01.4 End - January: A Long Lost Memory | hrj+kjs+ljn

66 9 11
                                    

J:ALLM | Empat: Sekali Ini Saja



Kamis, 1 Januari 2015

Tadi malam, aku yang mabuk berat usai berpesta merayakan pergantian malam tahun baru, terjatuh di pinggir jalan. Seorang kakak cantik yang peduli melihat kondisiku lantas membantu untuk mengantarku sampai ke rumah. Katanya, dia mengandalkan informasi alamat rumah yang tersimpan di ponselku dan mengantarku menggunakan taksi. Aku tahu dia cantik karena ayah terus-terusan menggodaku sesaat setelah aku bangun, mengatakan tipe wanita idamanku ternyata adalah seorang gadis cantik yang lebih dewasa. Ayah bilang, namanya Kim Ji-Soo, dari toko bunga di pertigaan jalan, The Kims Florist. Aku jadi penasaran, secantik apa sih kakak penolongku ini?


Jumat, 2 Januari 2015

Aku melihatnya. Kim Ji-Soo dari The Kims Florist. Awalnya aku menebak-nebak saja sih, melirik yang paling cantik di sekitar toko bunga itu. Dengan bantuan temanku, akhirnya aku tahu kalau tebakanku benar, gadis paling cantik yang menyunggingkan senyuman menyapa orang-orang di depan toko bunga itu adalah Kim Ji-Soo.

Aku tidak berani mendekat. Aku hanya bisa memerhatikannya dari sebuah kafe di seberang toko bunga. Entahlah, nyaliku benar-benar menjadi bahan tertawaan sekarang. Terkenal nakal di sekolah, doyan menghabiskan waktu di kelab malam milik temanku, tapi ciut menghadapi wanita baik-baik.


Minggu, 18 Januari 2015

Semakin hari, di mataku Kim Ji-Soo terlihat semakin cantik. Mungkin benar kata ayah, sekarang, wanita idamanku adalah gadis cantik yang lebih dewasa. Ah, tidak. Singkatnya, wanita idamanku sekarang ... adalah Kim Ji-Soo.

Setelah menghabiskan hari-hari hanya dengan memandanginya dari kejauhan, hari ini, aku mencoba memberanikan diriku untuk menyapanya. Kurasa, dia tercipta sebagai gadis cantik yang pelupa. Awalnya, ia tidak ingat siapa aku. Tapi, setelah aku mengungkit kembali perbuatan baiknya tempo hari, ia akhirnya ingat pernah mengantarkan aku sampai rumah. Ha, syukurlah!


Senin, 19 Januari 2015

Hari ini hari yang cukup menyedihkan untukku. Cintaku ditolak oleh Ji-Soo. Ya, memang sih penolakan Ji-Soo di toko es krim tadi sore terkesan halus, tapi tetap saja rasanya cukup menyakitkan. Saat kutanya kriteria pria idamannya seperti apa, ia menjawab, kalau aku sedikit lebih tinggi, ya, kira-kira 8 sentimeter lagiiii saja, aku sudah bisa masuk kriteria pria idamannya.

Bersyukur aku ini laki-laki yang masih dalam masa pertumbuhan, jadi ... apa? 8 sentimeter? Bisalah! Ya, bisa, kalau aku rajin berolahraga basket atau renang, dan tentunya minum susu. Sayangnya, aku tidak pernah tertarik pada dua hal itu.

Apa kata teman-teman satu kelabku nanti? Seorang Lee Je-No yang biasanya minum bir sampai lupa diri memutuskan berhenti dan beralih ke susu sapi? Aduh, tidak bisa kubayangkan! Mau ditaruh di mana coba mukaku?

Sepertinya, untuk melupakan sakit hati, malam ini aku ingin minum-minum saja sampai pagi.


Lima tahun lalu, aku masih sering menulis jurnal di internet yang hanya bisa diakses oleh diriku sendiri. Ibu, atau yang sekarang kuingat sebagai Bibi Huang, memberikan ponsel lamaku yang ternyata masih berfungsi dengan baik. Jurnal terakhir yang kutulis berisi keluh kesahku di malam sebelum kecelakaan terjadi. Keberadaan jurnal tersebut juga banyak membantuku mengutuhkan kembali memori yang semula masih samar-samar.

SOME PEOPLE CALLED IT LOVE | NCT + WayV SeriesWhere stories live. Discover now