5

171K 15.1K 309
                                    

WISNU

Keyfani Priyanka. Sama seperti namanya yang cantik, wajahnya juga cantik. Penampilan tomboi dia justru bikin dia semakin terlihat menarik. Rambut sebahunya diikat rapi. Hazel di bola matanya menjadi poin tambahan lainnya. Tinggi badannya sebatas bahu gue, tidak terlalu jomplang seperti Nana yang hanya sebatas dadanya Galih.

Dia ekspresif. Saat gue mengajaknya ngobrol sambil gue selipin candaan sedikit, dia nyambung. Dan gue suka walaupun Keyfa kelihatan polos. Seharian ini gue menghabiskan waktu sama Keyfa, dari yang tadinya cuma makan siang di kafe, sampai nonton film sedih yang berhasil bikin Keyfa menitihkan air matanya. Cewek tomboi juga punya sisi feminim.

Perkenalan hari ini gue anggap berhasil.

"Thanks ya buat traktirannya," kata Keyfa sesaat setelah gue menepikan mobil gue di depan gerbang rumahnya.

"Santai aja kali," jawab gue.

Padahal gue niatnya jalan sama dia itu sampai malam. Kira-kira sampai jam sembilan baru balik. Tapi Keyfa bilang, jam tujuh malam dia harus datang ke resepsi pernikahan temannya. Ya udah, gue anterin dia balik jam lima sore.

"Gue turun ya," katanya masih agak kikuk.

"Salam buat orang tua lo, dari cowok ganteng."

Keyfa mendelik, sepertinya tidak suka dengan kenarsisan gue yang sudah mendarah daging ini. "Nanti gue bilangin kalau gak lupa," jawabnya asal-asalan.

"Gak mungkin lupa. Soalnya wajah gue kan membekas di benak orang lain," kata gue percaya diri sambil melebarkan senyuman yang bisa membuatnya dia terpana.

Namun alih-alih terpana, Keyfa bikin gue terdesak karena pertanyaannya. "Udah berapa banyak cewek yang lo modusin kayak gini?"

Gue mengusap tengkuk sejenak sebelum menjawab, "Gak tahu. Gue gak pernah hitung sih."

"Ketahuan playboy-nya," cetusnya cepat.

"Itu dulu," selorohku.

"Kalau sekarang?"

"Masih." Gue nyengir.

Keyfa menatap gue intens. "Katanya terlalu asyik hidup sendiri, tapi sekarang bilangnya playboy. Lo tuh gak punya prinsip ya?"

"Bercanda, Keyfa. Gue single kok." Gue mengoreksi, namun gue dengar Keyfa mendengkus.

"Lo jones," kelakarnya diiringi tawanya yang adem masuk ke telinga gue.

"Ya, ya, ya. Gue ngalah sama sesama jones."

"Kampret," umpatnya. Lalu turun dari mobil gue. Gue otomatis buka jendela waktu Keyfa membungkukkan badan. "Take care. Nanti gue salamin kok ke orang tua gue."

Gue senyum dong. Kayak ada satu kebanggaan tersendiri. "Good night, Key."

"Gak usah sok manis deh. Udah pulang gih."

Nih, cewek bener-bener deh. Minta banget gue taklukan.

"Ya udah, gue pulang."

Keyfa menegakkan badannya kembali. Gue mulai melajukan mobil dan menyalakan klakson. Gue lihat dari spion, Keyfa melambaikan tangannya sambil memperhatikan laju mobil gue.

"Makan, Nu."

Gue tiba di rumah selepas maghrib, karena jalanan macet apalagi di akhir pekan seperti ini. Tiap malam Minggu, gue wajib pulang ke rumah. Padahal malam Minggu itu waktunya gue bebas. Ini malah disuruh pulang ke rumah sama nyokap.

Pasutri KampretWhere stories live. Discover now