Rasya

63 1 0
                                    

" Gue bukan anti sosial. Tapi gue punya alasan tertentu kenapa gue milih menyendiri kayak gini. Biarin orang bilang apapun tentang gue. Selama gue baik-baik aja, it's ok."

                                                                          -Rasyandi Naufal-



     Menjadi murid yang dijauhi banyak orang bukan hal yang besar bagi Rasya. Mereka menjauhi Rasya bukan karena tak mau berteman dengan Rasya. Tapi karena Rasya yang menginginkan semua itu lewat tatapannya yang membuat semua orang berlari ketakutan. Dia tampan, tampilannya sederhana dengan jaket hitam dan earphone yang selalu menempel ditelinganya. Menjadi cowok yang terkenal dengan sifat dingin dan tatapan yang menyeramkannya, membuat ia menjadi leluasa untuk menyendiri. Tidak ada yang mengganggu. Hanya alunan musik sederhana yang menemani kesehariannya.

  Dering telepon membuat musik yang didengarnya tiba-tiba saja berhenti. Ia segera meraih handphone yang ada disakunya dan menggeser bulat hijau yang tertera di layar handphonenya.

" Halo?"

"......"

" Rasya sibuk, Tante."

"......."

" Tante ada disana, kan? Tante aja yang merawatnya. Rasya sibuk."

" Rasya!! Jangan main-main soal ini!"

   Malas mendengar kalimat selanjutnya, dengan cepat Rasya menutup teleponnya. Ia kembali menyalakan lagu dan menyimpannya disaku celananya. 

   Musik berputar, menenangkan hati yang entah mengapa selalu merasa resah akhir-akhir ini. Ia menambahkan volumenya dan memejamkan mata. Duduk sendirian di taman sekolah adalah kebiasaan sehari-harinya. Jarang sekali yang berkunjung ke taman sekolah. Makadari itu, Rasya memilih taman sekolah sebagai tempat nongkrongnya.

    Ia menyukai musik. Ia menyukai musik yang berlirik cocok dengan kehidupannya. Terkadang, ia lebih menghayati lirik dibandingkan nada irama pada musik.

" Woy! Ngapain lo?" Angga, teman dekat satu-satunya yang paling sering berbicara dengan Rasya. Menurutnya, Anggalah yang cocok ia jadikan sahabat. Berbicara dengannya terasa menyenangkan, membuat seolah kehidupan Rasya baik-baik saja.

" Dengerin lagu, lah."

" Oooh." Angga ber-oh panjang. Ia duduk tepat di samping Rasya. Matanya berkedip mengingat sesuatu," Eh, lo tau gak sih, cewek baru di kelas 11-IPS1?" tanyanya penasaran.

" Tau. Sekelas sama gue."

" Oh, iya ya. Lupa gue. Lo kelas 11-IPS1 ya? Mm, cantik, gak? Katanya bokap nyokapnya dia temen deket pemilik sekolah ini. Kalo gue pacarin..."

" Ganti topik bisa, gak?" Rasya memotong kalimat Angga. Angga terdiam dan mencibir." Hu!"

" Ke kantin, kuy!" Angga menarik tangan Rasya, dengan cepat Rasya melepasnya," Males."

" Oke, gue aja. Dadah!" Angga pergi meninggalkan Rasya. Angga memang sabar menghadapi sifat Rasya yang seperti robot. Sangat seadanya ketika sedang berbicara.

    Jam masuk beberapa menit lagi. Rasya segera berjalan menuju kelasnya. Matanya menangkap beberapa pasangan sedang berjalan bersama menuju kelasnya. Entah mengapa, ia tak terlalu tertarik dengan hubungan yang orang sebut pacaran. Ia mempunyai tanggapan, bahwa pacaran sangat tidak berguna. Membuang-buang waktu. Kalau akhirnya akan putus, buat apa?

BRUK!

" Eh, sorry." sosok perempuan yang baru saja menabraknya mencoba untuk berdiri. Rasya melihatnya, anak baru itu. Chila namanya." Rasya, ya? Gue Chila." Chila mengulurkan tangannya. Tanpa basa-basi, Rasya mengalihkan pandangan dan langsung pergi meninggalkan uluran tangan Chila yang masih melayang di udara menunggu balasan darinya. Kejam? Mungkin itu yang dipikirkan Chila. Tapi Rasya tak peduli. Dia malas dengan hal-hal seperti itu. Toh, tidak perlu berkenalan juga Rasya sudah tau namanya. Ya, karena Chila sendirilah yang memperkenalkan dirinya di depan kelas.

  Itu yang dilakukan Rasya setiap hari kepada teman-temannya, kecuali Angga. Rasya tau, mereka tidak menyukai sifatnya, tetapi apa boleh buat jika memang dirinya seperti itu? Dia tahu tentang gosip bahwa dirinya berteman dengan setan. Itu membuatnya malah tertawa.' Gosip aneh. Pasti yang pertama mulai para calon ibu-ibu' itu yang dipikirnya. Ia tak begitu peduli tentang gosip-gosip yang beredar di sekolahnya.

 Di dalam kelas, seperti biasa ia masih memakai earphone dan mendengarkan lagu. Sudah beberapa kali puluhan guru menegurnya, bahkan kepala sekolahpun menegurnya. Ia tetap saja melakukan hal yang sama. Namun, anehnya ia tak kunjung dikeluarkan dari sekolah. Mungkin itu adalah salah satu gosip tentang Rasya.

  Suasana kelas mulai rame. Bel masuk sudah berbunyi. Guru pelajaran jam sekarang datang tepat waktu. Seperti biasa, Rasya duduk paling pojok dekat jendela. Ia tahu Guru sudah datang, tapi dia tak begitu menghiraukan. Tiba-tiba sebuah pesawat kecil yang terbuat dari kertas terbang kearahnya dan berhenti tepat dimejanya. Ia sedikit terkejut dan segera membuka isi pesawat kertas tersebut. Sebuah tulisan. 

   Lo kok berani banget, sih ngelawan guru? Kata Tara guru sekarang killer. Lepas earphone lo dan dengerin penjelasan guru!!!

  Alisnya mengerut, matanya mendelik, mencari siapa pengirim pesawat kertas ini. Posisi bagian tengah, duduk dipaling depan terlihat seorang perempuan menatapnya tajam. Anak baru itu lagi.

Rasya meremas kertasnya dan memasukkannya ke dalam tas. Matanya kembali menatap jendela dan melanjutkan aktivitasnya, mendengarkan lagu.

 Chila menarik nafas, ia seperti tak menyangka bahwa Rasya sangat keras kepala seperti ini.



Hitam dan BiruWhere stories live. Discover now