02.2 - February: Dear, Wendy | syh+ssw+mti

44 6 14
                                    

F:DW | Dua: Kau dan Duniamu



Kukira, Wendy tipe siswi yang sering menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk membaca banyak buku setiap hari. Tapi ternyata, tidak juga. Sudah 3 hari ini, aku bolak-balik perpustakaan demi bertemu dengannya lagi. Sayangnya, dia tidak muncul.

Baru pada saat aku mencoba mencarinya di kelas 1-6, teman-teman sekelasnya yang kulihat di kantin tempo hari mengatakan kalau Wendy memang sering tidak masuk. Mungkin dalam seminggu, ia bisa absen sampai 4 hari. Saat masuk sekolah, Wendy akan mengejar sendiri ketertinggalannya dengan belajar mandiri di perpustakaan. Terkadang juga dibantu oleh beberapa guru.

Kalau rata-rata ketidakhadirannya 4 hari dalam seminggu, bukankah itu berarti ia hanya masuk sekolah selama 8 hari dalam sebulan? Setahuku, sekolah sangat ketat mengatur perihal absensi. Biasanya, tiga hari tidak masuk tanpa keterangan, orang tua atau wali akan langsung dipanggil dan ditanyai apakah murid yang bersangkutan masih berniat melanjutkan sekolahnya di sekolah ini atau tidak. Kalau tidak, ya, mudah saja bagi sekolah untuk segera mengeluarkannya.

Kurasa, bukan aku saja yang menganggap Wendy spesial, namun juga dunia di sekelilingnya. Ia bukan pribadi yang dikucilkan meski dunianya terasa sedikit aneh. Ia tidak sependiam yang dikatakan Tae-Yong, karena ia memiliki cukup banyak teman dan juga koneksi. Ya, koneksi. Dan Tae-Il, kurasa merupakan contoh salah seorang koneksinya yang mampu membuatnya selalu mendapat keringanan dalam hal apapun selama di sekolah.

"Sampai jumpa besok!" Yuta melambaikan tangan ke arahku dari dalam mobil Tae-Yong.

"Ya, hati-hati di jalan! Jangan mampir ke mana-mana, langsung pulang!" pesanku, sudah terdengar seperti ibu-ibu bawel. Dua orang itu hanya cengar-cengir sebelum akhirnya berlalu menjauh dari pandanganku.

Malam ini, kami tidak pulang selarut malam-malam sebelumnya. Kelas tambahan sedang diliburkan untuk sementara karena guru yang seharusnya mengisi kelas berhalangan hadir dan tidak ada guru yang bisa menggantikannya. Jadi, kami bisa pulang pukul 9:30, hore!

Membeli yoghurt dingin di minimarket sepertinya enak juga.

Sialan, aku menyuruh Tae-Yong dan Yuta untuk tidak mampir ke mana-mana, sedangkan aku sendiri kini melangkah masuk ke dalam minimarket 24 jam. Ya, maksudku, Yuta dan Tae-Yong kan bukan tipe-tipe remaja yang bisa hanya sekadar mampir 5 menit lalu pulang. Dua orang itu hanya akan berakhir menongkrong sambil bermain permainan daring di ponsel mereka setidaknya 2 jam jika sudah memutuskan mampir ke suatu tempat.

"Ada tambahan lagi?" tanya si kasir wanita.

Suara khas itu?

Aku menilik-nilik lagi dengan hati-hati. Kasir di depanku ini mengenakan topi yang sedikit menutupi wajah, dengan masker hijau sekali pakai yang hanya ia kenakan sebatas dagu. Ciri-ciri fisiknya persis seperti Wendy, hanya terlihat sedikit berbeda karena penampilan saja.

"Kau Wendy Son, kan? Siswi kelas 1-6 di SMA dekat sini?"

"Kalau tidak ada, semuanya jadi 2400 won," ucap gadis itu, tak menimpali sama sekali pertanyaanku. Tunggu! Kenapa 2400 won? Dia menaikkan harganya sendiri dua kali lipat?!

"Kenapa jadi lebih mahal? Tadi kulihat harganya-"

"Ya sudah, bayar saja seperti yang kau lihat di monitor, lalu pergi!"

Aku tertawa, sudah dapat kupastikan kalau dia memang Wendy. Kepalaku bergeleng cepat, tidak habis pikir. Kok bisa aku jatuh cinta pada gadis segalak dia?

"Besok kau harus sekolah, cepatlah pulang ke rumah. Jangan membolos terus!" ucapku sembari menyerahkan 2400 won kepadanya dan melenggang keluar minimarket dengan gaya berjalan yang sok keren sambil menyedot yoghurtku.

SOME PEOPLE CALLED IT LOVE | NCT + WayV SeriesWhere stories live. Discover now