01.3 - January: A Long Lost Memory | hrj+kjs+ljn

71 9 15
                                    

J:ALLM | Tiga: Kaulah Segalanya



"Kim Ji-Soo~ssi ...."

Tatapan nanarku mengarah pada Ji-Soo. Aku berdiri berhadapan dengannya. Menatap mata indah gadis itu dalam-dalam.

Dalam benak, aku menyimpan berjuta tanya. Rasa hancur juga kecewa tak dapat kuelak, kian menumpuk menyesakkan dada. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk menghadapi situasi ini. Aku tahu, aku bisa melihat hantu. Tapi aku tak pernah sedikit pun menyangka, akan jatuh cinta segila ini pada sosok yang menurut orang lain tak kasatmata.

"Kau bukan lagi manusia?"

Bodoh. Padahal aku sudah jelas tahu jawabannya. Gadis di hadapanku itu menunduk, tidak membalas sepatah kata pun.

"Apa ini yang kau maksud kalau Eomma-mu bukannya tidak menyukaiku, melainkan ia hanya tidak pernah menyukai keadaan yang ada sekarang? Keadaan di mana kehadiranmu tidak bisa lagi disadari oleh indranya?"

Je-No hanya terdiam di samping Ji-Soo, kurasa ia pun ikut terguncang mengetahui gadis pujaannya tidak lagi bernapas di bumi.

Ada satu hal yang paling mengherankan di sini. Jika memang, Ji-Soo adalah hantu, mengapa dia tidak bisa melihat kehadiran energi Je-No? Je-No bilang, Ji-Soo adalah cinta pertamanya. Tapi Ji-Soo seolah-olah tidak pernah mengenal Je-No selama hidup.

Aku membutuhkan jawaban, sekarang juga.

Aku berlari menuju toko bunga, rasanya seperti mengambang. Entah sejak kapan air mata berderai membasahi pipiku. Saat berlari, aku sempat menabrak beberapa orang, bahkan sempat terjatuh hingga tanganku terluka akibat bergesekan dengan permukaan trotoar yang kasar.

"Selamat malam, selamat datang di—"

Kalimat sapaan seorang pria paruh baya di sisi ibu Ji-Soo menggantung begitu saja saat melihat akulah yang berlari masuk ke toko mereka. Kalau boleh kutebak, kurasa pria itu adalah ayah Ji-Soo.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya sejurus kemudian.

"Maaf sebelumnya, tapi ...." tanganku ikut gemetar seiring dengan suaraku yang kian parau. "Bolehkah aku bertanya pada kalian apa yang telah terjadi pada Kim Ji-Soo?"

Kulihat ibu Ji-Soo melemas, beruntung ayah Ji-Soo sigap menahan tubuh istrinya agar tidak terjatuh. Di saat yang sama, Ji-Soo muncul di tengah-tengah kami, memandang sosok ibu dan ayahnya dengan sorot mata berkaca-kaca.

"Sebelum kami menjawab pertanyaanmu, izinkan kami mendengar jawabanmu terlebih dahulu. Apakah kau bisa melihat arwah putri kami? Jika iya, apa putri kami, Kim Ji-Soo, masih ada di sini?"

Aku mengarahkan pandangan ke sebelah kanan, di mana Ji-Soo kini sedang berdiri dengan amat putus asa. Bola mata pasangan paruh baya itu mengikuti arah pandanganku, menerka-nerka mungkinkah putri mereka ada di sana.

"Dia masih ada." Jawabanku itu seketika saja membuat tangis ibu Ji-Soo pecah, meraung-raung menyesali takdir pahit yang harus menimpa sang putri tercinta. Sementara itu, ayah Ji-Soo tetap mencoba tegar seraya membantu menenangkan hati istrinya.

"Dia mengenakan gaun kuning yang panjangnya selutut, memakai bros mawar merah di dada kanannya. Dia cantik, sangat cantik dengan rambut panjang yang terurai," tambahku untuk semakin meyakinkan kedua orang tua Ji-Soo kalau aku benar-benar bisa melihat putri mereka yang telah tiada.

"Seharusnya aku tidak bertemu denganmu, Ren-Jun~ssi. Eomma dan Appa sudah berusaha menjalani hidup dengan baik setelah kepergianku, lalu kenapa kau harus muncul dan membangkitkan kembali memori menyedihkan yang sangat ingin mereka lupakan?"

SOME PEOPLE CALLED IT LOVE | NCT + WayV SeriesWhere stories live. Discover now