4

172K 15.7K 526
                                    

KEYFA

Sebetulnya nggak berharap banyak ke temannya Mas Dipo. Toh, cuma settingan belaka. Yang penting mamaku senang, hatiku tenang. Udah cukup kok. Mau dia ganteng kek, menawan kek, itu urusan yang kesekian. Yang paling penting dia mau nggak nih jadi kolegaku.

Aku tadinya mau langsung ngajak si cowok ini ngedate. Cielah, entah kapan terakhir kali aku bilang ngadate. Kayaknya semuanya udah basi aja gitu, hanya sebuah kenangan yang kadang terlupakan.

Hari sabtu siang, jadwalku ketemuan dengan cowok bernama Wisnu. Titik temu kami di rumah Mas Dipo dan Mbak Rina. Sebab aku malas dengan segala ocehan Mama jika aku memintanya datang langsung ke rumah.

Outfit yang aku kenakan tidak beda jauh dari hari-hari sebelumnya, cuma celana jeans dan kaus putih polos dan sedikit kedodoran. Tidak ada dandanan yang spesial. Aku tidak terbiasa memakai make up, kayak blush on, eyeshadow, eyeliners, dan antek-anteknya. Aku cukup memakai sunscreen setiap hari.

"Wisnu udah datang," kata Mas Dipo waktu aku dan Mbak Rina curhat di kamar Mika, keponakanku yang usianya tiga tahun.

Hatiku tidak karuan antara penasaran dan takut. Takutnya tidak sesuai ekspektasi, alias wajahnya tidak setampan Chris Evans. Di saat aku sudah penasaran setengah mati, eh kampretnya posisi duduk Wisnu membelakangiku.

Huh, kubuang napas kasar.

Seruan Mas Dipo membuat target bidikan mataku akhirnya bangkit berdiri, seolah sedang berslow motion, kepalanya menengok ke belakang, dan....

Lumayanlah.

Standar tampan Indonesia masih ia kantongi. Matanya menatapku dari ujung mata hingga jempol kaki. Aku tidak suka tipe-tipe cowok yang menilai fisik lewat tatapannya. Tapi apa boleh buat, toh aku pun menilai fisiknya.

Seperti yang kukatakan barusan, ia tidak terlalu buruk. Kalau kamu menyukai olahraga bulutangkis, kamu pasti tahu Muhammad Ahsan. Nah, ketampanan Wisnu bisa diibaratkan Muhammad Ahsan.

Tapi Muhammad Ahsan tampan dan kalem, wajah Wisnu agak tengil.

"Nu, kenalin nih adek yang gue ceritain ke lo. Keyfani Priyanka, cantik, imut, manis, berbakat, rajin, dan pastinya jones."

Mas Dipo!!! Astaga, diakui sebagai adik tapi bikin harga diriku anjlok.

Aku menggeram tertahan, dan laki-laki di depanku ini mengulum bibirnya untuk menahan tawa.

"Ketawa aja kali, gak usah ditahan. Takutnya jadi kentut," desisku.

Tawanya langsung berhenti. Ia berdeham sambil menegakkan tubuhnya kepalanya yang tadi sempat menunduk. Lalu, tangan kanannya terulur padaku.

"Wisnu."

Untuk beberapa saat aku hanya menatap tangannya, sebelum kujabat.

"Keyfa," jawabku cepat-cepat menarik tanganku lagi.

Mbak Rina datang membawa nampan berisi empat gelas jus melon.

"Hai, Nu. Long time no see," katanya menyapa Wisnu dengan hangat.

"Iya nih, Rin. Makin cantik aja nih bini orang."

Mataku terbelalak. Hei, dia tersenyum tengil pada Mbak Rina di depan Mas Dipo. Wah, gak bener ini laki. Calon-calon pebinor.

Mas Dipo memajukan tangannya ke arah mata Wisnu dengan gerakan seolah ingin mencolok kedua mata sahabatnya yang sudah lancang itu.

"Dilarang muji-muji bini gue. Fokus aja tuh sama cewek yang mandang ilfil di depan lo."

Pasutri KampretWhere stories live. Discover now