepalanya dibalut dengan perban yang dihiasi dengan bercak merah disana. Juga tangan dan kakinya yang  menggantung. Hendery terlihat menyedihkan.

"Seseorang berbisik...

Akan ada sesuatu yang terjadi padaku nanti..."

Aku teringat ketika Hendery menceritakan mimpi buruknya padaku beberapa hari yang lalu saat kami hendak pergi ke sekolah. Semua kata kata itu terngiang di pikiranku. Kata kata sebelum Hendery ditabrak oleh truk sialan itu.

It just a nightmare...

Or bad reality?

Tok tok tok!

Kulihat sebuah kepala melongo dari pintu rawat kamar yang ternyata itu adalah kak Hengwai, kakak Hendery.

Aku mengusap mataku lalu tersenyum kikuk. "kak,"

"Eby.." ia ikut tersenyum ramah lalu berjalan menuju ke arahku sebelum akhirnya matanya beralih menuju Hendery.

"Hendery masih belum sadar ya?" Tanyanya dengan nada sedih. Tangannya mengelus rambut Hendery.

Yang aku lakukan hanya bisa menggeleng lemah. Aku sendiri tidak tahu kapan Hendery bisa sadar. Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri. Diriku yang bodoh ini.

"Eby, kamu ga pulang?" tanya kak Hengwai kepadaku.

"ehm mungkin nanti kak, aku masih mau temani Hendery dulu..." jawabku sambil tersenyum.

Kak Hengwai mengangguk mengerti. Ia duduk di sofa panjang disamping ranjang Hendery. "Eh iya tadi di luar ada yang nyariin kamu,"

"a-aku? Siapa kak?" tanyaku penasaran.

Apa itu orangtuaku?

Tapi orangtuaku kan pulangnya seminggu lagi.

"aku juga gakenal. Kayaknya bukan temen Hendery deh dia jarang bawa orang itu ke rumah. Intinya dia cowok, tampan, mukanya tirus banget, " kata kak Hengwai sembari meminum soda kaleng. Ia menawarkannya padaku tapi aku menolak.

Seorang cowok?

Jujur demi Tuhan teman cowok yang aku punya cuma Hendery. Sisanya aku tidak memiliki teman.

Bukan tidak ada,

Tapi aku yang membatasi diri.

"dimana kakak ketemu orang itu?" tanyaku.

"tadi barusan saat aku mau menuju kamar rawat Hendery. Dia nanya apakah eby ada di rumah sakit ini atau tidak. Aku jawab aja tidak tau. Setelah itu dia pergi," jawab kak Hengwai sebelum akhirnya ia menyalakan TV.

"lagian aku juga tidak tau kalau kamu kesini," lanjutnya.

Apakah aku harus menemui orang itu? Pasti ada hal penting yang harus dibicarakan kalau dia berniat mencariku sampai kesini.

Tanpa berpikir lama aku segera pamit pulang kepada Kak Hengwai dan menitipkan salam semisalnya Hendery sudah sadar walau aku tau kemungkinannya masih kecil.

Kak Hengwai juga sempat menawarkanku untuk nginap disini bersamanya tapi aku bilang nanti aku pikir pikir lagi.

Aku menutup pintu kamar Hendery lalu celingak celinguk melihat sekitar.

Kira kira orang itu masih ada atau tidak ya?

Ting!

Sebuah notifikasi masuk ke handphone ku. Aku hanya membacanya dari locksreen.

You have one notification from line

Mark lee (2)
How was your day?


Lagi dan lagi.

Bot itu.

Kembali memberiku pesan.

Aku berjalan menuju kursi penunggu dan duduk disana untuk menenangkan diri disana. Aku menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan.

Apa aku harus tau siapa di balik bot itu?



















Tidak.

Itu bahaya.

Aku tidak mau membahayakan siapa siapa lagi termasuk diriku sendiri.

Mungkin kurasa, aku harus pulang ke rumah untuk istirahat. Niatku sekarang adalah beranjak dari kursi dan keluar dari rumah sakit ini lalu sesegera mungkin menyetop taxi.

Aku terlalu gelisah dan lelah dengan apa yang terjadi padaku hari ini sampai aku tidak menyadari kalau selama ini ada seseorang yang sedang memerhatikanku dari ujung koridor rumah sakit ini.

° ° °

Gua ngerasa chapter yg ini kesannya 'maksa bener' gila kaga ngerti gua juga pusing

Bot 0.1 | mark lee ✓Where stories live. Discover now